Anda di halaman 1dari 85

PNPK Preklampsia

Siswono
Kebidanan dan kadungan
Sudah lama di kenal sebelum masehi

Srikandi education program


Latar belakang
 delapan juta perempuan/tahun mengalami
komplikasi kehamilan .
setengah juta diantaranya meninggal dunia,
 99% terjadi di Negara berkembang. Angka
kematian Negara maju yaitu 1 dari 5000
perempuan,
 Negara berkembang, yaitu 1 dari 11
permasalahan
 . Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masiH tinggi
 AKI mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama
hamil dan nifas.
 . AKI di Indonesia masih jauh dari target yang ingin dicapai
MDG.
 Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kedua AKI
 . Belum ada keseragaman dalam melakukan penanganan
preeklampsia/eklampsia.
 . komlikasi PEB sangat luas
 . Rendahnya kuantitas dan kualitas antenatal care (ANC) di
Indonesia.
 evaluasi skrining aktif terhadap risiko PEB tidak efektif
Preeklampsia /
eklampsia
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik
pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya disfungsi plasenta dan respon
maternal terhadap adanya inflamasi
definisi

sistemik dengan aktivasi endotel dan


koagulasi.
Diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik dan
proteinuria yang disebabkan kehamilan
disertai dengan gangguan sistem organ
lainnya pada usia kehamilan diatas 20
minggu
preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi yang baru terjadi pada
kehamilan / diatas usia kehamilan 20 minggu disertai adanya
gangguan organ. Bila hanya hipertensi saja bukan prekalmpsia
Bila proteinuria negatif harus ada gangguan organ
yaitu:
 1Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
 2 Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan
peningkatan kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada
kelainan ginjal lainnya
 3. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal dan atau adanya nyeri di daerah epigastrik / regio kanan
atas abdomen
 4. Edema Paru
 5. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan
visus
 6. Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan
sirkulasi uteroplasenta : Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction
(FGR) atau didapatkan adanya absent or reversed
Penegakan hipertensi
 Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg
diastolik, pada dua kali pemeriksaan berjarak 15
menit menggunakan lengan yang sama.2
 hipertensi berat adalah peningkatan tekanan
darah sekurang-kurangnya 160mmHg sistolik atau
110 mmHg diastolik.
 menggunakan tensimeter air raksa, namun
apabila tidak tersedia dapat menggunakan
tensimeter jarum atau tensimeter otomatis yang
sudah divalidasi.
 pengukuran tekanan darah menggunakan alat
otomatis sering memberikan hasil yang lebih
rendah.3
Mengurangi kesalahan tensi darah
Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam
keadaan tenang.
 Sebaiknya menggunakan tensimeter air
raksa atau yang setara, yang sudah
tervalidasi.
 Posisi duduk dengan manset sesuai level
jantung.
 Gunakan ukuran manset yang sesuai.
 Gunakan bunyi korotkoff V pada
pengukuran tekanan darah diastolik
Penentuan proteinuria

Proteinuria ditegakkan jika didapatkan


secara kuantitatif produksi protein urin lebih
dari 300mg per 24 jam esbach, namun jika
hal ini tidak dapat dilakukan, pemeriksaan
dapat digantikan dengan pemeriksaan
semikuantitatif menggunakan dipstik urin >
1+
insiden
Negara maju adalah 1,3% - 6
Negara berkembang 1,8% - 18%
Indonesia sendiri 5,3%.7
Kecenderungan yang ada dalam dua dekade
terakhir ini tidak terlihat adanya penurunan
yang nyata terhadap insiden preeklampsia,
Tiga penyebab kematian

1. perdarahan (30%),
2. hipertensi dalam kehamilan (25%),
3. infeksi (12%).3
4. memperkirakan kasus preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju
Sirkulasi 12
uteroplasenta:A.spiralis
Tidak hamil

Kehamilan
Normal

Preeklamsia/IU
GR
Sirkulasi 13
uteroplasenta:A.spiralis
KLASIFIKASI BERDASARKAN WAKTU TIMBUL
14
GEJALA, dibagi menjadi:
1. PREEKLAMSIa AWITAN DINI
(EARLY ONSET), < 34 mg

2. PREEKLAMSI AWITAN LANJUT


(LATE ONSET), ≥ 34 mg
Awitan Dini (Fetal Site) 15
Protein Plasenta
prinsip:

Remodeling
a.spiralis (-)

Pembentu
kan
Protein
Awitan Lanjut (Maternal Site)
16
Apakah pengukuran
tekanan darah secara
berkala merupakan
metode deteksi dini
terbaik
Proses eklampsia
tidak

terlambat
KLASIFIKASI
ACOG 2013
1 PREEKLAMSI-EKLAMSI
– i. Preeklamsi
– Ii. Preeklamsi Berat
– Iii. Eklamsi
2. Hipertensi Kronis
3. Hipertensi Kronik yg diperberat preeklamsi
4. Hipertensi Gestasional

Panduan nasional pelayanan kedokteran:


preeklamsi (HKFMI 2016) 19
Diagnosis (ACOG 2014) 20

 TD: Sistolik ≥ 140 mmHg , Diastolik ≥ 90 mmHg, >20 mg


(dalam 2 kali pengukuran selang 4 jam pd ibu yg
sebelumnya normal)

 Bila termasuk PEB


(Sistolik ≥ 160 mmHg , Diastolik ≥ 110 mmHg)
Penegakan diagnosis dapat dilakukan segera.

 Proteinuria
i. Dipstik min (+) atau urin > 300 mg
DIAGNOSIS (ACOG 2014)
PEB (kriteria lainnya)
1.Trombositopenia < 100.000
2.Gangguan fungsi hati
3.Insufisiensi renal, kreatinin > 1,1 mg/dl
4.Edema paru
5.Gangguan serebral atau gangguan visual
6.Proteinuria tidak harus ada

Cat: bila sarana yang ada untuk pemeriksaan hanya protein


urin, proteinuria masih dapat digunakan

21
Kriteria minimal preklampsia

• Hipertensi :Tekanan darah sekurang-


kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg
• diastolik pada dua kali pemeriksaan
berjarak 15 menit menggunakan
• lengan yang sama
• Protein urin :Protein urin melebihi 300 mg
dalam 24 jam atau tes urin dipstik > positif 1
Bila proteinuria tidak ada
:Trombositopeni :Trombosit < 100.000 / mikroliter
• Gangguan ginjal :Kreatinin serum diatas 1,1 mg/dL
atau didapatkan peningkatan kadar kreatinin serum
• Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi
transaminase 2 kali normal nyeri di daerah
epigastrik / regio kanan atas abdomen
• Edema Paru
• Gejala Neurologis :Stroke, nyeri kepala, gangguan
visus
• Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta
:Oligohidramnion, IUGR absent or reversed end
diastolic velocity (ARDV)
Kriteria PEB
Hipertensi : > 160/ 110 mmhg
Diastolik diukur dua kali berjarak 15 menit lengan sama
Trombositopeni :Trombosit < 100.000 / mikroliter
Gangguan ginjal :Kreatinin >1,1 mg / dl
Gangguan Liver :Peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali
normal
nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
Edema Paru
Gejala Neurologis :Stroke, nyeri kepala, gangguan visus
Gangguan Sirkulasi Uteroplasenta : Oligohidramnion, IUGR atau
absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)
Kapan pengakhiran persalinan
pada preeklamsi?

25
≥34minggu 26

PNPK HKFM
INDONESIA 2016
Komplikasi jangka pendek
 HELLP sindrome :
Trombositopenia,
 peningkatan SGOT dan
SGOT, LDH
 Edema paru
 gagal ginjal akut
 Gagal jantung ,
decomcordis
 Cerebrovaskuler diseases
Risiko yang ada sebelum

Deteksi Dini konsepsi


Penyakit ginjal /hipertensi
28
Diabetes pregestasional
SLE/artritis rheumatoid
Thrombofilia
Faktor risiko Hipertiroid yang tidak terkontrol
Sindrom polikistik ovarium
a. Early Usia diatas 40 tahun
Usia dibawah 20 tahun
Onset Obesitas/resistensi insulin
BBLR maternal

b.Late Onset √
Maternal preterm
Preeklamsi kehamilan sebelumnya

Donor inseminasi/donasi oosit
√ Donasi embrio
Merokok
Riwayat keluarga preeklamsi
Riwayat peny kardiovaskuler

√ Kehamilan multipel
Infeksi maternal
Abnormalitas kromosom
Partner yg menyebabkan
PENGELOLAAN UMUM

 JIKA PASIEN SYOK


 LIHAT PENGELOLAAN SYOK

 JIKA TERDAPAT PERDARAHAN


 LIHAT PENGELOLAAN PERDARAHAN

 JIKA PASIEN KEJANG


 BARINGKAN PADA SATU SISI, TEMPAT TIDUR
ARAH KEPALA DITINGGIKAN SEDIKIT UNTUK
MENCEGAH ASPIRASI
 BEBASKAN JALAN NAFAS
 PASANG SPATEL LIDAH
 FIKSASI
Preeklamsia & Eklamsia

Eklamsia
Preeklamsia  Kejang

 Hipertensi  Penurunan
kesadaran
 Proteinuria
 Koma
 Edema

Sindroma
HELLP
Preeklampsia Berat
 Tekanan darah diastolik >
110 mm Hg  Tanda-tanda dan gejala
lain kadang-kadang ada :
 Proteinuria > 3+
- Nyeri epigastrium
- Nyeri kepala
- Perubahan pandangan
- Hiperrefleksia
- Edema Pulmonal
- Oliguria
- IUGR/PJT
Eklampsia
Kejang yang terjadi setelah 20 minggu usia
kehamilan, pada seorang wanita, tanpa ada
kelainan serangan sebelumnya
Sebagian kecil wanita dengan eklampsia memiliki
tekanan darah yang normal
MAGNESIUM SULFAT UNTUK PREEKLAMPSIA DAN
EKLAMPSIA

alternatif I Dosis awal MgSO4 4 g IV sebagai larutan 40%


selama 15 menit

Segera dilanjutkan dengan 15 ml


MgSO4 (40%) 6 g dalam larutan Ringer
Asetat / Ringer Laktat selama 6 jam
Jika kejang berulang setelah 15 menit,
Dosis Pemeliharaan berikan MgSO4 (40%) 2 g IV selama 5
menit
MgSO4 1 g / jam melalui infus Ringer
Asetat / Ringer Laktat yang diberikan
sampai 24 jam postpartum
Pemberian MgSO4 Pada PEB

1. terapi lini pertama profilaksis preclapmsia dan


eklampsia,untuk mencegah kejang berulang
dibandingkan Diazepam dan Fenitopin
2 Dosis penuh baik intravena magnesium sulfat
direkomendasikan sebagai prevensi dan terapi
eklampsia
3. Evaluasi kadar magnesium serum secara rutin
tidak direkomendasikan
4. Pemberian magnesium sulfat tidak
direkomendasikan untuk diberikan secara rutin
ke seluruhpasien
Perawatan ekspetatif pada preklampsia tampa
gejala berat
1. Manajemen ekspektatif perawatan poliklinik secara ketat
direkomendasikan pada kasus preeklampsia tanpa gejala
berat dengan usia kehamilan < 37 minggu dengan evaluasi
maternal dan janin yang lebih ketat
2 Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh
pasien
Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara
poliklinis
Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala
(dianjurkan 2 kali dalam seminggu)
IUGR -------- evaluasi doppler velocimetry terhadap arteri
umbilikal direkomendasikan
PERAWATAN EKSPETATIF PEB
• KONDISI IBU STABIL DAN BAIK
• FASILITAS PERWATAN INTENSIF
MATERNAL DAN NEONATAL
• PEMBERIAN KORTIKO STEROID
• HARUS RAWAT INAP SELAMA
PERAAWATAN EKSPETATIF
Faktor risiko pada saat kunjungan antenatal pertama

■ Umur > 40 tahun


■ Nulipara
■ Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya, pasangan baru,jarak
kehamilan lebih dari 10 tahun
■ Riwayat preeklampsia pada ibu atau saudara perempuan
■ Kehamilan multipel, hipertensi kronik,,DM, penyakit ginjal,APS Obesitas ,
inseminasi

Pemeriksaan fisik:
■ Indeks masa tubuh > 35
■ Tekanan darah diastolik > 80 mmHg
■ Proteinuria (dipstick >+l pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau secara
kuantitatif
300 mg/24 jam)
Usia
Duckitt melaporkan peningkatan risiko preeklampsia hampir dua kali lipat
pada wanita
Fakto risiko terjadinya preeklampsia
superimposed
■ Riwayat preeklampsia sebelumnya
■ Penyakit ginjal kronis
■ Merokok
■ Obesitas
■ Diastolik > 80 mmHg
■ Sistolik > 130 mmHg
Klasifikasi risiko ANC pertama
RISIKO TINGGI
■ Riwayat preeklampsia
■ Kehamilan multipel
■ Hipertensi kronis
■ Diabetes Mellitus tipe 1 atau 2
■ Penyakit ginjal
■ Penyakit autoimun (contoh: systemic
lupus erythematous, antiphospholipid
syndrome
Risiko sedang

 ■ Nulipara
 ■ Obesitas (Indeks masa tubuh > 30 kg/m2)
 ■ Riwayat preeklampsia pada ibu atau
saudara perempuan
 ■ Usia ≥ 35 tahun
 ■ Riwayat khusus pasien (interval kehamilan
> 10 tahun)
Faktor risiko
Kehamilan multipel
 . kehamilan kembar meningkatkan risiko
preeklampsia hampir 3 kali lipat .
 .kehamilan triplet memiliki risiko hampir 3
kali lipat dibandingkan kehamilan duplet
 .kehamilan ganda memiliki tingkat risiko
yang lebih tinggi untuk menjadi
preeklampsia dibandingkan kehamilan
normal
Usia
risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih
baik pada primipara maupun multipara .
Nulipara melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat
Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko, walaupun
bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendah
terhadap sperma.
Jarak antar kehamilan
Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa wanita
multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko
preeklampsia hampir sama dengan nulipara
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama.risiko
meningkat hingga 7 kali lipat .
Riwayat keluarga preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat
Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat
.3
Faktor risiko
Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh
(IMT) saat pertama kali ANC
 .Obesitas merupakan
1faktor risiko preeklampsia ,
2 resistensi insulin, yang juga merupakan faktor risiko
preklampsia.
3meningkatkan risiko preeklampsia 2, 47 – 4 kali lipat
 sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil > 35
dibandingkan dengan IMT 19-27

 frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita


yang kurus (BMI < 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1%
pada populasi wanita yang gemuk
Faktor risiko
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
 Risiko preeklampsia meningkat hampir 4 kali lipat bila
diabetes terjadi sebelum hamil
 Penyakit Ginjal
risiko preeklampsia meningkat sebanding dengan keparahan
penyakit pada wanita dengan penyakit ginjal.
 Sindrom antifosfolipid
antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan
lupus atau keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir
10 kali lipat
 Hipertensi kronik
insiden preeklampsia superimposed sebesar 22% (n=180) dan
hampir setengahnya adalah preeklampsia onset dini (< 34
minggu) dengan keluaran maternal dan perinatal yang lebih
buruk.
Strategi untuk Mencegah
Eklampsia
Asuhan antenatal dan 3.4% wanita dengan
mengenali hipertensi preeklampsia berat
Identifikasi dan akan mengalami
perawatan pre- kejang
eklampsia oleh Eklampsia adalah
penolong yang salah satu penyebab
terampil kematian ibu yang
Kelahiran tepat waktu sulit diatasi
Penilaian dan Penatalaksanaan Awal
pada Eklampsia
Berteriak untuk meminta tolong – mobilisasi personil
Dengan cepat evaluasi pernafasan dan keadaan kesadarannya
Periksa jalan napas, tekanan darah dan nadinya
Miringkan ke kiri
Lindungi agar jangan sampai cedera tetapi jangan dikekang
Mulai jalankan infus IV dengan jarum berukuran besar (ukuran
16 gauge)
Beri oksigen dengan laju 4 L/menit

Jangn sekali-kali meninggalkan ibu tanpa penjaga


Obat-Obat Anti Hipertensi
Prinsip:
Methyl Dopa  Mulailah pemberian
antihipertensi jika
Nifedipin
tekanan darah diastolik >
Labetolol 110 mm Hg
 Pertahankan tekanan
darah diastolik 90-100
mm Hg untuk mencegah
perdarahan otak
(cerebral hemorrhage)
Penatalaksanaan selama kejang
Beri magnesium sulfat secara IM/IV
Peralatan gawat darurat (O2, masker, dsb)
Miiringkan ke kiri
Anti hipertensi: Nifedipin SL
Lindungi agar jangan cedera tetapi jangan
dikekang
Jangan sekali-kali meninggalkan ibu tanpa penjagaan
Obat-Obat Anti Konvulsi

–Magnesium sulfat
–Diazepam
Penatalaksanaan Sesudah Konvulsi

Cegah konvulsi lanjutan


Kendalikan tekanan darah
Persiapan untuk kelahiran (jika belum
melahirkan)
Magnesium Sulfat
 Gunakan magnesium sulfat pada
– Wanita dengan eklampsia
– Wanita dengan preeklampsia berat yang
mengharuskannya melahirkan
– Mulailah magnesium sulfat pada saat keputusan
melahirkan telah dibuat
Lanjutkan terapi hingga 24 jam setelah
melahirkan atau konvulsi terakhir
Pemantauan Setiap Jam
Evaluasi Penemuan Normal

Tingkat Kesadaran Mengantuk tetapi bisa dibangunkan

Harus dipertahankan antara 80-100


Tekanan darah diastolik
mm Hg

Angka pernapasan 16 kali atau lebih /menit

Refleks tendon yang dalam Minimal tetapi ada

Denyut jantung janin (jika belum


Penurunan dalam variabilitas
dilahirkan)
Jangka Anak:
Jangka
Pendek: Panjang: Cerebral Palsy
Gagal Ginjal DM tipe 2
HELLP,
Kronik, Penyakit Kardio
CVD
Vaskular
Edema Peny. Kardio
Vaskular, Obesitas
pulmonum,
PCO
Eklamsia DM tipe 2 Teratozoospermia

Hypertension 2007;49(5):1056-62, J Clin Endocrinol


Metab 2006;91(4):1233-8
Faktor risiko
Kehamilan multipel
 kehamilan kembar meningkatkan risiko
preeklampsia hampir 3 kali lipat .
 kehamilan triplet memiliki risiko hampir 3 kali
lipat dibandingkan kehamilan duplet
 kehamilan ganda memiliki tingkat risiko yang
lebih tinggi untuk menjadi preeklampsia
dibandingkan kehamilan normal
Usia
risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih
baik pada primipara maupun multipara . Usia muda tidak meningkatkan risiko
preeklampsia secara bermakna.
Nulipara melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat
Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko, walaupun
bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendah
terhadap sperma.
Jarak antar kehamilan
Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa wanita
multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko
preeklampsia hampir sama dengan nulipara
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama.risiko
meningkat hingga 7 kali lipat .
Riwayat keluarga preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat
Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat
.3
Faktor risiko
Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh
(IMT) saat pertama kali ANC
 .faktor risiko preeklampsia 2 – 4 kali
 resistensi insulin, yang juga merupakan faktot risiko
preeklampsia.

 frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita


yang kurus (BMI < 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1%
pada populasi wanita yang gemuk
Faktor risiko
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
 Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir 4 kali lipat bila diabetes
terjadi sebelum hamil
 Penyakit Ginjal
risiko preeklampsia meningkat sebanding dengan keparahan penyakit pada
wanita dengan penyakit ginjal.3
 Sindrom antifosfolipid
antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau
keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat
 Hipertensi kronik
insiden preeklampsia superimposed sebesar 22% (n=180) dan hampir
setengahnya adalah preeklampsia onset dini (< 34 minggu) dengan keluaran
maternal dan perinatal yang lebih buruk.
Pencegahan

 Pencegahan primer artinya menghindari


terjadinya penyakit.
 Pencegahan sekunder dalam konteks
preeklampsia berarti memutus proses
terjadinya penyakit yang sedang berlangsung
sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis
karena penyakit tersebut.
 Pencegahan tersier berarti pencegahan dari
komplikasi yang disebabkan oleh proses
penyakit, sehingga pencegahan ini juga
merupakan tata laksana
Pencegahan primer
 Perjalanan penyakit preeklampsia pada
awalnya tidak memberi gejala dan tanda,
namun pada suatu ketika dapat memburuk
dengan cepat.1
 Pencegahan terbaik namun hanya dapat
dilakukan bila penyebabnya telah diketahui
dengan jelas sehingga memungkinkan untuk
penecegahan
Sampai saat ini terdapat berbagai temuan
biomarker yang dapat digunakan untuk
meramalkan
Pencegahan sekunder preklampsia
 1. Istirahat di rumah tidak di rekomendasikan untuk
pencegahan primer preeklampsia
 2. Tirah baring tidak direkomendasikan untuk
memperbaiki luaran pada wanita hamil dengan
Hipertensi (dengan atau tanpa proteinuria)
 3. Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia
dan komplikasinya selama kehamilan tidak
direkomendasikan
 4. Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari)
direkomendasikan untuk prevensi preeklampsia pada
wanita dengan risiko tinggi
v
Pencegahan sekuder preklampsia
 5 Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia
sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan
20 minggu
 6. Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari
direkomendasikan terutama pada wanita dengan
asupan kalsium yang rendah
 7. Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen
kalsium (minimal 1g/hari) direkomendasikan sebagai
prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko
tinggi terjadinya preeklampsia
 8. Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan
untuk diberikan dalam pencegahan preeklampsia.
•Terima kasih
Tiga penyebab kematian

1. perdarahan (30%),
2. hipertensi dalam kehamilan (25%),
3. infeksi (12%).3
4. memperkirakan kasus preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara
berkembang daripada di negara maju
Penegakan hipertensi

 Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-kurangnya


140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik, pada dua
kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama.2
 hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah
sekurang-kurangnya 160mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik.
 menggunakan tensimeter air raksa, namun apabila
tidak tersedia dapat menggunakan tensimeter jarum
atau
 tensimeter otomatis yang sudah divalidasi.
 pengukuran tekanan darah menggunakan alat
otomatis sering memberikan hasil yang lebih rendah.3
Mengurangi kesalahan tensi darah
 Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam
keadaan tenang.
 Sebaiknya menggunakan tensimeter air
raksa atau yang setara, yang sudah
tervalidasi.
 Posisi duduk dengan manset sesuai level
jantung.
 Gunakan ukuran manset yang sesuai.
 Gunakan bunyi korotkoff V pada pengukuran
tekanan darah diastolik
Latar belakang
 delapan juta perempuan/tahun
mengalami komplikasi kehamilan .
setengah juta diantaranya meninggal
dunia,
 99% terjadi di Negara berkembang.
Angka
kematian Negara maju yaitu 1 dari 5000
perempuan,
 Negara berkembang, yaitu 1 dari 11
preklampsia
merupakan kondisi spesifik pada kehamilan
yang ditandai dengan adanya disfungsi
plasenta dan respon maternal terhadap
adanya inflamasi sistemik dengan aktivasi
endotel dan koagulasi.
insiden
Negara maju adalah 1,3% - 6
Negara berkembang adalah 1,8% - 18%
Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun
atau sekitar 5,3%.7
Kecenderungan yang ada dalam dua
dekade terakhir ini
tidak terlihat adanya penurunan yang
nyata terhadap insiden preeklampsia,
Pengukuran tekanan darah
1. Pemeriksaan dimulai ketika pasien dalam keadaan
tenang.
 2. Sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa atau
yang setara, yang sudah tervalidasi.
 3. Posisi duduk dengan manset sesuai level jantung.
 4. Gunakan ukuran manset yang sesuai.
 5. Gunakan bunyi korotkoff V pada pengukuran
tekanan darah diastolik.
Pemberian anti hipertensi pada PEB
 Antihipertensi direkomendasikan pada
preeklampsia dengan hipertensi berat, atau
tekanan
 darah sistolik ≥ 160 mmHg atau diastolik ≥ 110
mmHg
 Target penurunan tekanan darah adalah sistolik <
160 mmHg dan diastolik < 110 mmHg
 Pemberian antihipertensi pilihan pertama adalah
nifedipin oral short acting, hidralazine danlabetalol
parenteral
 Alternatif pemberian antihipertensi yang lain
adalah nitrogliserin, metildopa, labetal
Pemberian MgSO4 Pada PEB
1. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai terapi lini pertama
eklampsia
2. Magnesium sulfat direkomendasikan sebagai profilaksis
terhadap eklampsia pada pasien preeklampsia berat
3. Magnesium sulfat merupakan pilihan utama pada pasien
preeklampsia berat dibandingkan diazepam atau fenitoin, untuk
mencegah terjadi kejang/eklampsia atau kejang berulang
4 Dosis penuh baik intravena magnesium sulfat direkomendasikan
sebagai prevensi dan terapi eklampsia
6. Evaluasi kadar magnesium serum secara rutin tidak
direkomendasikan
7. Pemberian magnesium sulfat tidak direkomendasikan untuk
diberikan secara rutin ke seluruh
pasien preeklampsia, jika tidak didapatkan gejala pemberatan
(preeklampsia tanpa gejala berat)
Pemberian steroid pada sindrome
HELLP

• 1. Pemberian kortikosteroid sebagai terapi


sindrom HELLP masih belum dapat
• direkomendasikan sampai didapatkan
bukti yang nyata
Pencegahan sekunder preklampsia
 1. Istirahat di rumah tidak di rekomendasikan untuk
pencegahan primer preeklampsia
 2. Tirah baring tidak direkomendasikan untuk
memperbaiki luaran pada wanita hamil dengan
Hipertensi (dengan atau tanpa proteinuria)
 3. Pembatasan garam untuk mencegah preeklampsia
dan komplikasinya selama kehamilan tidak
direkomendasikan
 4. Penggunaan aspirin dosis rendah (75mg/hari)
direkomendasikan untuk prevensi preeklampsia pada
wanita dengan risiko tinggi
v
Pencegahan sekuder preklampsia
 5 Apirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia
sebaiknya mulai digunakan sebelum usia kehamilan
20 minggu
 6. Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari
direkomendasikan terutama pada wanita dengan
asupan kalsium yang rendah
 7. Penggunaan aspirin dosis rendah dan suplemen
kalsium (minimal 1g/hari) direkomendasikan sebagai
prevensi preeklampsia pada wanita dengan risiko
tinggi terjadinya preeklampsia
 8. Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan
untuk diberikan dalam pencegahan preeklampsia.
Perawatan ekspetatif pada preklampsia
tampa gejala berat
 1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada kasus
preeklampsia tanpa gejala berat dengan usia kehamilan < 37
minggu dengan evaluasi maternal dan janin yang lebih ketat
 2. Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus
preeklampsia tanpa gejala berat.
 3. Evaluasi ketat yang dilakukan adalah:
 Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap hari oleh pasien
 Evaluasi tekanan darah 2 kali dalam seminggu secara poliklinis
 Evaluasi jumlah trombosit dan fungsi liver setiap minggu
 Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara berkala (dianjurkan
2 kali dalam seminggu)
 Jika didapatkan tanda pertumbuhan janin terhambat, evaluasi
menggunakan doppler
 velocimetry terhadap arteri umbilikal direkomendasikan
Perawatan ekspeptatif pada PEB
 1. Manajemen ekspektatif direkomendasikan pada usia
kehamilan kurang dari 34 minggu dengan syarat kondisi ibu dan
janin yang stabil
 2. Manajemen ekspektatif pada preeklampsia berat juga
direkomendasikan untukmelakukan perawatan di fasilitas
kesehatan yang adekuat dengan tersedianya perawatan intensif
bagi maternal dan neonatal
 3. ekspektatif preekklamsia berat, pemberian kortikosteroid
direkomendasikan untuk membantu pematangan paru janin vi
 4. Pasien preeklampsia berat direkomendasikan untuk
melakukan rawat inap selama melakukan perawatan ekspektatif
permasalahan
 1. Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masiH tinggi
 AKI mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama
hamil dan nifas.
 2. AKI di Indonesia masih jauh dari target yang ingin dicapai
MDG.
 3. Preeklampsia/eklampsia merupakan penyebab kedua AKI
 4. Belum ada keseragaman dalam melakukan penanganan
preeklampsia/eklampsia.
 5. komlikasi PEB sangat luas
 6. Rendahnya kuantitas dan kualitas antenatal care (ANC) di
Indonesia. evaluasi skrining aktif terhadap risiko PEB tidak
efektif
Pencegahan

 Pencegahan primer artinya menghindari


terjadinya penyakit.
 Pencegahan sekunder dalam konteks
preeklampsia berarti memutus proses
terjadinya penyakit yang sedang berlangsung
sebelum timbul gejala atau kedaruratan klinis
karena penyakit tersebut.
 Pencegahan tersier berarti pencegahan dari
komplikasi yang disebabkan oleh proses
penyakit, sehingga pencegahan ini juga
merupakan tata laksana
Pencegahan primer
 # Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak
memberi gejala dan tanda, namun pada suatu ketika
dapat memburuk dengan cepat.1
 # Pencegahan primer merupakan yang terbaik namun
hanya dapat dilakukan bila penyebabnya telah diketahui
dengan jelas sehinggamemungkinkan
 untuk menghindari atau mengkontrol penyebab-
penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab
 pasti terjadinya preeklampsia masih belum diketahui.
 Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker
yang dapat digunakan untuk meramalkan
Usia
risiko preeklampsia hampir dua kali lipat pada wanita hamil berusia 40 tahun atau lebih
baik pada primipara maupun multipara .
Usia muda tidak meningkatkan risiko preeklampsia secara bermakna.
Nulipara melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat
Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai faktor risiko, walaupun
bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita yang memiliki paparan rendah
terhadap sperma.
Jarak antar kehamilan
Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia, memperlihatkan bahwa wanita
multipara dengan jarak kehamilan sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko
preeklampsia hampir sama dengan nulipara
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor risiko utama.
Menurut Duckit risiko meningkat hingga 7 kali lipat . Kehamilan pada
wanita dengan riwayat preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian
preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak per
Riwayat keluarga preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko hampir 3 kali lipat
Adanya riwayat preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat
.3
Faktor risiko
Kehamilan multipel
 Studi yang melibatkan 53.028 wanita hamil
menunjukkan, kehamilan kembar meningkatkan
risiko preeklampsia hampir 3 kali lipat .
 Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet
memiliki risiko hampir 3 kali lipat dibandingkan
kehamilan duplet
 Sibai dkk menyimpulkan bahwa kehamilan ganda
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk menjadi
preeklampsia dibandingkan kehamilan normal
Faktor risiko
Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama kali ANC
 .#Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin besar dengan
semakin besarnya IMT.
 #Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin, yang juga merupakan
faktor
 risiko preeklampsia.10
 #Obesitas meningkatkan risiko preeklampsia sebanyak 2, 47 kali lipat ,

 sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil > 35 dibandingkan dengan IMT 19-
27
 memiliki risiko preeklampsia 4 kali lipat
 #Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelo dan Belizan pada 878.680
kehamilan, ditemukan fakta bahwa frekuensi preeklampsia pada kehamilan di
populasi wanita yang kurus (BMI < 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1% pada
populasi wanita yang gemuk
Obesitas sebelum hamil

 Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko


semakin besar dengan semakin besarnya IMT.9
 Obesitas sangat berhubungan dengan resistensi insulin,
yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia.10
 Obesitas meningkatkan risiko preeklampsia sebanyak 2, 47
kali lipat
 sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil > 35
dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko preeklampsia
4 kali lipat
 Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelo dan
Belizan pada 878.680 kehamilan, ditemukan fakta bahwa
frekuensi preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita
yangkurus (BMI < 19,8) adalah 2,6% dibandingkan 10,1%
pada populasi wanita yang gemuk
Faktor risiko
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin)
 Kemungkinan preeklampsia meningkat hampir 4 kali lipat bila diabetes
terjadi sebelum hamil
 Penyakit Ginjal
Semua studi yang diulas oleh Duckitt risiko preeklampsia meningkat
sebanding dengan keparahan penyakit pada wanita dengan penyakit ginjal.3
 Sindrom antifosfolipid
antibodi antifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau
keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat
 Hipertensi kronik
insiden preeklampsia superimposed sebesar 22% (n=180) dan hampir
setengahnya adalah preeklampsia onset dini (< 34 minggu) dengan keluaran
maternal dan perinatal yang lebih buruk.
Faktor risiko terjadinya preklampsia
superimposed

■ Riwayat preeklampsia sebelumnya


■ Penyakit ginjal kronis
■ Merokok
■ Obesitas
■ Diastolik > 80 mmHg
■ Sistolik > 130 mmHg

Anda mungkin juga menyukai