Anda di halaman 1dari 33

REFERAT: LETAK SUNGSANG

Penyusun:
Egla Philderi Tundan Tasin
112018055
Pembimbing: dr.Ajeng Normala
Sp.OG
dr. Freddy Dinata, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAWI - BOGOR
PERIODE 14 Oktober – 22 Desember 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Pedahuluan

 Letak sungsang ditemukan pada 2 - 4 % kehamilan.2,3 Beberapa


literatur lainnya menyebutkan angka 3 – 5 %. Insiden terbanyak
terdapat pada usia kehamilan 28 minggu kira – kira 25 % posisi
bayi dalam keadaan letak sungsang,dan seiring dengan
bertambahnya usia kehamilan, insidens semakin berkurang.
 Di Indonesia angka kejadian letak sungsang dapat mencapai 4 %.
Definisi Letak Sungsang
 Letak sungsang merupakan keadaan di mana
janin terletak memanjang dengan kepala di
fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri.
Etiologi
 1.Prematuritas
 2.Multiparitas
 3. Kehamilan Kembar
 4. Polihidramnion
 5.Hidrosefalus
 6. Panggul Sempit
 7. Kelainan uterus (seperti fibroid) dan kelainan
bentuk uterus (malformasi)
Klasifikasi
Mekanisme Persalinan

 Bokong masuk ke pintu


atas panggul dalam posisi
atau dengan garis paha
melintang atau miring.
 Setelah trokanter belakang
mencapai dasar panggul,
terjadi putaran paksi dalam
sehingga trokanter depan
berada di bawah simfisis.
Mekanisme Persalinan

 Penurunan bokong dengan


trokanter belakangnya
berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika
janin berada di pintu
bawah panggul.
Mekanisme Persalinan

 Terjadi persalinan
bokong, dengan trokanter
depan sebagai
hipomoklion.
 Setelah trokanter
belakang lahir, terjadi
fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter
depan, sehingga seluruh
bokong janin lahir.
Mekanisme Persalinan

 Jika bokong tidak


mengalami kemajuan
selama kontraksi
berikutnya, episiotomi
dapat dilakukan dan
bokong dilahirkan
dengan traksi ke
bawah perut.
Mekanisme Persalinan

 Terjadi putaran paksi


luar, yang
menempatkan
punggung bayi ke arah
perut ibu.
 Penurunan bokong
berkelanjutan sampai
kedua tungkai bawah
lahir.
Mekanisme Persalinan

 Jika kaki janin telah


keluar, penolong dapat
menyusupkan tangan
sepanjang kaki anterior
dan melahirkan kaki
dengan flexi dan
abduksi sehingga
bagian badan lainnya
dapat dilahirkan.
Mekanisme Persalinan

 Bahu janin mencapai pelvic 'gutter'


(jalan sempit) dan melakukan putar
paksi dalam sehingga diameter
biacromion terdapat pada diameter
anteroposterior diameter pelvic
bagian luar.
 Penurunan ke dalam pelvic terjadi
dengan flexi dari kepala.
Pemeriksaan Penunjang
 USG; seperti plasenta previa, kelainan
kongenital, kehamilan ganda, kelainan uterus.
Jika tidak ada kelainan pada hasil USG, maka
dilakukan knee chest position.
Persalinan pervaginam Sectio caesar
Presentasi “Frank Breech” Presentasi “footling”
Usia kehamilan ≥ 34 minggu Janin preterm (25-34 minggu)
TBJ 2000-3500 gram TBJ > 3500 gr atau < 1500 gr
Kepala fleksi Kepala janin defleksi atau hiperekstensi
Ukuran panggul adekuat (berdasarkan X-ray Panggul sempit atau ukuran dalam nilai
pelvimetry)Diameter transversa PAP 11,5 cm dan “borderline “
diameter anteroposterior 10,5 ; Diameter
tranversal panggul tengah 10 cm, dan diameter
anteroposterior 11,5 cm.
Tidak ada indikasi sectio caesar pada ibu atau Bagian terendah janin belum engagePartus
anak lamaPrimi tuaInfertilitas atau Riw. Obstetric
Janin previable (usia kehamilan <25 minggu & < burukLetak kaki pada kehamilan 25 minggu tanpa
700 gr) disertai kelainan kongenital (mencegah prolaps
Kelainan kongenital + tali pusat)Ketuban pecah dini
Proses persalian berlangsung normal mekipun
sudah direncanakan section Caesar (persalian per
vaginam masih merupakan pilihan dibandingkan
SC )
Persalinan Pervaginam

 a.Persalinan spontan (spontaneous breech)


 b.Manual aid (partial breech extraction; assisted breech
delivery)
 c.Ekstraksi sungsang (total breech extraction)
Perasat Bracht
Prosedur Manual Aid

 1.Tahap pertama : lahirnya bokong  3. Tahap ketiga : lahirnya


sampai pusar yang dilahirkan kepala, dapat dengan, cara
dengan kekuatan dan tenaga ibu  a)Mauriceau (Veit-Smellie)
sendiri.
 b)Najouks
 2.Tahap kedua : lahirnya bahu dan
lengan yang memakai tenaga  c)Wigand Martin-Winckel
penolong.  d)Parague terbalik
 Cara/teknik untuk melahirkan bahu  e)Cunam piper
dan lengan ialah secara :
a)Klasik (Deventer)
b)Mueller
c)Lovset
d)Bickenbach.
Perasat Klasik
Perasat Mueller
Perasat Loevset
Perasat Loevset
 4.Cara Bickhenbach
 Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi
antara cara Mueller dengan cara klasik.
Perasat Mauriceau
Perasat Prague Terbalik
Cara Cunam Piper
 Cara Naujoks
 Teknik ini dilakukan apabila kepala masih
tinggi sehingga jari penolong tidak
dimasukkan ke dalam mulut janin.
Ekstraksi Kaki
 Teknik ekstraksi bokong
Dilakukan pada letak bokong murni (frank
breech) dan bokong sudah berada di dasar
panggul sehingga sukar menurunkan kaki.
Skor Zachtuchni Andros

Parameter Nilai

0 1 2

Paritas Primi multi -

Pernah letak sungsang Tidak 1 kali 2 kali

TBJ > 3650 g 3649-3176 g < 3176 g

Usia kehamilan > 39 minggu 38 minggu < 37 minggu

Station < -3 -2 -1 atau >

Pembukaan serviks 2 cm 3 cm 4 cm

Arti nilai:
≤ 3 : persalinan perabdominam
4 : evaluasi kembali secara cermat, khususnya berat badan
janin, bila nilai tetap dapat dilahirkan
pervaginam.
>5 : dilahirkan pervaginam.
Komplikasi Letak Sungsang

Dari faktor bayi:


Dari faktor ibu:
1.Perdarahan seperti perdarahan intracranial,
 1.Perdarahan oleh karena trauma edema intracranial, perdarahan alat-alat vital
jalan lahir, atonia uteri, sisa intra-abdominal
plasenta 2.Infeksi karena manipulasi
 2.Infeksi karena terjadi secara Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur
ascendens melalui trauma ekstremitas, persendian leher, rupture alat-
(endometritis) alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus
brachialis dan fascialis, kerusakan pusat vital
 3.Trauma persalinan seperti di medulla oblongata, trauma langsung alat-
trauma jalan lahir, simfidiolisis alat vital (mata, telinga, mulut), asfiksia
sampai lahir mati
Prognosis
 Angka kematian bayi akibat persalinan sungsang lebih tinggi
daripada persalinan dengan letak kepala. Sebab kematian utama
adalah akibat prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam
tengkorak. Hipoksia akibat terjepitnya tali pusat antar kepala dan
panggul dapat menyebabkan lepasnya plasenta.
Kesimpulan
 Menolong persalinan dengan letak sungsang
diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan
normal. Apabila tidak terjadi kemajuan dalam
persalinan maka kita dapat melakukan
operasi seksio sesarea. Untuk melakukan
operasi seksio sesarea diperlukan indikasi
yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai