Anda di halaman 1dari 20

Audit Committee Effectiveness:

A Public Sector Case Study


Johnathan Magrane WHK Nelson, Nelson, New Zealand, and Sue Malthus
School of Business and Computer Technology, Nelson Marlborough Institute of Technology, Nelson, New Zealand

Direviu oleh:
Yehezkiel Adiperwira
Aryo Baskoro
Andrean
Chandra
Latar Belakang
• Tujuan dibentuknya Komite Audit adalah:
– untuk meningkatkan tata kelola organisasi;
– untuk memberikan jaminan pada masalah keuangan dan kepatuhan melalui
peningkatan pengawasan, akuntabilitas, dan penggunaan sumber daya yang efisien;
– berfungsi sebagai penasehat yang ditujukan untuk peningkatan kinerja dalam
organisasi.
• Skandal korporasi tingkat tinggi seperti Enron dan WorldCom telah mengintensifkan
persyaratan dan ekspektasi tata kelola perusahaan yang diatur persyaratan Komisi Eropa
dan Sarbanes-Oxley Act
• Penipuan terbesar dalam sejarah sektor publik Selandia Baru terjadi di DHB Otago pada
2008 (Peart, 2008). Selama periode enam tahun, mantan Chief Information Officer (CIO) di
DHB dan kaki tangannya menerbitkan tagihan atas kegiatan pemeliharaan yang tidak
pernah ada dan pembaruan program komputer, sebesar NZ $ 16,9 juta.
• Di New Zealand, komite ini masih dapat diperdebatkan sehubungan dengan sektor publik,
mengingat ukuran, kompleksitas, dan signifikansi sosial dari beberapa operasi sektor
publik
Sasaran Penelitian
1. Memastikan efektivitas komite audit yang dilihat dari realisasi kegiatannya maupun persepsi
dari stakeholder (berdasarkan kepatuhan atas Office of the Auditor-General (2008))
– Penelitian ini menyelidiki bidang-bidang berikut sehubungan dengan komposisi komite
audit: sejauh mana anggota independen dari manajemen dan memiliki keterampilan
keuangan yang diperlukan;
– Struktur komite audit;
– Penggajian anggota;
– Pengangkatan komite audit, dan selanjutnya dilantik ke dalam proses komite audit;
– masa jabatan anggota, dan kapan independen digunakan di komite;
– Kejelasan tujuan dan peran komite audit atas kegiatan terkait dengan manajemen risiko;
– Hubungan yang terbuka dan efektif di antara para pemangku kepentingan.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi operasional komite audit sesuai dengan
konteks organisasi yang unik dan hubungan interpersonal.
Metode Penelitian
• Merupakan penelitian Studi Kasus dengan metodologi
eksplorasi kualitatif.
• Data Analisa studi kasus dikumpulkan dari sumber
primer dan sekunder, yaitu:
– Wawancara semi-terstruktur dengan personil terkait
– Informasi yang tersedia untuk umum (Laporan
tahunan, Notulen rapat umum, dan Situs web DHB)
– Dokumen-dokumen internal (program kerja auditor
internal dan piagam komite audit)
Penelitan Terdahulu
1. Pincus et al. (1989) mengidentifikasi 6 karakteristik terkait dengan pembentukan sukarela komite audit -
persentase kepemilikan manajerial lebih rendah dari saham perusahaan, leverage yang lebih tinggi,
ukuran perusahaan lebih besar, proporsi yang lebih besar luar direksi dari total direksi, Big-8 auditor,
dan partisipasi dalam Sistem Pasar Nasional AS.

2. Bradbury (1990) menemukan komite audit secara sukarela tidak terkait dengan insentif untuk
mengurangi biaya agensi, tetapi menemukan hubungan antara pembentukan sukarela dan insentif
direktur, menunjukkan bahwa komite audit dapat dibuat terutama untuk penampilan.
Penelitan Terdahulu
3. Menon dan Williams (1994) menemukan banyak perusahaan-perusahaan membentuk komite audit secara
sukarela tampaknya tidak bergantung pada mereka. Beberapa komite audit tidak memenuhi sama sekali atau
bertemu hanya sekali dalam setahun. Kemudian meneliti karakteristik komite audit, seperti independensi,
pengalaman, dan keahlian dari anggota.

4. (Zhang et al., 2007) menemukan bahwa komite audit dengan lemahnya keahlian keuangan cenderung
diidentifikasi dengan kelemahan pengendalian internal.

5. Selandia Baru, Porter dan Gendall (1998) meneliti komite audit baik di sektor publik dan swasta, dan menemukan
bahwa 70 persen dari komite audit di sektor publik dan 60 persen di sektor swasta memiliki CEO sebagai anggota
komite audit.
Penelitan Terdahulu
6. Rainsbury (2004) perusahaan yang terdaftar di Selandia Baru menemukan bahwa anggota komite audit
mereka umumnya direktur dengan keahlian keuangan dan direktur non-eksekutif yang independen, seperti
yang direkomendasikan dalam pedoman tata kelola perusahaan Selandia Baru Securities Commission.

7. Turley dan Zaman (2007) melakukan studi kasus perusahaan publik besar di UK, ditemukan bahwa sebagian
besar operasi komite audit yang efektif adalah sebagai akibat dari komunikasi informal dan interaksi, bukan
melalui rapat komite audit formal. Mengidentifikasi tiga peran komite audit - sebagai sekutu, arbiter atau
ancaman.

8. (De Zoort et al, 2003;. Knapp, 1987) memberikan bukti komite audit terlibat dalam menyelesaikan
perselisihan antara manajemen dan auditor, dimana auditor eksternal pada akhirnya bertanggung jawab
atas keputusan final dan bukan komite audit, seperti yang akan terjadi jika komite audit mengambil posisi
sebagai arbiter.
Hasil dan Analisa
5.1 Organisasi Perusahaan
• Obyek penelitian yaitu DHB New Zealand. Boardnya terdiri dari 11 anggota
independent. Dari 11 anggota, 4 anggota menjadi bagian Komite Audit.
• Anggota komite audit ditunjuk dari dalam dewan dan setiap anggota dewan
yang tertarik untuk menjadi anggota komite audit dapat menjadi sukarelawan.
• Rapat komite audit dilakukan setiap triwulan
• Dalam piagam komite audit, tugas tanggung jawab Komite Audit yaitu
(1) Pelaporan keuangan eksternal
(2) Kontrol internal
(3) Manajemen risiko
(4) Audit internal dan eksternal
• Tugas lainnya: Mengevaluasi laporan yang dihasilkan oleh CEO dan CFO.
Hasil dan Analisa
5.2 Pemenuhan best practice
Sejak tahun 2007, Komite Audit DHB melaksanakan operasional sejalan dengan
pedoman oleh Principles of Best Practice for New Zealand Directors, Institute of
Directors (IOD). Gap antara implementasi dengan panduan OAG meliputi :
No Faktor OAG Implementasi
1 Masa Jabatan/Rotasi Masa jabatan individu pada Anggota komite audit anggota term
komite audit antara 2-3 tahun, pertama di komite dengan belum ada
dengan opsi untuk pengangkatan anggota yang bergilir. Kritiknya: tidak
kembali untuk anggota bermanfaat dalam hal mempertahankan
independen. Anggota DHB dipilih konsistensi yang diperlukan untuk operasi
dan ditunjuk setiap tiga tahun, yang efektif
sehingga dimungkinkan untuk
memiliki dewan yang sepenuhnya
baru (dan dengan demikian
komite audit yang sama sekali
baru) setiap tiga tahun
Hasil dan Analisa
No Faktor OAG Implementasi
2 Indepedensi Sebagian besar anggota komite audit harus Responden wawancara dalam penelitian
independen dari manajemen; semakin besar ini percaya bahwa ada suasana debat
independensi kolektifnya, semakin baik ia yang bebas dan jujur sehingga mungkin
mampu menambah nilai melalui saran yang bukan masalah (tapi berpotensi menjadi
objektif dan tidak memihak. perhatian).
3 Kemampuan dan Pedoman dalam bidang ini tentu saja subyektif ketua komite audit menjadi satu-satunya
Pengalaman tetapi menyarankan agar anggota komite audit yang ditunjuk di komite. Ketua komite
harus memiliki pengalaman dan keahlian yang audit adalah akuntan, telah menjadi
memadai untuk peran mereka dalam komite. Ini sekretaris perusahaan dari perusahaan
termasuk kebutuhan kolektif untuk: keahlian yang terdaftar di Selandia Baru, dan telah
keuangan; pengetahuan tentang tata kelola, menghabiskan bertahun-tahun sebagai
jaminan, dan praktik terbaik manajemen risiko; direktur di berbagai sektor, menunjukkan
pengetahuan tentang sektor di mana entitas latar belakang hukum dan administrasi
beroperasi; dan ketajaman bisnis lainnya yang yang kuat.
dianggap tepat (mis. pengalaman hukum atau
pajak penghasilan) (OAG, 2008).
Hasil dan Analisa
No Faktor OAG Implementasi
4 Remunerasi Anggota komite audit harus dibayar Remunerasi bagi anggota DHB yang ditetapkan oleh
pada tingkat yang mencerminkan Menteri Kesehatan, berdasarkan Crown Entities Act
waktu yang diperlukan untuk (2004). Anggota dewan dibayar NZ $ 19.500/tahun,
melaksanakan tugas mereka, dengan dengan tambahan NZ $ 2.500 dibayar untuk bekerja
tunjangan untuk keterampilan pada sub-komite.
tertentu yang dibawa ke komite.
5 Efektivitas Ketua komite audit secara khusus Responden wawancara menyampaikan hubungan
Hubungan Kerja mempromosikan dialog yang terbuka kerja yang "baik" dan "terbuka" antara komite audit
dan proaktif dengan manajemen dan dan pemangku kepentingan lainnya (termasuk
komite tata kelola lainnya manajemen dan auditor eksternal).
Pernah terdapat perbedaan pendapat antara CFO dan
ketua komite audit muncul karena penyajian
informasi keuangan tertentu dalam laporan tahunan
DHB yang tidak ingin dibuat oleh CFO. CFO (dengan
enggan) menerima rekomendasi ketua, yang
didasarkan pada interpretasi ketua dari standar
pelaporan keuangan internasional tertentu (IFRS) dan
penerapannya ke DHB.
Hasil dan Analisa
5.3 Kegiatan Formal dan Informal Komite Audit
- Peran komite audit sangat reaktif
- Selain pertemuan triwulanan rapat komite audit,
- Auditor internal dan ketua komite audit bertemu setiap bulan rata-rata
untuk diskusi ad hoc, dan ketua melaporkan bahwa ia menerima email
setiap hari untuk semacam saran dalam kapasitasnya sebagai ketua.
- Dia menyatakan bahwa CEO meneleponnya setiap 6-8 minggu untuk
obrolan "off the record", seperti halnya CFO untuk membahas masalah
akuntansi (mis. Perlakuan IFRS untuk item-item neraca)
- Komite audit berpengaruh dalam menyelesaikan masalah organisasi.
- Komite audit berperan dalam mengakomodir antara manajemen dan auditor
eksternal.
Hasil dan Analisa
5.4 Persepsi stakeholder atas efektivitas komite audit
• Responden wawancara menganggap komite audit memiliki peran
penting dan perlu ada dalam organisasi. Kritik CFO atas efektivitas
komite audit; akan lebih baik jika anggota Komite Audit memiliki
keahlian dan pemahaman kolektif yang lebih besar tentang masalah
keuangan untuk menawarkan nasihat dan jaminan yang lebih produktif.
• Namun responden wawancara tidak secara bulat mendukung peraturan
wajib komite audit karena beberapa ukuran kualitas komite audit belum
dapat dipastikan melalui persyaratan preskriptif/yang ditentukan
(misalnya, dalam kaitannya dengan kompetensi dan independensi
anggota)
Kesimpulan
• Komite audit berdampak positif terhadap organisasi
• Komposisi dan kegiatan komite audit mengikuti panduan praktik
terbaik OAG untuk sebagian besar (mis. Mengenai ukuran komite
audit, frekuensi pertemuan, hubungan terbuka antara pemangku
kepentingan, dan ruang lingkup operasi yang ditentukan).
• Komite audit dapat menjadi lebih efektif jika perbedaan antara
panduan praktik yang baik OAG dan operasi aktual komite audit
ditangani (misalnya kurangnya waktu rapat komite, rendahnya upah
anggota komite, kurangnya keahlian keuangan keseluruhan anggota
dan kurangnya pengalaman komite karena praktik rotasi anggota).
Kesimpulan
• Pemangku kepentingan komite audit paling kritis
terhadap kurangnya keahlian keuangan komite audit
secara keseluruhan
• Cara menentukan level atas kompetensi anggota komite
audit yang memastikan bahwa keahlian independen
dapat dikontrak kepada komite audit bila diperlukan
• Komite audit melayani berbagai peran dalam keadaan
yang berbeda, termasuk ancaman, mediator dan sekutu.
Kritik atas Penelitian
• Hasil studi ini tidak dapat digeneralisir karena bersifat
kualitatif, sehingga tidak mencerminkan efektivitas
komite audit di lembaga entitas sektor public yang lain
• Terlalu kualitatif, perlu ada pembobotan dan skor atas
factor-factor efektivitas komite audit
• Kurangnya akses kepada pemangku kepentingan komite
audit (belum termasuk asesor eksternal)
• Seharusnya menggunakan studi penelitian longitudinal
dengan mempertimbangkan kebijakan dan peraturan
perundang-undangan dengan jangka waktu tertentu.
Kelebihan Penelitian
• Merupakan penelitian kualitatif pertama yang
meneliti mengenai komite audit di sector public
• Mendorong terbitnya persyaratan perundang-
undangan khusus untuk membentuk komite audit di
sektor public New Zealand.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai