Anda di halaman 1dari 43

Case Report Session

Kista Ovarium Terpuntir


Nadhirah binti Sa’an 1840312661

Preseptor :
dr. Rina Gustuti, Sp.OG
BAB 1
PENDAHULUAN
Kista ovarium terpuntir merupakan suatu kegawatdaruratan ginekologik yang diakibatkan
oleh kista terpuntir pada tangkai vaskularnya sehingga mengganggu suplai darah dan dapat
menimbulkan nyeri abdomen bagian bawah.

Kasus ovarium terpuntir kebanyakan terjadi pada wanita premenopause,


akan tetapi lebih dari 17% kasus melibatkan wanita prapubertas
dan postmenopause.
Kista ovarium terpuntir diakibatkan oleh kista terpuntir pada tangkai vaskularnya
sehingga mengganggu suplai darah dan dapat menimbulkan nyeri abdomen bagian
bawah. Kista ovarium yang besarnya lebih dari 4 cm resiko terjadinya terpuntir sekitar
15%.

Kista ovarium terpuntir bisa menunjukkan beberapa gejala yang non spesifik
sehingga menyebabkan terlambat dalam mendiagnosis.

Maka harus curiga tingkat tinggi pada kemungkinan terjadinya kista


ovarium terpuntir agar dapat menyelamatkan ovarium serta mencegah
komplikasi.
1.2 Batasan Masalah
Laporan kasus ini membahas mengenai anatomi, definisi, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, diagnosis, tatalaksana, komplikasi
dan prognosis kista ovarium terpuntir serta diskusi laporan kasus pasien.

1.3 Tujuan Penulisan


Laporan kasus ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang kista ovarium terpuntir.

1.4 Metode Penulisan


Laporan kasus ini ditulis setelah melakukan pemeriksaan pasien dan
tinjauan pustaka yang ada merujuk kepada berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kista Ovarium Terpuntir
 Kista adalah pertumbuhan berupa kantung (pocket, pouch)
yang tumbuh dibagian tubuh tertentu.
 Kista ovarium adalah suatu kantung yang berisi cairan atau
materi semisolid yang tumbuh dalam ovarium.
 Torsio atau puntiran kista ovarium terjadi bila kista terpuntir
pada tangkai vaskularnya dan mengganggu suplai darah.
Kista dan ovarium dan sering diikuti sebagian tuba akan
mengalami nekrosis.
Epidemiologi
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia,
namun pada umumnya terjadi pada awal usia reproduksi.
Hampir 17% kasus ditemukan pada wanita premenarche dan
post menopause. Usia median adalah 28 tahun dengan
persentasi pasien usia <30 tahun mencapai 70 – 75%.
SIFAT KISTA
Kista Fisiologis Kista Patologis

Kista yang bersifat fisiologis ini dialami Pada kista patologis, pembesaran bisa
oleh orang di usia reproduksi karena terjadi relatif cepat. Gejala-gejala
masih mengalami menstruasi. Biasanya seperti perut yang agak membuncit
kista fisiologis tidak menimbulkan nyeri serta bagian bawah perut yang terasa
pada saat haid. Beberapa jenis kista tidak enak biasanya baru dirasakan saat
fisiologis diantaranya adalah kista ukuranya sudah cukup besar. Kista
korpus luteal, kista folikular, kista teka- abnormal memperlihatkan campuran
lutein. Kista fisiologis yang hanya berisi cairan dan jaringan solid dan dapat
cairan bersifat ganas.
Klasifikasi Kista
1. Tumor Non Neoplastik 2. Tumor Neoplastik Jinak
a. Tumor akibat radang a. Kistik
i. Abses ovarial i. Kistoma ovarii simpleks
ii. Abses tubo-ovarial ii. Kistadenoma ovarii musinosum
iii. Kista tubo-ovarial iii. Kistadenoma ovarii serosum
b. Tumor lain iv. Kista endometroid
i. Kista folikel v. Kista dermoid
ii. Kista korpus lutein b. Solid
iii. Kista teka-lutein i. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma,
iv. Kista inklusi germinal angioma, limfangioma
v. Kista endometrium ii. Tumor Brenner
iii. Tumor sisi aderenal (makulinovo-blastoma).6
Faktor Resiko
Terjadi Kista
Ovarium
• Riwayat kista ovarium sebelumnya
• Siklus menstruasi yang tidak teratur
• Meningkatnya distribusi lemak tubuh bagian atas
• Menstruasi dini
• Tingkat kesuburan
• Hipotiroid atau hormon yang tidak seimbang
• Terapi tamosifen pada kanker mamma
Etiologi Kista Terpuntir

Perubahan anatomis yang


Pasien dengan riwayat
mempengaruhi berat dan ukuran
pembedahan pelvis (terutama
ovarium dapat mengubah posisi
ligasi tuba) memiliki resiko lebih
tuba Fallopii dan menimbulkan
tinggi terhadap kista terpuntir.
puntiran.

Malformasi kongenital dan pemanjangan tuba


Fallopii dapat ditemukan pada sebagian
pasien prepubertas muda.
Patofisiologi Kista Ovarium Terpuntir

• Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat
distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.

• Kista atau massa ovarium yang memutar kedua ligamentum


infundibulopelvic dan ligamen utero-ovarian (UO) --> Ovarium torsio atau
terpuntir--> terpuntirnya jaringan ovarium pada pedikelnya -->
berkurangnya aliran balik vena, edema stroma, perdarahan internal, dan
infark dengan sekuele berikutnya.
• Kista atau massa biasanya merupakan lesi jinak berdiameter lebih
dari 5 cm. Torsio juga dapat terjadi pada ovarium normal, terutama
pada anak perempuan pramenarkal yang memiliki ligamen
infundibulopelvic memanjang. Namun, kejadian ovarium terpuntir
dapat menurun setelah itu karena ligamen memendek saat gadis
premenarkal meningkat dewasa sampai pubertas.
Manifestasi Klinis

-Nyeri tajam pada perut bawah, onsetnya mendadak


dan semakin memburuk setelah beberapa jam.
-Nyeri biasanya terjadi pada bagian yang terkena,
panggul dan paha atas.
-Peningkatan suhu dapat ditemui jika terjadi nekrosis
adneksa. Mual muntah sering ditemui seiring dengan
rasa nyeri.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, seperti riwayat penyakit, biasanya tidak spesifik
dan sangat bervariasi. Massa adneksa yang unilateral dan lunak
telah dilaporkan di antara 50 dan 90% pasien. Namun, tidak
adanya temuan seperti itu tidak mengecualikan diagnosis.

Tenderness pada palpasi sering terjadi; Namun, ringan pada sekitar


30% dan tidak ada pada 30% pasien lainnya. Oleh karena itu, tidak
adanya kelembutan tidak dapat digunakan untuk
mengesampingkan torsio.
Pemeriksaan Penunjang
 Pada pemeriksaan darah lengkap yang dilakukan adalah pemeriksaan hemoglobin,
hematokrit, leukosit, trombosit, eritrosit.
 Ultrasonografi diagnostik harus menjadi pemeriksaan pertama yang dilakukan
 Ultrasonografi dengan analisis Doppler warna adalah metode pilihan untuk
evaluasi torsio adneksa karena dapat menunjukkan perubahan morfologis dan
fisiologis dalam ovarium dan dapat membantu menentukan apakah aliran darah
terganggu.
 CT atau MRI dapat berfungsi sebagai modalitas sekunder ketika temuan
ultrasonografi tidak terdiagnosis.
 Culdocentesis adalah tes non spesifik yang tidak direkomendasikan dalam
pemeriksaan diagnostik.
Tatalaksana
Baku emas untuk merawat ovarium terpuntir adalah dengan pembedahan.
Ia juga merupakan satu-satunya cara untuk mengkonfirmasi puntir. Ada dua
metode bedah, laparoskopi dan laparotomi.

Pendekatan laparoskopik telah menjadi prosedur yang populer. Namun, jika


kanker ovarium atau tuba falopi dicurigai, laparotomi harus dilakukan. Saat
melakukan operasi, perlu untuk menilai kelayakan ovarium dan
mempertahankan fungsinya.

Oophoropexy telah dibuat untuk meminimalisasikan kekambuhan.


Komplikasi
• Infeksi
• Peritonitis
• Sepsis
• Chronic pain
• Infertilitas (jarang)
Prognosis
Dengan deteksi dini serta penanganan yang cepat maka
prognosis dari torsio ovarian sangat baik. Tetapi kebanyakan
pasien dengan torsio ovarian dideteksi terlambat sehingga
sudah timbul infark serta nekrosis pada ovarium.
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Nn. I.W.
Usia : 17 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum Bekerja
Alamat : Jl Koto Lua Rt 001 Rw 002, Kel. Koto Luar, Kec. Pauh
Tanggal periksa : 18 Desember 2019
Keluhan Utama:
Pasien masuk ke ruang rawatan RSP Universitas Andalas dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah yang semakin meningkat sejak 2 hari SMRS.

Riwayat penyakit sekarang


—Nyeri perut kanan bawah yang semakin meningkat sejak 2 hari SMRS, berterusan dan
tidak menjalar. Nyeri perut awalnya dirasakan sejak 2 bulan yang lalu secara hilang
timbul dan sembuh apabila minum obat yang diberikan oleh dokter.
—Pasien mengalami mual muntah sejak 2 hari SMRS dengan frekuensi lebih 10x, tidak
berdarah, tidak proyektil, dan muntah makan atau air yang diminum.
—Pasien demam sejam 2 hari SMRS. Batuk tidak ada. Selsema tidak ada.
—Perut terasa membesar atau teraba benjolan tidak ada
—BAB dan BAK tidak ada kelainan
—Menstruasi : Menarche umur 13 tahun, siklus haid 28 hari teratur, lama 5-6 hari,
banyaknya 2-3 ganti pembalut/hari, nyeri haid (+)
Riwayat penyakit dahulu
Tidak ada riwayat menderita penyakit jantung, hipertensi, DM, ginjal,
hepar dan alergi obat.
Pasien alergi terhadap makanan telur dan ikan laut.
Pasien mempunyai riwayat gastritis.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada riwayat keluarga menderita penyakit menular, keturunan, dan
kejiwaan.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Kejiwaan dan Kebiasaan:


· Pasien belum bekerja
· Riw. Merokok (-), minum alkohol (-)
· Pasien belum pernah menikah
PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis
Kepala : normocephal
Keadaan Umum : Sakit sedang Mata : konjungtiva anemis (-/-),
Kesadaran : cmc Sklera ikterik (-/-)
Tanda Vital Hidung : Tidak ada deviasi dan
· Tekanan Darah : 125/80 mmHg deformitas
· Frekuensi Nadi : 96x/menit, Telinga : Pendengaran (+) Normal
Tenggorokan : T1-T1 tenang, arkus faring
halus
normal
· Frekuensi Nafas : 20x /menit, Mulut : Bibir sianosis (-)
regular Leher : JVP 5-2 cm H2O,
· Suhu : 36,9 oC, aksiler pembesaran KGB (-),
Pembesaran tiroid (-)
Paru
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan
Palpasi : Fremitus dada simetris.
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : S1-S2 normal, regular, murmur (-), gallop (-)

Ekstremitas
· Edema (-/-) tungkai, akral hangat, CRT < 2 dtk
Status obstetrik
Abdomen
-Inspeksi: Perut tidak tampak membuncit
-Palpasi : Distensi (-), NT (+), NL (+), Defense Muscular (-)
-Perkusi : Tidak dilakukan
-Auskultasi : Bising usus (+)

Genitalia
· V/U Tenang, PPV (-)
Ukuran Kista: 7,75 cm x 6,13 cm x 6,92 cm
Kimia Urin
Protein urin : negatif
PEMERIKSAAN LABORATORIUM Glukosa urin : negatif
HEMATOLOGI Bilirubin urin : negatif
Urobilingen urin : positif
Hemoglobin : 14,4 gr/dl (12.0-16,.0) Keton urin : 2+
Leukosit : 19,100 /mm3 (5.000-10.000) Mikroskopis Urin
Hematokrit : 41,4 % (37-43) Leukosit : 1-2 / LPB
Trombosit : 319.000/mm3 (150.000- Eritrosit : 1-2 /LPB
400.000) Silinder : negatif
MCV : 82, 1 fL Kristal : negatif
MCH : 28,6 pg Sel epitel : positif
MCHC: 34,8 % HEMOSTASIS
URIN PT : 9,8 detik
Makroskopis Urin APTT : 29,00 detik
Warna : kuning KIMIA KLINIK
Kekeruhan : keruh GDS : 113 mg/dl
BJ urin : 1.030
PH urin : 5.0 TES KEHAMILAN: Negatif
Kesan : Leukositosis, ketonuria
DIAGNOSIS KERJA
Akut abdomen ec kista suspek terpuntir + apendisitis
akut

RENCANA

Tindakan operasi laparotomi

IVFD RL 20 tpm

-> Hasil Operasi: Kista Ovarium Terpuntir DIAGNOSIS POST-OP


Post Salpingoovorektomi dextra ai kista ovarium terpuntir + post
appendektomi ai appendisitis akut.
TERAPI POST-OP
IVFD RL drip tramadol + ketorolac + ondancentron (1:1:1) --> 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2x 1gr
Inj. Asam traneksamat 3x1
Pronalgess supp 3x1
FOLLOW-UP
19 Desember 2019
Subjective/
l Nyeri pada bekas luka operasi (+)
l Demam (-)
l Mual (-) muntah (-)
Objective/
KU : Sedang Kes : CMC
TD : 100/70 mmHg N: 75x/m R: 20x/m S: 36,8 OC
Abdomen
l Inspeksi : Tampak bekas luka operasi tertutup verban.
l Palpasi : NT (+), NL (-), DM (-).
l Perkusi : Timpani
l Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
Assessment/
Post Salpingoovorektomi dextra ai kista ovarium terpuntir + post appendektomi
ai appendisitis akut.
Planning/
l Perawatan post operasi
l IVFD RL drip tramadol + ketorolac + ondancentron (1:1:1) --> 20 tpm
l Inj. Ceftriaxone 2x 1gr
l Inj. Asam traneksamat 3x1
l Pronalgess supp 3x1
20 Desember 2019
Subjective/
l Nyeri pada bekas luka operasi berkurang
l Demam (-)
l Mual (-) muntah (-)
Objective/
KU : Sedang Kes : CMC
TD : 100/70 mmHg N: 75x/m R: 20x/m S: 36,8 OC
Abdomen
l Inspeksi : Tampak bekas luka operasi tertutup verban.
l Palpasi : NT (+), NL (-), DM (-).
l Perkusi : Timpani
l Auskultasi : BU (+) normal
Genitalia
V/U tenang, PPV (-)
Assessment/
Post Salpingoovorektomi dextra ai kista ovarium terpuntir + post appendektomi
ai appendisitis akut.
Planning/
l Perawatan post operasi
l IVFD RL drip tramadol + ketorolac + ondancentron (1:1:1) --> 20 tpm
l Inj. Ceftriaxone 2x 1gr
l Inj. Asam traneksamat 3x1
l Pronalgess supp 3x1
l Pasien dipulangkan
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien perempuan, Nn. IW, 17 tahun masuk ke ruang rawatan
RSP Universitas Andalas dengan keluhan nyeri perut kanan bawah yang
semakin meningkat sejak 2 hari SMRS, berterusan dan tidak menjalar.
Nyeri perut awalnya dirasakan sejak 2 bulan yang lalu secara hilang
timbul dan sembuh apabila minum obat yang diberikan oleh dokter.
Pasien mengalami mual muntah sejak 2 hari SMRS dengan frekuensi
lebih 10x, tidak berdarah, tidak proyektil, dan muntah makan atau air
yang diminum. Pasien demam sejam 2 hari SMRS. Perut terasa
membesar atau teraba benjolan tidak ada. BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pasien
leukositosis dan dari USG tampak kista berukuran 7,75 cm x 6,13 cm x
6,92 cm.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
dapat didiagnosis pasien dengan akut abdomen ec suspek
kista ovarium terpuntir dan suspek apendisitis. Sering
pada kista terpuntir pasien akan mengeluhkan nyeri tajam
pada perut bawah, onsetnya mendadak dan semakin
memburuk setelah beberapa jam. Nyeri biasanya terjadi
pada bagian yang terkena, panggul dan paha atas.
Peningkatan suhu dapat ditemui jika terjadi nekrosis
adneksa. Mual muntah sering ditemui seiring dengan rasa
nyeri.
Pada appendisitis, dapat ditemukan nyeri di periumbilikal
yang samar-samar awalnya dan seiringdengan waktu akan
berlokasi di abdomen kanan bawah. Terjadi peningkatan
nyeri yang gradual seiring perkembangan penyakit. Pasien
juga bisa mengalami mual muntah hebat. Pada pemeriksaan
fisik seperti Mc Burney sign didapatkan positif. Pada wanita
usia muda, appendisitis sering didiagnosis banding dengan
kondisi ginekologik seperti kista ovarium yang ruptur atau
torsi dan infeksi saluran kemih.
Banyak faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya kista ovarium
terpuntir pada wanita usia muda dengan resiko yang semakin tinggi
pada perempuan yang berusia lebih dari 10 tahun oleh karena
pengaruh hormonal dan pertumbuhan gonad yang menyebabkan
peningkatan frekuensi massa fisiologik dan patologik.
Penanganan kista ovarium dibedakan menjadi penanganan
konservatif dan operatif. Pada kista dengan diameter kurang dari
5 cm dan tidak bergejala, diambil sikap menunggu selama 2-3
bulan dan dilakukan pemeriksaan ginekologik berulang. Bila
ditemukan membesar, maka kemungkinan besar kista bersifat
neoplastik dan dapat dipertimbangkan penanganan operatif.
Pada kista yang besar atau mengalami komplikasi dilakukan
salpingo-ooforektomi.
Dari laparatomi didapatkan massa kistik terpuntir dengan ukuran 7,8x6x6 cm
pada ovarium kanan. Perlu dilakukan Pemeriksaan Patologi Anatomi dengan
diambil dari massa yang dikeluarkan dikirim ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan.
Kista ovarium terpuntir dapat terjadi pada berbagai usia, namun umumnya
terjadi pada awal usia reproduksi.

Dimana pada kasus ini pasien berumur 17 tahun. Didapatkan kepustakaan


bahwa massa ovarium yang paling sering terkait dengan torsio adalah kista
dermoid. Torsio kista ovarium lebih umum disisi kanan karena kolon sigmoid
membatasi mobilitas ovarium kiri.
Prognosis dari pasien ini adalah dubia ad malam karena
meskipun penatalaksanaan kista ovarium telah dilakukan sesuai
prosedur yang benar, banyak faktor resiko yang dapat
memperburuk keadaan pasien. Pada ovarium kiri yang masih
ada dapat tumbuh kista. Luka operasi juga dapat menimbulkan
infeksi jika pasien tidak merawatnya dengan baik dan pasien
jarang kontrol ke dokter. Asupan nutrisi yang kurang baik juga
akan menghambat penyembuhan luka operasi.
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai