KETOASIDOSIS DIABETIKUM
Oleh :
Preseptor:
2019
DAFTAR ISI
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) yang umum dikenal dengan sakit gula merupakan
hiperglikemia terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-
tingkat prevalensi global penderita DM tahun 2013 sebanyak 382 kasus dan
diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2035 sebesar 55% (592 kasus)
setelah Amerika Serikat, India, dan Cina.3 Prevalensi diabetes melitus di Indonesia
berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 sebesar 10,9%.4
absolut atau relatif.3 KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State (HHS) adalah
3
dua komplikasi akut metabolik diabetes mellitus yang paling serius dan
mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus
(DM) tipe1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe1.6 KAD
akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada DM tipe 1 pada keadaan infeksi,
insiden KAD sebesar 8/1000 pasien DM pertahun untuk semua kelompok umur,
sedangkan untuk kelompok umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien
DM per tahun.3 Sumber lain menyebutkan insiden KAD sebesar 4,6 – 8/1000
100.000 pasien yang dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data
insiden KAD di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit dan terutama
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5%,
di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat
mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan
yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas,
pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, dan uremia. Kematian
pada pasien KAD usia muda umumnya dapat dihindari dengan diagnosis cepat,
4
patofisiologinya. Pada pasien kelompok usia lanjut, penyebab kematian lebih
umumnya terjadi 4-12 jam setelah terapi dimulai, meski dapat pula terjadi
sebelum diberi terapi, atau timbul lebih lambat. Keluhan dan gejala edema serebri
bervariasi meliputi nyeri kepala, penurunan atau perburukan bertahap dari tingkat
kesadaran, perlambatan denyut nadi yang tidak sesuai, dan peningkatan tekanan
darah. Terapi edema serebri harus dimulai segera setelah dicurigai. Pemberian
Manitol intravena diberikan dengan dosis 0,25-1 gram/kg selama 20 menit pada
pasien dengan gejala edema serebri sebelum ancaman gagal napas. Dapat diulang
setelah dua jam jika tidak ada respons awal. NaCl hipertonik (3%) 5-10 ml/kg
ventilasi. Prognosis KAD baik bila tidak ada komplikasi dan penanganan
5
1.2 Batasan Masalah
Metode yang dipakai pada penulisan Clinical science session ini berupa
hasil tinjauan kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur, termasuk buku
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (>250 mg/dl),
disertai tanda dan gejala asidosis (pH darah < 7,3 dan bikarbonat darah < 15 mEq/
L) dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL)
2.2. Epidemiologi
umur kurang dari 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun.3 Sumber lain
dilaporkan bertanggung jawab untuk lebih dari 100.000 pasien yang dirawat per
Angka kematian pasien dengan KAD di negara maju kurang dari 5% pada
10%3, sedangkan di klinik dengan sarana sederhana dan pasien usia lanjut angka
kematian dapat mencapai 25 – 50%. Angka kematian menjadi lebih tinggi pada
7
beberapa keadaan yang menyertai KAD, seperti sepsis, syok berat, infark miokard
akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar glukosa darah awal yang tinggi, dan
uremia.8
katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan, serta pada pasien yang baru
menderita DM tipe 1 (sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita
oleh hati dan ginjal, serta gangguan penggunaan glukosa perifer dengan akibat
dikenali adanya faktor pencetus, sementara 20% lainnya tidak diketahui faktor
lebih dari 50% kasus KAD.8 Pada infeksi akan terjadi peningkatan sekresi kortisol
dan glukagon sehingga terjadi peningkatan kadar gula darah yang bermakna.
8
terapi insulin yang inadekuat. Faktor lain yang juga diketahui sebagai pencetus
2.4. Patofisiologi
non karbohidrat (alanin, laktat, dan gliserol pada hepar, dan glutamin pada ginjal)
lipase yang sensitif pada jaringan lemak. Peningkatan aktivitas ini akan memecah
9
trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas (free fatty acid/FFA).
Pada hepar, asam lemak bebas dioksidasi menjadi benda keton yang
enzim pertama yang dihambat pada sintesis asam lemak bebas. Malonyl Co A
esterifikasi dari fatty acyl Co A menjadi fatty acyl camitine, yang mengakibatkan
oksidasi asam lemak menjadi benda keton. CPT I diperlukan untuk perpindahan
peningkatan ketogenesis.11
10
Gambar 2.1 Bagan Patofisiologi KAD12
2.5. Klasifikasi
KAD
Parameter
Ringan Sedang Berat
Gula darah (mg/dL) >250 >250 >250
pH arteri 7,25 – 7,30 7,00 – 7,24 <7,00
HCO3- (mEq/L) 15 - 18 10 - 15 <10
Keton urin + +
Keton serum + +
Osmolalitas serum
Variabel Variabel
efektif (mOsm/kg)
Anion gap >10 >12 >12
11
Perubahan sensorial /
Sadar Sadar – somnolen Stupor / koma
Mental
2.6. Manifestasi Klinis
jangka waktu pendek (< 24 jam). Gambaran klinis klasik termasuk riwayat
poliuria, polidipsia, dan polifagia, penurunan berat badan, muntah, sakit perut,
yang buruk.8
bikarbonat serum antara 15 - 18 mEq/L; KAD sedang dengan pH antara 7,0 - 7,24
dan kadar bikarbonat serum 10 - 15 mEq/L; dan KAD berat dengan pH kurang
dari 7,0 dan bikarbonat kurang dari 10 mEq/L. Pada KAD ringan, anion gap lebih
besar dari 10 dan pada KAD sedang atau berat, anion gap lebih besar dari 12.
(HHS) di mana glukosa darah lebih besar dari 600 mg/dL tetapi pH lebih besar
12
Pemeriksaan elektrolit serum setiap 1 - 2 jam sampai pasien stabil,
Pemeriksaan gas darah arteri (ABG) inisial, diikuti dengan bikarbonat jika
perlu
kalium, glukosa, elektrolit, dan, jika perlu, fosfor. Penting untuk memantau
kreatinin.15
Kadar glukosa darah pasien KAD biasanya melebihi 250 mg/dL. Dokter
glukosa plasma.16
2.7.3. Urin
Pada pasien KAD, pemeriksaan urin sangat positif untuk glukosa dan
keton. Kadang, keton tidak terdeteksi pada urin karena sebagian besar
sedangkan keton dominan pada KAD berat tidak terkontrol adalah beta-
13
2.7.4. Keton
hidroksibutirat darah yang diukur dengan strip reagen dan kadar keton serum yang
dinilai dengan reaksi nitroprusid sama efektifnya dalam mendiagnosis KAD tanpa
komplikasi. Produk Acetest dan Ketostix mengukur aseton dan asam asetoasetat
Ketonuria dapat bertahan lebih lama daripada asidosis jaringan. Satu penelitian
menunjukkan bahwa tes urin rutin untuk keton tidak lagi diperlukan untuk
tata laksana asidosis diabetik, keton kapiler darah harus diukur untuk memantau
14
2.7.5. Beta-hidroksibutirat
respon pengobatan pasien KAD. Kadar yang lebih besar dari 0,5 mmol/L
dianggap abnormal, dan kadar 3 mmol/L merupakan indikasi rawat inap KAD.19
Pada pasien KAD, gas darah arteri (ABG) sering menunjukkan manifestasi
khas berupa asidosis metabolik, bikarbonat rendah, dan pH rendah (kurang dari
darah vena daripada arteri untuk analisis gas darah, kecuali jika terdapat masalah
menemukan bahwa pH gas darah vena pada pasien KAD 0,03 kali lebih rendah
daripada pH pada arteri.21 Karena perbedaan ini tidak signifikan secara klinis,
hampir tidak ada alasan untuk melakukan ABG yang lebih menyakitkan bagi
Kadar kalium serum pada awalnya lebih tinggi atau dalam batas normal
pada pasien KAD. Hal ini disebabkan karena perpindahan kalium ke ekstraseluler
dari jumlah kalium tubuh yang habis menghilang. Kalium perlu sering diperiksa
15
Kadar natrium serum pada pasien KAD biasanya rendah. Efek osmotik
100 mg/dL glukosa lebih dari 100 mg/dL, kadar natrium berkurang sekitar 1,6
mEq/L. Ketika kadar glukosa berkurang, kadar natrium serum akan meningkat.
Selain itu, kadar klorida dan fosfor serum selalu rendah pada pasien KAD.16
peningkatan jumlah leukosit pada pasien KAD. Jumlah leukosit yang tinggi (lebih
penyebab KAD.16
2.7.10. Osmolaritas
pasien KAD. Jika osmolaritas plasma tidak dapat diukur secara langsung, maka
glukosa/18. Osmolaritas urin juga meningkat pada pasien KAD. Pasien KAD
dalam keadaan koma biasanya memiliki osmolalitas lebih besar dari 330
mOsm/kgH2O. Jika osmolalitas lebih rendah pada pasien yang koma, cari
penyebab lain.16
16
2.7.11. Foto Toraks
2.7.12. MRI
2.7.13. CT Scan
dilakukan karena dapat disebabkan oleh edema serebral. Banyak gambaran yang
dapat dilihat pada pencitraan kepala dan pemberian salin hipertonik atau manitol
pada kasus anak yang diduga edema serebral tidak boleh ditunda.22
KAD dapat menyebabkan komplikasi jantung. EKG harus dilakukan setiap 6 jam
selama hari pertama. EKG dapat menunjukkan tanda infark miokard akut yang
bisa tanpa rasa sakit pada pasien diabetes, terutama dengan neuropati otonom.16
hiperkalemia. EKG juga merupakan cara cepat untuk menilai hipokalemia atau
17
peringatan pertama perubahan kadar kalium serum. Gelombang T rendah
Pankreatitis akut
Ketoasidosis alkohol
Apendisitis
Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan sistitis (infeksi vesika urinaria) pada
wanita
Koma hiperosmolar
Hipofosfatemia
Hipotermia
Asidosis laktat
Asidosis metabolik
Toksisitas salisilat
Syok sepsis
18
2.9. Manajemen dan Tata Laksana
(ICU) selama 24 – 48 jam pertama harus dilakukan. Ketika menata laksana pasien
merupakan hal yang penting. Selain itu, perlu dilakukan pengawasan ketat koreksi
cairan dan kehilangan elektrolit selama satu jam pertama. Hal tersebut dilanjutkan
dapat membuat gejala klinis lebih jelas sehingga memperjelas kebutuhan koreksi
kehilangan 3 L cairan.17
rejimen harian. Hal ini ditandai dengan pH di atas 7,3 dan bikarbonat lebih dari 18
mEq/L.17
Infus insulin dapat dihentikan 30 menit kemudian. Jika pasien masih mual
dan tidak bisa makan, infus dekstrosa harus dilanjutkan dan insulin kerja singkat
19
harus diberikan subkutan tiap 4 jam, sesuai dengan kadar glukosa darah, dengan
badan sampai ketosis teratasi. Jika glukosa darah di bawah 14 mmol/L (250
mg/dL), glukosa 10% harus diberikan dan infus insulin tetap dilanjutkan.17
harus dimulai pada dosis yang digunakan sebelum manifestasi KAD. Jika Insulin
makan dengan baik tanpa muntah, mulai kembali pada dosis biasa. Jika tidak,
puncaknya.17,18
Koreksi inisial kehilangan cairan adalah dengan larutan salin isotonik atau
adalah:18
20
Berikan 1 - 3 L selama satu jam pertama;
sentra.
pemberian larutan natrium klorida isotonik menjadi setengah, terutama jika terjadi
tekanan darah, denyut nadi, produksi urin, dan status mental yang adekuat. Jika
salin isotonik dengan klorida yang diganti dengan asetat) untuk menghindari
terjadinya asidosis hiperkloremik. Ketika gula darah menurun hingga kurang dari
180 mg/dL, larutan NaCL isotonik diganti dengan dekstrosa 5 - 10% dengan
Insulin baru dapat diberikan sekitar satu jam setelah penggantian cairan IV
dimulai karena insulin mungkin lebih berbahaya dan kurang efektif sebelum
insulin sebelum rehidrasi. Bolus insulin awal tidak mengubah tata laksana KAD.23
Ketika pengobatan insulin dimulai pada pasien KAD, beberapa poin harus
21
menginduksi hipoglikemia berat atau hipokalemia yang dapat terjadi pada rejimen
Absorpsi insulin subkutan berkurang pada KAD karena dehidrasi. Oleh karena itu,
Penggunaan analog insulin kerja cepat subkutan (lispro) telah dicoba pada
pasien KAD anak (0,15 U/kg tiap 2 jam). Hasilnya terbukti sebanding dengan
insulin intravena, tetapi membutuhkan waktu 6 jam lebih lama untuk mengatasi
ketosis. Metode tersebut mungkin lebih hemat biaya dan dapat menghindari
perawatan intensif pada pasien dengan kasus ringan. Penggunaan analog insulin
infus, jika tersedia, dengan kecepatan 0,1 U/kg/jam. Campuran 24 unit insulin
kurang dari 180 mg/dL; kecepatan infus kemudian diturunkan menjadi 5 - 7,5
Campuran insulin dengan volume yang lebih besar dan larutan natrium
klorida isotonik dapat digunakan, dengan ketentuan bahwa dosis infus insulin
serupa dengan yang telah disebutkan. Volume campuran yang lebih besar
digunakan ketika tidak ada pompa infus IV (misalnya, 60 U insulin dalam 500 mL
23
larutan natrium klorida isotonik dengan laju 50 mL/jam).
22
Berdasarkan Petunjuk Praktis Terapi Insulin pada Pasien DM, terapi
insulin pada KAD diberikan 2 jam setelah rehidrasi, sesuai panduan berikut:23
darah < 10% atau bila status asam basa tidak membaik.
Kurangi dosis 1 – 2 UI/jam bila kadar glukosa < 250 mg/dL (0,05 – 0,1
Bila kadar glukosa darah selalu < 100 mg/dL, ganti cairan infus dengan
insulin subkutan.
Insulin infus intravena jangan dulu dihentikan saat insulin subkutan mulai
Pada pasien yang belum pernah mendapat terapi insulin, berikan insulin
subkutan dengan dosis 0,6 UI/kgBB/24 jam (50% insulin basal + 50%
insulin prandial).
23
Kecepatan penurunan glukosa yang optimal adalah 100 mg/dL/jam.
Jangan biarkan kadar glukosa darah turun di bawah 200 mg/dL selama 4 - 5 jam
timbul kembali membutuhkan durasi perawatan yang lebih lama. Bahaya lainnya
serebral.23
Jika kadar kalium lebih besar dari 6 mEq/L, jangan berikan suplemen
kalium. Jika kadar kalium 4,5 - 6 mEq/L, berikan 10 mEq/jam KCl. Jika kadar
Pantau kadar kalium serum tiap jam dan infus harus dihentikan jika kadar
kalium lebih dari 5 mEq/L. Pemantauan serum kalium harus berlanjut bahkan
Pada hipokalemia berat, terapi insulin diiringi dengan penggantian kalium untuk
Tambahkan 20 - 40 mEq/L KCL ke setiap liter cairan jika kadar kalium kurang
23
dari 5,5 mEq/L. Kalium dapat diberikan: 2/3 sebagai KCl, 1/3 sebagai KPO4.
24
2.9.5. Koreksi Keseimbangan Asam-Basa
mengancam nyawa, terutama bila dikaitkan dengan sepsis atau asidosis laktat.
konsentrasi 1,4%. Dosis dapat diulang setiap setengah jam jika perlu. Koreksi
Jika terjadi infeksi, berikan antibiotik yang tepat berdasarkan hasil kultur
dan sensitivitas. Mulai antibiotik empiris jika curiga infeksi sampai hasil kultur
tersedia.23
2.10. Komplikasi
Infark miokard
25
Gastritis erosif
Hipoglikemia
Gangguan pernapasan
Hipofosfatemia
Mukormikosis
Gejala serebrovaskular
anak dengan diabetes tipe 1 berat onset baru tanpa komplikasi, menunjukkan
fungsi kognitif yang lebih rendah setelah koreksi KAD daripada pasien tanpa
KAD di usia yang sama. Para peneliti mencurigai bahwa KAD dan/atau tata
2.11. Prognosis
Angka kematian KAD adalah 0,2 - 2%, dengan terbanyak berasal dari
negara berkembang. Insidens koma dalam, hipotermia, dan oliguria saat diagnosis
Prognosis pasien KAD yang diobati dengan baik sangat baik, terutama
pada pasien usia muda tanpa infeksi penyerta. Prognosis terburuk biasanya
terdapat pada pasien usia tua dengan penyakit parah (infark miokard, sepsis, atau
25
pneumonia), terutama ketika pasien dirawat di luar unit perawatan intensif.
26
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lee et al melaporkan bahwa pada
pasien KAD dewasa, waktu resolusi yang lebih lama berkaitan dengan tingkat pH
yang lebih rendah dan konsentrasi kalium serum yang lebih tinggi saat masuk
rumah sakit (dengan kedua faktor menjadi prediktor independen).25 Hasil terbaik
didapatkan pada pasien yang dirawat di unit perawatan intensif selama 1 - 2 hari
pertama rawat inap, meskipun beberapa rumah sakit berhasil dalam mengobati
Apporach and Diabetes Education [EVADE]). Angka mortalitas yang tinggi pada
pasien yang tidak dirawat di rumah sakit menunjukkan perlunya diagnosis dini
terutama pada anak dan remaja. Edema serebral sering terjadi akibat perpindahan
infark miokard akut).22 Pemahaman yang baik tentang patofisiologi KAD bersama
27
DAFTAR PUSTAKA
28
16. Arora S, Henderson S, Long T, Menchine M. Diagnostic Accuracy of
Point-of-Care Testing for Diabetic Ketoacidosis at Emergency-Department
Triage: beta-Hydroxybutyrate versus the urine dipstick. Diabetes Care.
2011;34(4):852–4.
17. Savage M, Dhatariya K, Kilvert A, Rayman G, Rees J, Courtney C, et al.
Joint British Diabetes Societies guideline for the management of diabetic
ketoacidosis. Diabet Med. 2011;28(5):508–15.
18. Joint British Diabetes Societies Inpatient Care Group. The Management of
Diabetic Ketoacidosis in Adults [Internet]. 2010 [cited 2018 Sep 16].
Available from: http://www.diabetes.nhs.uk/document.php?o=1336
29
30
31