Anda di halaman 1dari 41

TUBERCULOSIS PARU

Oleh :
Puji Amanda Ibrahim
Pembimbing :
Dr. dr. Idham Jaya Ganda, Sp.A (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2017
PENDAHULUAN

 Tuberkulosis paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis

 Di indonesia, tuberkulosis paru merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien
tuberkulosis paru di indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah india dan cina dengan
jumlah pasien sekitar 10% dari total jumlah pasien TB di dunia.

 Sebagian besar basil mycobacterium tuberculosis masuk ke dalam jaringan melalui airborne
infection dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari ghon.
IDENTITAS PASIEN

• NAMA PASIEN : AN. A M

• NO. REKAM MEDIK : 13-55-07

• UMUR : 4 TAHUN 4 BULAN

• JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

• ALAMAT : MON EMISAELAN LR. 50/21

• TANGGAL LAHIR : 11/10/2012

• AGAMA : ISLAM

• KEBANGSAAN : INDONESIA

• TANGGAL MASUK : 20/02/2017

• PERAWATAN/ KAMAR : P4/ 405

• DPJP : DR. HERRY D. NAWING, SP.A


ANAMNESIS

Keluhan utama : Demam

Anamnesis terpimpin :
Pasien dibawa ke RS faisal dengan keluhan ± 2 minggu demam yang terus menerus, lebih tinggi
dini/ malam hari, tidak kejang. Ada batuk sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, ada lendir,
tidak ada darah, tidak sesak, tidak muntah. Anak malas makan dan minum. Buang air kecil : lancar,
kuning, buang air besar : belum 3 hari.
Berdasarkan alloanamnesis diketahui bahwa pasien sebelumnya memiliki riwayat kontak dengan
bibi nya yang menderita tb paru ± 1 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Dari alloanamnesis diketahui bahwa pasien tidak memiliki riwayat demam lama sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga, kecuali bibi dan sepupu pasien yang menderita TB
paru dan tinggal serumah dengan pasien (riwayat kontak (+))
Riwayat imunisasi : Lengkap
PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
• Keadaan umum : sakit sedang
• Kesadaran : sadar, GCS 15 (E4M6V5)
• Status gizi : gizi baik
• Berat badan : 15 kg

• Tinggi badan : 106 cm


Tanda vital
• Tekanan darah : 90/60 mmHg

• Nadi : 120 kali / menit


• Pernapasan : 28 kali / menit
• Suhu : 39,4 oc
 Tonsil : T1/T1 hiperemis (-)
 Faring : hiperemis (-)
 Paru : bunyi pernapasan : vesikuler
bunyi tambahan : rh -/- wh -/-
 Jantung : BJ I/II murni regular
Bising (-)
 Abdomen : peristaltik (+) kesan normal
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 4
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati :0
Pembengkakan sendi : 0
Foto thorax : belum
Mantoux test : belum
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(Darah Rutin dan Widal) 20-2-2017

Pemeriksaan Hasil Referensi


Lekosit 12.250 4.0-10.0
Limfosit 21 20.0-40.0
Monosit 6 3.0-12.0
Neutrofil 72 50.0-70.0
Eritrosit 4.410.000 3.50-5.50
HB 12.2 P : 11.0-15.0, L : 14.0-17.0
Hematokrit 37.0 37-54
Trombosit 263.000 150.000-450.000
Eosinofil 1 0.5-5.0
Basofil 1 0.0-1.0
Salmonella Thyphi O 1/40 Negatif
Salmonella Thyphi H 1/80 Negatif
Salmonella Parathyphi AH 1/40 Negatif
Salmonella Parathyphi BH 1/80 Negatif
Salmonella Thyphi OA 1/80 Negatif
Salmonella Thyphi BO 1/40 Negatif
Salmonella Thyphi CO 1/80 Negatif
Salmonella Thyphi CH 1/40 Negatif
Tubex 21-2-2017

Pemeriksaan Hasil Referensi


Tubex TF IgG : Negatif Negatif
Tubex TF IgM : Negatif Negatif

Mantoux Test 22-2-2017

Pemeriksaan Hasil Referensi


Mantoux 0 mm (Negatif) Positif bila indurasi ≥ 10mm
Foto Thorax AP 21-2-2017

• Infiltrat pada parakardial kiri dan kanan disertai pemadatan kedua hilus
• Cor : dalam batas normal
• Kedua sinus dan diafragma baik
• Tulang-tulang intak
Kesan : Bronchopneumonia
Limphadenopathy hili bilateral
ASSESMENT

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan penunjang maka


disimpulkan :
• Diagnosis kerja : TB Paru
• Diagnosis banding : 1. ISK
2. Demam Thyphoid
PLANNING
• IVFD dextrose 5% 18 tpm
• Paracetamol 150mg/8jam/intravena (bila suhu ≥ 38,5 oc)
• Cefotaxime 750mg/12jam/intravena
• Gentamisin 40mg/12jam/intravena
• Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/intravena
• Makanan biasa : energi = 1350 kkal, protein = 50 gram
PROGNOSIS

• Qua ad vitam : dubia et bonam


• Qua ad sanationam : dubia et bonam
• Qua ad functionam : dubia et bonam
subjective
FOLLOW
objective
UP 21-02-2017
Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) KU : SS/GB/CM TB Paru dd ISK  IVFD dextrose 5% 18 tpm
sesak (-) batuk (+) TD : 90/60 mmHg
mual(-) Muntah (-) N : 100x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
Anak malas makan P : 30x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
/minum S : 38,9 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
BAB: belum 4 hari Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
BAK: cukup, kuning Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350
Bising (-) kkal, Protein = 50 gram
Abdomen : Peristaltik (+) kesan
normal. Hepar/lien Periksa:
tidak teraba Foto Thorax AP
Skor TB : 4
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati: 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax: belum
Mantoux test : belum
subjective
FOLLOW
objective
UP 22-02-2017
Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) KU : SS/GB/CM TB Paru dd ISK  IVFD dextrose 5% 18 tpm
sesak (-) batuk (+) mual(-) TD : 90/60 mmHg
Muntah (-) Anak malas N : 100x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
makan /minum P : 30x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAB: biasa, kuning S : 39,3 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
BAK: cukup, kuning Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350
Bising (-) kkal, Protein = 50 gram
Abdomen : Peristaltik (+) kesan
normal. Hepar/lien Periksa:
tidak teraba Mantoux test
Skor TB : 4
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati: 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax: belum
Mantoux test : belum
FOLLOW UP 23-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) sesak (-) KU : SS/GB/CM TB Paru dd ISK  IVFD dextrose 5% 18 tpm
batuk (+) mual(-) Muntah (-) TD : 100/80 mmHg Diare Akut
Anak malas makan/ minum N : 90x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
BAB: encer, frekuensi 3x P : 30x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAK: cukup, kuning S : 38,8 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350 kkal, Protein = 50 gram
Bising (-)  Zinc 20mg/24jam/oral
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 4
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati : 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax : belum
Mantoux test : belum
Skor dehidrasi : 7
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas :2
Turgor :1
Nadi :1
FOLLOW UP 24-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) sesak (-) KU : SS/GB/CM TB Paru dd ISK  IVFD dextrose 5% 18 tpm
batuk (+) mual(-) Muntah (-) TD : 90/60 mmHg Diare Akut
Anak malas makan/minum BAB: N : 94x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
encer, ampas (+), frekuensi 2x P : 32x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAK: cukup, kuning S : 38,9 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350 kkal, Protein = 50 gram
Bising (-)  Zinc 20mg/24jam/oral
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
Hepar/lien tidak teraba Periksa :
Skor TB : 5 Urin rutin
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati: 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax : 1
Mantoux test : belum
Skor dehidrasi : 7
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas :2
Turgor :1
Nadi :1
FOLLOW UP 25-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) sesak (-) KU : SS/GB/CM TB Paru dd ISK  IVFD dextrose 5% 18 tpm
batuk (+) mual(-) Muntah (-) TD : 100/70 mmHg Diare Akut
Anak malas makan/minum BAB: N : 100x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
encer, ampas (+), frekuensi 1x P : 28x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAK: cukup, kuning S : 38 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350 kkal, Protein = 50
Bising (-) gram
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
 Zinc 20mg/24jam/oral
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 5
Demam :1
Batuk :0
Kontak :3
Gizi :0
Limfadenopati : 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax : 1
Mantoux test : belum
Skor dehidrasi : 6
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas : 1
Turgor : 1
Nadi :1
FOLLOW UP 26-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) KU : SS/GB/CM  TB Paru  IVFD dextrose 5% 18 tpm
kejang (-) sesak (-) batuk (+) TD : 100/70 mmHg  Diare Akut
mual(-) Muntah (-) Anak malas N : 100x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
makan/minum P : 28x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAB: sedikit, coklat S : 39,2 oC
 Cefotaxime 750mg/12jam/iv
BAK: cukup, kuning Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Gentamisin 40mg/12jam/iv (stop)
Paru : BP : Vesikuler  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler  Makanan biasa : Energi = 1350 kkal, Protein = 50
Bising (-) gram
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
 Zinc 20mg/24jam/oral
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 5  OAT hari 1 intensif
Demam :1 INH 150mg/24jam/oral
Batuk :0
Kontak :3 Rifampisin 150mg/24jam/oral
Gizi :0 Pyrazinamid 300mg/24jam/0ral
Limfadenopati: 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax : 1
Mantoux test : 0
Skor dehidrasi : 6
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas : 1
Turgor : 1
Nadi :1
FOLLOW UP 27-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) sesak (-) KU : SS/GB/CM  TB Paru  IVFD dextrose 5% 18 tpm (stop, cabut infus)
kadang batuk (+) mual(-) Muntah(-) TD : 110/80 mmHg  Diare Akut (teratasi)
Anak mau makan /minum N : 98x/menit  Paracetamol 150mg/8jam/iv
BAB: biasa, kuning P : 28x/menit (bila suhu ≥ 38,5 oC)
BAK: cukup, kuning S : 38,1 oC
 Cefotaxime (stop) 750mg/12jam/iv
Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-)  Ambroxol syrup 7,5mg/8jam/iv
Paru : BP : Vesikuler  Makanan biasa : Energi = 1350 kkal, Protein = 50
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler gram
Bising (-)  Zinc 20mg/24jam/oral
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
 OAT hari 2 intensif
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 5 INH 150mg/24jam/oral
Demam :1 Rifampisin 150mg/24jam/oral
Batuk :0
Kontak :3 Pyrazinamid 300mg/24jam/0ral
Gizi :0  Cefixim syrup
Limfadenopati: 0
2 dd ¾ cth/oral
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax : 1  Paracetamol syrup
Mantoux test : 0 3 dd 1 ½ cth/oral
Skor dehidrasi : 6
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas : 1
Turgor : 1
Nadi :1
FOLLOW UP 28-02-2017
subjective objective Assesment Instruksi
Demam (+) kejang (-) sesak (-) KU : SS/GB/CM  TB Paru  Zinc 20mg/24jam/oral
batuk (-) mual(-) Muntah (-) Anak TD : 100/70 mmHg  Diare Akut (teratasi)
mau makan/minum N : 88x/menit  OAT hari 3 intensif
BAB: biasa, kuning P : 28x/menit INH 150mg/24jam/oral
BAK: cukup, kuning S : 38,9 oC
Rifampisin 150mg/24jam/oral
Tonsil : T1/T1 hiperemis(-)
Faring : Hiperemis (-) Pyrazinamid 300mg/24jam/0ral
Paru : BP : Vesikuler  Cefixim syrup
BT : Rh-/- Wh-/-
Cor : Bj I/II murni reguler 2 dd ¾ cth/oral
Bising (-)  Paracetamol syrup
Abdomen : Peristaltik (+) kesan normal.
3 dd 1 ½ cth/oral
Hepar/lien tidak teraba
Skor TB : 5
Demam :1 BOLEH PULANG
Batuk :0
Kontak :3 KONTROL POLI
Gizi :0
Limfadenopati: 0
Pembengkakan sendi: 0
Foto thorax: 1
Mantoux test : 0
Skor dehidrasi : 6
KU :1
Mata :1
Mulut :1
Napas : 1
Turgor : 1
Nadi :1
DISKUSI

• Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium tuberculosis


yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer
EPIDEMIOLOGI

TB Anak adalah penyakit TB yang terjadi pada anak usia 0-14 tahun. Di
negara-negara berkembang jumlah anak berusia kurang dari 15 tahun
adalah 40−50% dari jumlah seluruh populasi umum dan terdapat sekitar
500.000 anak di dunia menderita TB setiap tahun.

TB pada tahun 2010 adalah 9,4%, kemudian menjadi 8,5% pada tahun
2011, 8,2% pada tahun 2012, 7,9% pada tahun 2013, 7,16% pada
tahun 2014 dan 9% di tahun 2015.
FAKTOR RISIKO

1. Risiko Infeksi Tuberkulosis


2. Risiko Sakit Tuberkulosis
P
A
T
O
G
E
N
E
S
I
S
GEJALA KLINIS

Pembesaran
BB tanpa sebab
kelenjar superfisial
Demam ≥ 2 minggu yg jelas atau BB tdk Malaise
di daerah leher,
dgn adekuat
axilla, inguinal, dll
Pembengkakan
tulang/sendi
Batuk ≥ 3 minggu Anorexia
panggul/lutut,
falang

Skrofuloderma di
kulit dan lesi flikten
di mata
ALUR DIAGNOSIS

Anamnesis

Pemeriksaan Fisis

Pemeriksaan Penunjang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji tuberkulin

Foto toraks AP dan lateral kanan

Pemeriksaan mikrobiologik dari bahan bilasan lambung atau


sputum

Pemeriksaan patologi

Funduskopi

Pungsi lumbal
Parameter 0 1 2 3 Skor

Kontak dengan pasien TB Tidak jelas Laporan keluarga, kontak dengan pasien Kontak dengan pasien BTA positif

BTA negatif atau tidak tahu, atau BTA

tidak jelas

Uji tuberkulin Negative Positif (≥10 mm, atau ≥ 5 mm


S pada pasien imunosupresi)

K Berat badan/keadaan gizi Gizi kurang : Gizi buruk : BB/TB <70% atau BB/U <

O (dengan KMS atau tabel) BB/TB<90 % atau 60%

BB/U < 80 %
R Demam tanpa sebab jelas ≥ 2 minggu

Batuk ≥ 3 minggu

T Pembesaran kelenjar

limfe koli, aksila,inguinal


≥ 1 cm

Jumlah ≥ 1,tidak nyeri


B Pembengkakan Ada pembengkakan

tulang/sendi panggul,

lutut, falang

Foto dada Normal/ tidak Sugestif TB

jelas

JUMLAH SKOR (maksimal 13)


PENATALAKSANAAN

1. Medikamentosa

Terapi TB terdiri dari dua fase, yaitu :

a. Fase intensif : 3-5 OAT selama 2 bulan awal

b. Fase lanjutan dengan paduan 2 OAT (inh-rifampisin) hingga 6-12 bulan.


PENATALAKSANAAN

Pada anak, obat tb diberikan secara harian (daily) baik pada fase intensif maupun fase lanjutan.

1. TB paru : INH, rifampisin, dan pirazinamid selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan INH dan rifampisin
hingga genap 6 bulan terapi (2HRZ-4HR).

2. Tb paru berat (milier, destroyed lung) dan tb ekstra paru : 4-5 oat selama 2 bulan fase intensif, dilanjutkan
dengan inh dan rifampisin hingga genap 9-12 bulan terapi.

3. Tb kelenjar superfisial : terapinya sama dengan tb paru.

4. Tb milier dan efusi pleura tb diberikan prednison 1-2 mg/kgbb/hari selama 2 minggu, kemudian dosis
diturunkan bertahap (tappering off) selama 2 minggu, sehingga total waktu pemberian 1 bulan.
Obat yang lazim digunakan dalam terapi TB pada bayi, anak, dan remaja

Obat Sediaan Dosis Dosis maksimal Efek samping


mg/kgBB
Isoniazid (INH/H) Tablet 100 dan 300 mg; 5-15 300 mg Peningkatan transaminase,
sirup 10 mg/ml hepatitis, neuritis perifer,
hipersensitivitas
Rifampisin (RIF/R) Kapsul/tablet 10-15 600 mg Urin/sekresi warna kuning,
150,300,450,600 mg, sirup mual-muntah, hepatitis, flu-
20 mg/ml like reaction.
Pirazinamid (PZA/P) Tablet 500 mg 25-35 2g Hepatotoksisitas,
hipersensitivitas
Etambutol (EMB/E) Tablet 500 mg 15-20 2,5 g Neuritis optikal (reversibel),
gangguan visus, gangguan
warna, gangguan saluran
cerna
Streptomisin (SM/S) Vial 1 g 15-30 1g Ototoksisitas, nefrotoksisitas
Dosis Kombinasi Pada TB Anak

Berat badan 2 bulan 4 bulan


(kg) RHZ (75/50/150) (RH(75/50)
5-9 1 tablet 1 tablet
10-14 2 tablet 2 tablet
15-19 3 tablet 3 tablet
20-32 4 tablet 4 tablet
2. Bedah
a. TB paru berat dengan destroyed lung untuk lobektomi atau pneumektomi.
b. Tb tulang seperti spondilitis tb, koksitis tb, atau gonitis tb.
c. Tindakan bedah dapat dilakukan setelah terapi oat selama minimal 2 bulan, kecuali jika
terjadi kompresi medula spinalis atau ada abses paravertebra tindakan bedah perlu lebih
awal.
3. Suportif
PEMANTAUAN

Terapi
Tumbuh Kembang
PENCEGAHAN

• Vaksinasi BCG (bacillus celmette guerin)


PROGNOSIS

• Tergantung dari luas proses, saat mulai pengobatan, kepatuhan


penderita mengikuti aturan penggunaan, dan cara pengobatan yang
digunakan.
KESIMPULAN

• Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium
tuberculosis).
Diagnosis TB pada anak dimulai :

• Anamnesis, pada pasien ini didapatkan pasien mengalami demam ± 2 minggu terus menerus, ada batuk
sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, ada lendir, anak malas makan dan minum.
• Kemudian pemeriksaan fisis, ditemukan suhu tubuh yang tidak pernah normal selama di rumah sakit.
• Serta pemeriksaan penunjang, hasil dari uji tuberkulin 0 mm (negatif) dan pemeriksaan foto toraks yang
memberikan gambaran sugestif (mendukung TB). Berdasarkan alloanamnesis diketahui bahwa pasien
sebelumnya memiliki riwayat kontak dengan bibi nya yang menderita tb paru ± 1 tahun yang lalu.
• Berdasarkan dari gejala klinis yang dialami pasien dan hasil foto toraks serta riwayat kontak positif
merupakan bukti bahwa pasien ini sakit tb sesuai dengan teori yang telah dijelaskan pada laporan kasus ini
sehingga dokter memberikan pengobatan oat kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Amin zulkifli, bahar asril. Tuberkulosis paru ilmu penyakit dalam jilid III edisi V. Indonesia : departemen ilmu penyakit dalam fakultas kedokteran universitas indonesia;
2009.

2. Aditama tjandra yoga, kamso sudijanto, basri carmelia, surya asik, editors. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis. Indonesia : departemen kesehatan
republik indonesia; 2011.

3. Helmia hasan, editor. Buku ajar ilmu penyakit paru 2010. Surabaya : departemen ilmu penyakit paru FK unair. 2012.

4. Staf pengajar ilmu kesehatan anak fk unhas. Standar pelayanan medis kesehatan anak. Departemen ilmu kesehatan anak FK UNHAS. 2013. Hal 40-46.

5. Rahajoe. N. N. Petunjuk teknis manajemen TB anak. Jakarta : kementrian kesehatan RI. 2016.

6. Cissy b. Kartasasmita. Epidemiologi tuberkulosis. Jurnal sari pediatri volume 11. 2009.

7. Rahajoe. N. N. Petunjuk teknis manajemen TB anak. Jakarta : kementrian kesehatan RI. 2013.

8. Kelompok kerja tb anak. Diagnosis dan tatalaksana tuberkulosis anak. Departemen kesehatan-idai. 2008. Hal 1-15.

9. World health organization. Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Jakarta : WHO indonesia. 2009.

10. Indarto, w. Skoring TB pada anak. http://www.Idaijogja.Or.Id/skoring-tb-pada-anak/ (akses pada tanggal 19 maret 2017).

11. Pudjiaji, antonius h, dkk (ed). Pedoman peyanan medis ikatan dokter anak edisi II. Jakarta : badan penerbit ikatan dokter anak indonesia. 2011. Hal 325-328.

12. Cahyono, lusi, dkk (ed). Vaksinasi. Yogyakarta : kanisus. 2010. Hal 51-52.

13. Rusmil, k. Imunisasi http://idai.Or.Id/publicarticles/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-ii.Html (akses pada tanggal 19 maret 2017).


Thank You

Anda mungkin juga menyukai