Anda di halaman 1dari 22

Gitty Ristiana

Mengapa didapatkan edem regio nasal, nyeri regio maxxila, mulut tidak dapat menutup,
nafas cuping hidung, dan dipatkan floating jaw ?

Kemungkinan terjadi trauma di regio maxillofacial  fraktur rahang  tergantung pola.

Salah satu efek tidak dapat menutup mulut  karena tidak seimbang.

Salah satu tanda fraktur  + edema

Cuping hidung  pasien masih dapat bernafas


Trauma  kehilangan darah.
Presyok masih dalam fase kompensasi : mempertahankan
MAP diatas 65  dengan takikardi dan vasokontriksi pd
perifer ( akral dingin ).
Kehilangan darah  hb dan 02 terbuang  kompensasi
detak jantung meningkat (HR) dan RR meningkat.

-presyok : akral dingin dan takikardi,sistolik 90-100 mmhg

-Syok ringan : plasma / darah yang hilang1000-1200 ml (gelisah, keringat dingin, diuresis) sistol 80-90 mmhg

-Syok sedang : plasma / darah yang hilang1500-1750 ml (gelisah, keringat dingin, oliguria) sistol : 70-80 mmhg

-Syok berat : plasma / darah yang hilang 1700-2250 ml (takipneu, taikardi tidak teraba, anuria)

Kriteria syok dan presyok ?

Syok presyok
MAP : <65 MAP : > 65
Apa efek dari trauma thorax?

Dada + thorax  close atau open pneumothorax


Close pneumothorax  tidak terpapar dengan luar
Open pneumothorax  terpapar dengan luar (sucking chest wound)
Kondisi parah  tekanan dari luar
Ics 10  komplikasi di usus
Mengapa didapatkan nyeri tekan sebelah kanan dan disertai nyeri tekan lepas, bising usus
melemah pada perut kanan, colok dubur didapati ampula tidak koleps tetapi waktu sarung
tangan dikeluarkan terdapat feses dan darah ?

Nyeri tekan :
Syok hemoragik  nyeri abdomen (nyeri tekan dan nyeri tekan lepas )

Kehilangan darah  iskemi dan fungsiolesa  ileus paralitik  gerakan peristaltik


menghilang -> Bising usus melemah

Colok dubur tidak kolaps  koleps ileus obstruksi

Sarung tangan di keluarkan terdapat feses dan darah nilai warna darah kehitaman (SPA)
merah segar (SPB).

Mengenai organ-organ berlumen  peritonitis(nyeri sekujur abdomen).


Bagaimana interpretasi ttv pada skenario dan apa hubungannya yang terjadi dengan pasien
dan mengapa terjadi penurunan kesadaran ?

Tekanan darah : 90/60  hipotensi


Nadi : 110  takikardi (n: 60-100x/menit)
Luka mengeluarkan darah  penurunan volume darah.
Kecil  volume darah kecil  pulsasi terasa kecil
Pengeluaran hormon katekolamin  hormon NE meningkat  vasokontriksi PD perifer 
takikardi
Spo2 : 97%  normal
Somnolen  penurunan kesadaran
Tampak pucat  sianosis
Diagnosis
Pembagian trauma thorax: – Trauma thoraks yang berat:
– Trauma mengancam jiwa identifikasi • Subcutaneus emphysema
dengan primary survey: • Pneumothoraks
• Tension pneumothoraks • Hemothoraks
• Open pneumothoraks • Fraktur costa
• Massive hematothoraks
• Flail chest
• Cardiac tamponade
– Trauma thorax yang potensial
mengancam nyawa:
• Kontusio pulmonum dengan atau
tanpa flail chest
• Rupture aorta thorakalis
• Cedera trakea dan Bronkus
• Perforasi esofagus
• Robekan diafragma
• Contusio miokard
Hal yang Identifikasi/
Penilaian Penemuan Klinis Konfirmasi dengan
Dinilai tentukan
Tingkat •Beratnya trauma •Skor GCS • 8, cedera kepala •CT Scan
kapitis berat
Kesadaran •Ulangi tanpa
•9 -12, cedera kepala relaksasi Otot
sedang
•13-15, cedera kepala
ringan

Pupil •Jenis cedera kepala •Ukuran •"mass effect" •CT Scan


•Luka pada mata •Bentuk •Diffuse axional injury
•Reaksi •Perlukaan mata

Kepala •Luka pada kulit • Inspeksi adanya luka •Luka kulit kepala •CT Scan
kepala dan fraktur
•Fraktur impresi
•Fraktur tulang •Palpasi adanya •Fraktur basis
tengkorak fraktur
Hal yang Identifikasi/ Konfirmasi
Penilaian Penemuan Klinis
Dinilai tentukan dengan

Maksilofasial • Luka jaringan • Inspeksi : • Fraktur tulang • Foto tulang wajah


lunak deformitas wajah
• Fraktur • Maloklusi • CT Scan tulang
• Kerusakan syaraf • Palpasi : krepitus • Cedera jaringan wajah
• Luka dalam lunak
mulut/gigi
Leher • Cedera pada • Inspeksi • Deformitas faring • Foto servikal
faring • Palpasi • Emfisema • Angiografi/
• Fraktur servikal • Auskultasi subkutan Doppler
• Kerusakan • Hematoma • Esofagoskopi
vaskular • Murmur • Laringoskopi
• Cedera esofagus • Tembusnya
• Gangguan platisma
neurologis • Nyeri, nyeri tekan
C spine
Hal yang Identifikasi/ Konfirmasi
Penilaian Penemuan Klinis
Dinilai tentukan dengan

Toraks • Perlukaan dinding • Inspeksi • Jejas, deformitas, • Foto toraks


toraks gerakan
• Palpasi • CT Scan
• Emfisema subkutan • Auskultasi • Paradoksal • Angiografi
• Pneumo/ • Nyeri tekan dada,
• Bronchoskopi
hematotoraks krepitus
• Tube torakostomi
• Cedera bronchus • Bising nafas
berkurang •Perikardiosintesis
• Kontusio paru
• Bunyi jantung jauh • USG Trans-Esofagus
• Kerusakan aorta
torakalis • Krepitasi
mediastinum
• Nyeri punggung
hebat
Hal yang Identifikasi/ tentukan Penilaian Penemuan klinis Konfirmasi dengan
Dinilai
Abdomen/ •Perlukaan dd. •Inspeksi •Nyeri, nyeri tekan •DPL
pinggang Abdomen abd.
•Palpasi •FAST
•Cedera intra- •Auskultasi •Iritasi peritoneal •CT Scan
peritoneal •Cedera organ viseral
•Tentukan arah •Laparotomi
•Cedera
penetrasi •Cedera
retroperitoneal •Foto dengan kontras
retroperitoneal
•Angiografi

Pelvis •Cedera Genito- •Palpasi simfisis pubis •Cedera Genito- •Foto pelvis
urinarius untuk pelebaran rinarius (hematuria)
•Urogram
•Fraktur pelvis •Nyeri tekan tulang •Fraktur pelvis •Uretrogram
pelvis •Perlukaan perineum,
•Sistogram
•Tentukan instabilitas rektum, vagina
pelvis (hanya satu •IVP
kali) •CT Scan dengan
•Inspeksi perineum kontras

•Pem. Rektum
/vagina
Hal yang Identifikasi/
Penilaian Penemuan Klinis Konfirmasi dengan
Dinilai tentukan
Medula • Trauma kapitis • Pemeriksaan motorik • "mass effect" unilateral • Foto polos
Spinalis • Trauma medulla • Pemeriksaan sensorik • Tetraparesis • MRI
spinalis
Paraparesis
• Trauma syaraf perifer
• Cedera radiks syaraf

Kolumna • Fraktur • Respon verbal terhadap • Fraktur atau dislokasi • Foto polos
nyeri,
vertebralis • lnstabilitas kolumna • CT Scan
Vertebralis tanda lateralisasi
• Kerusakan syaraf • Nyeri tekan
• Deformitas
Ekstremitas • Cedera jaringan lunak • Inspeksi • Jejas, pembengkakan, • Foto ronsen
pucat
• Fraktur • Palpasi • Doppler
• Mal-alignment
• Kerusakan sendi • Pengukuran tekanan
• Nyeri, nyeri tekan, kompartemen
• Defisit neuro- vascular
Krepitasi
• Angiografi
• Pulsasi hilang/
berkurang
•Kompartemen
• Defisit neurologis
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat fraktur maksila dan penyembuhannya,
biasanya tidak tampak hingga beberapa minggu hingga bulan setelah terjadinya
trauma, tetapi potensi kemunculannya dapat diperkirakan selama evaluasi dan
perawatan.
Komplikasi yang mungkin terjadi sehubungan dengan fraktur maksila antara lain:
1. Parestesi n. infraorbital
2. Enopthalmus
3. Infeksi
4. Alat terekspos
5. Deviasi septum
6. Obstruksi nasal
7. Perubahan penglihatan
8. Nonunion
9. Malunion atau maloklusi
10. Epiphora
11. Reaksi benda asing
12. Jaringan parut
13. Sinusitis
Apa saja pemeriksaan penunjang kasus tersebut ?

Pemeriksaan Fraktur le fort I


Dilakukan dalam dua pemeriksaan, yaitu ekstraoral dan intraoral. Pada pemeriksaan
ekstraoral, pemeriksaan dilakukan dengan visualisasi dan palpasi. Secara visualisasi dilihat ada
atau tidkanya edema pada bibir atas dan ekimosis, sedangkan palpasi terdapat bergeraknya
lengkung rahang atas. Pada pemeriksaan intraoral, pemeriksaan dilakukan secara visualisasi da
palpasi. Secara visualisasi terlihat adanya open bite anterior.
Laboratorium:
Hematokrit dari cairan pleura
Pengukuran hematokrit hampir tidak pernah diperlakukan pada pasien dengan hematothorax
traumatis. Diperlakukan untuk analisis berdarah nontraumatik efusi dari penyebabnya. Dalam
khusus tersebut, sebuah efusi pleura dengan hematokrit lebih dari 50 % dari yang hematokrit
beredar deanggap sebagai hematothorax.

Imaging:
Chest radiography
Ultrasonography
CT-scan
Sumber: Pusponegoro, A.D (1995). ilmu bedah . FK UI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai