Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

EKLAMPSIA Penyusun :
Pembimbing: Putri Purnama Sari 201704200323

dr. Agung Sunarko P, Sp.OG (K) Qonnytah Juhanna Haq 201704200324


Rahma Isnaini Fitriawati 201704200325
Ratna Sari Eka Putri 201704200326
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
◦ Angka kematian ibu akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di negara
berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan di negara maju. AKI di Indonesia
merupakan salah satu yang tertinggi di Asia Tenggara
◦ Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, persalinan / masa nifas
yang ditandai dengan timbulnya kejang yang disusul koma yang menunjukan
gejala preeklamsi sebelumnya.
◦ Berdasarkan waktu terjadinya konvulsi, eklampsia dibagi menjadi antepartum,
intrapartum & postpartum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang
tiba- tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan
atau masa nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya.
Eklampsia banyak terjadi pada trimester terakhir dan semakin meningkat saat
mendekati kelahiran.
Etiologi dan Patofisiologi
Preeklampsia-Eklampsia

Penyebab Eklampsia kehamilan masih belum diketahui dengan pasti.


Adapun hipotesis yang diajukan diantaranya :
1. Genetik
Terdapat suatu kecenderungan bahwa faktor keturunan turut berperan dalam
patogenesis preeklampsia dan eklampsia.
2. Iskemia Plasenta
Pada kehamilan normal, proliferasi trofoblas akan menginvasi desidua dan
miometrium dalam dua tahap.
Pertama, sel trofoblas endovaskuler menginvasi arteri spiralis & mengganti
endotel > merusak jaringan elastis pada tunika media dan jaringan otot polos
dinding arteri & mengganti dinding arteri dengan material fibrinoid. Proses ini
selesai pada akhir trimester I dan pada masa ini proses telah sampai pada
deciduomyometrial junction.
Pada usia kehamilan 14-16 minggu terjadi invasi tahap kedua di mana sel
trofoblas akan menginvasi arteri spiralis lebih dalam hingga miometrium.
3. Prostasiklin-tromboksan
Prostasiklin akan ↑ cAMP intraselular pada sel otot polos dan trombosit dan
memiliki efek vasodilator dan anti agregasi trombosit. Pada kehamilan normal terjadi
kenaikan prostasiklin oleh jaringan ibu, plasenta dan janin. Sedangkan pada
preeklampsia terjadi ↓ produksi prostasiklin dan ↑ tromboksan A2 sehingga terjadi
peningkatan rasio tromboksan A2 : prostasiklin.
Pada preeklampsia terjadi kerusakan sel endotel yg mengakibatkan menurunnya
produksi prostasiklin karena endotel merupakan tempat pembentuknya prostasiklin
dan meningkatnya produksi tromboksan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kerusakan endotel tersebut. Preeklampsia berhubungan dengan adanya vasospasme
dan aktivasi sistem koagulasi hemostasis. Kerusakan endotel vaskuler pada
preeklampsia menyebabkan penurunan produksi prostaglandin.
4. Imunologis
Pada penderita preeklampsia terjadi penurunan proporsi T-helper
dibandingkan dengan penderita yang normotensi yang dimulai sejak awal
trimester II. Antibodi yang melawan sel endotel ditemukan pada 50% wanita
dengan preeclampsia.
Maladaptasi sistem imun menyebabkan invasi yang dangkal dari arteri
spiralis oleh sel sitotrofoblas endovaskuler & disfungsi sel endotel yang
dimediasi oleh peningkatan pelepasan sitokin (TNF-α dan IL-1), enzim
proteolitik dan radikal bebas oleh desidua.
Etiologi dan Patofisiologi
Kejang Eklampsia
Beberapa mekanisme yang diduga sebagai etiologi kejang adalah :
a. Edema serebral
b. Perdarahan serebral
c. Infark serebral
d. Vasospasme serebral pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler
e. Koagulopati intravaskuler serebral
f. Ensefalopati hipertensi.
Etiologi dan Patofisiologi Koma
Koma yang dijumpai pada kasus eklampsia dapat disebabkan oleh
kerusakan dua organ vital yaitu kerusakan hepar yang berat sehingga terjadi
gangguan metabolism-asidosis, tidak mampu mendetoksikasi toksis maternal.
Selain itu juga bisa disebabkan oleh kerusakan serebral akibat edema serebri,
perdarahan dan herniasi batang otak.
Diagnosis Eklampsia
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeclampsia. Preeklampsia dibagi menjadi
ringan dan berat. Penyakit digolongkan bila ada satu atau lebih tanda dibawah ini :
√ Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih
√ Proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam
√ Oliguria
√ Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
√ Edema paru atau sianosis.
Gambaran Khas Eklampsia
Pada umumnya serangan kejang didahului dengan memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala sebelum timbulnya
kejang, contohnya sakit kepala yang berat dan menetap, perubahan mental sementara,
pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri epigastrik, mual, muntah. Beberapa saat
kemudian seluruh tubuh menjadi kaku karena kontraksi otot yang menyeluruh, fase ini
dapat berlangsung 10 sampai 15 detik. Lidah penderita dapat tergigit oleh karena kejang
otot-otot rahang. Fase ini dapat berlangsung sampai satu menit, kemudian secara berangsur
kontraksi otot menjadi semakin lemah dan jarang pada akhirnya penderita tak bergerak.
Apabila tidak ditangani dengan baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang
berikutnya yang bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang
disebut status epileptikus. Setelah kejang berhenti, penderita mengalami koma selama
beberapa saat. Lamanya koma setelah kejang eklampsia bervariasi. Apabila kejang yang
terjadi jarang, penderita biasanya segera pulih kesadarannya segera setelah kejang. Namun,
pada kasus-kasus yang berat, keadaan koma belangsung lama, bahkan penderita dapat
mengalami kematian tanpa sempat pulih kesadarannya.
Insiden Eklampsia
◦ Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh persalinan dan
lebih banyak ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%).
◦ Insiden yang bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas, gravida,
obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingkungan yang
merupakan faktor resikonya.
Faktor Resiko
Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko preeklampsia dan
eklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan pencegahan primer. Dari
beberapa studi dikumpulkan ada beberapa fakto risiko yaitu :
 Usia 40 tahun atau lebih / primipara maupun multipara
 Nulipara
 Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru
 Jarak antar kehamilan sebelumnya 10 tahun/lebih
 Riwayat preeklampsia eklampsia sebelumnya
 Riwayat keluarga preeklampsia eclampsia
 Kehamilan multifetus
 Diabetes Melitus tergantung Insulin (DM tipe I)
 Penyakit ginjal
 Sindrom antifosfolipid
Hipertensi kronik
Tatalaksana
Penatalaksanaan eklampsia pada prinsipnya adalah untuk mencegah dan
juga menghentikan kejang secepatnya, mempertahankan fungsi organ vital, koreksi
terhadap terjadinya hipoksia dan asidosis, mengendalikan tekanan darah dalam batas
aman pengakhiran, dan mencegah serta mengatasi penyulit untuk mencapai stabilisasi
keadaan ibu seoptimal mungkin.
Sikap Dasar
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang
umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu.
Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolism
ibu, cara terminasi dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin.
Pengobatan Medikamentosa
Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama adalah magnesium sulfat.
Bila dengan obat jenis ini kejang masih sukar diatasi, dapat dipakai jenis obat lain
misalnya diazepam. Cara pemberian Mgso4 dapat dilihat pada tabel di bawah.
A. ALTERNATIF 1 (Pemberian kombinasi iv dan im) (untuk Faskes primer, sekunder dan tersier)
Loading dose
• Injeksi 4g iv bolus (MgSO4 20%) 20cc selama 5 menit (jika tersedia MgSO4 40%, berikan 10cc
diencerkan dengan 10 cc aquabidest)
• Injeksi 10g im (MgSO4 40%) 25cc pelan, masing – masing pada bokong kanan dan kiri berikan 5g
(12,5cc). Dapat ditambahkan 1mL Lidokain 2% untuk mengurangi nyeri
Maintenance Dose
Injeksi 5g im (MgSO4 40%) 12,5cc pelan, pada bokong bergantian setiap 6 jam
B. ALTERNATIF 2 (Pemberian iv saja) (hanya untuk Faskes sekunder dan tersier)
Initial Dose
• Injeksi 4g iv bolus (MgSO4 20%) 20cc selama 5 menit (jika tersedia MgSO4 40%, berikan 10cc
diencerkan dengan 10 cc aquabidest)
Dilanjutkan Syringe pump atau infusion pump
• Lanjutkan dengan pemberian MgSO4 1g/jam, contoh: sisa 15cc atau 6g (MgSO4 40%) diencerkan
dengan 15cc aquabidest dan berikan selama 6 jam
Atau dilanjutkan Infusion Drip *
• Lanjutkan dengan pemberian MgSO4 1g/jam, contoh: sisa 15cc atau 6g (MgSO4 40%) diencerkan
dengan 500cc kristaloid dan berikan selama 6 jam (28 tetes / menit)
C. Jika didapatkan kejang ulangan setelah pemberian MgSO4
Tambahan 2g iv bolus (MgSO4 20%) 10cc (jika tersedia MgSO4 40%, berikan 5cc diencerkan dengan 5cc
aquabidest). Berikan selama 2 – 5 menit, dapat diulang 2 kali. Jika masih kejang kembali beri diazepam
* Mudah, namun hanya boleh dilakukan jika dapat memastikan jalannya tetesan dengan baik
• Syarat pemberian MgSO4 : laju nafas > 12x/menit, refleks patela (+), produksi urin 100cc/4jam sebelum
pemberian, tersedianya Calcium Glukonas 10% 1g (10cc) iv sebagai antidotum.
• Evaluasi syarat pemberian MgSO4 setiap akan memberikan maintenance dose (im intermitent) pada
ALTERNATIF 1 dan setiap jam jika menggunakan ALTERNATIF 2 (syringe pump / infusion pump,
continuous pump)
• MgSO4 diberikan hingga 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir (jika terjadi kejang
postpartum)
Perawatan pada Waktu Kejang
Tujuan pertama pertolongan kejang ialah menghentikan kejang dan
mencegah terjadinya kejang ulangan.
 Penderita dirawat di kamar isolasi cukup terang agar apabila
terjadi sianosis segera dapat diketahui.
 Hendaknya kepala dan ekstremitas penderita yang kejang tidak terlalu
kuat menghentak-hentak benda keras yang ada disekitarnya.
 Selanjutnya masukkan sudap lidah dan jangan melepas sudap lidah
yang sedang tergigit karena dapat mematahkan gigi.
Perawatan Koma
Tindakan pertama pada penderita koma adalah menjaga dan
mengusahakan agar jalan nafas tetap terbuka. Cara yang sederhana dan
cukup efektif dalam menjaga terbukanya jalan napas atas adalah dengan
maneuver “head tilt chin lift” atau bisa menggunakan tekhnik “jaw-thrust”
kemudian dilanjutkan pemasangan oropharyngeal airway.
Pengobatan Obstetrik
Sikap terhadap kehamilan ialah semua kehamilan dengan eklampsia
harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin.
Persalinan diakhiri bila sudah mencapai stabilitas hemodinamika dan
metabolism ibu. Pada perawatan pasca persalinan, bila persalinan terjadi
pervagina sebaiknya dilakukan monitoring ttv secara intensif.
Asuhan Ibu dengan Eklampsia
 Segera istirahat baring selama ½-1 jam nilai kembali td, nadi, pernafasan, reflek
patella, denyut jantung janin, dan diuresis.
 Berikan infus terapi anti kejang (mgso4) dengan catatan reflek patella harus (+),
pernafasan lebih dari 16 kali per menit serta diuresis baik.
 Ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium seperti darah lengkap, kimia
klinik, dan urinalisis.

 Bila dalam 2 jam setelah pemberian obat anti kejang tekanan darah tidak turun bisa
diberikan obat antihipertensi parenteral atau oral.

 Bila pasien sudah tenang, bisa dinilai keadaan kehamilan pasien dan monitor Djj.

 Tentukan cara untuk terminasi kehamilan.


1. Paru
Komplikasi Edema paru adalah tanda prognostik yang buruk yang menyertai
eklampsia. Faktor penyebab terjadinya edema adalah : (1) pneumonitis
aspirasi (2) kegagalan fungsi jantung karena hipertensi berat
2. Otak
Pada preeklampsia, kematian yang tiba-tiba terjadi bersamaan dengan kejang
atau segera setelahnya sebagai akibat perdarahan otak yang hebat.
3. Mata
Kebutaan dapat terjadi setelah kejang atau dapat terjadi spontan bersama
dengan preeklampsia. Ada dua penyebab kebutaan, yaitu Ablasio retina dan
Iskemia atau infark pada lobus oksipitalis.
4. Psikosis
Eklampsia dapat diikuti keadaan psikosis dan mengamuk, tapi keadaan ini
jarang terjadi.
5. Sistem Hematologi
Plasma darah menurun, viskositas darah meningkat, hemokonsentrasi,
gangguan pembekuan darah, disseminated intravascular coagulation (DIC),
sindroma HELLP.
Komplikasi 6. Ginjal
Filtrasi glomerulus menurun, aliran plasma ke ginjal meningkat, klirens
assam urat menurun, gagal ginjal akut.
7. Hepar
Nekrosis periportal, gangguan sel liver, perdarahan subkapsuler.
8. Uterus
Solusio plasenta yang dapat menyebabkan perdarahan pascapartum. Abrutio
plasenta yang dapat menyebabkan DIC.
9. Kardiovaskuler
Cardiac arrest, acute decompensatio cordis, spasme vaskular menurun,
tahanan pembuluh darah tepi meningkat, indeks kerja ventrikel kiri naik,
tekanan vena sentral menurun, tekanan paru menurun.
10. Perubahan Metabolisme Umum
Asidosis metabolik, gangguan pernapasan maternal.
Perdarahan
◦ Perdarahan antepartum merupakan perdarahan dari uterus dan terjadi sebelum melahirkan.
Perdarahan antepartum dapat terjadi karena robeknya plasenta yang melekat didekat kanalis
servikalis yang dikenal dengan plasenta previa atau karena robeknya plasenta yang terletak di
tempat lain di dalam rongga uterus atau yang dikenal dengan solusio plasenta. Eklampsia
merupakan faktor predisposisi terjadinya solusio plasenta walaupun lebih banyak terjadi pada
kasus hipertensi kronik.
◦ Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai hilangnya 500ml atau lebih darah pada
persalinan pervaginam, 1000 ml pada seksio sesaria, 1400 ml pada histerektomi secara elektif
atau 3000 sampai 3500 ml pada histerektomi saesarea darurat, setelah kala tiga persalinan
selesai. Pada eklampsia sering didapat adanya hemokonsentrasi atau tidak terjadinya
hipervolemia seperti pada kehamilan normal. Hal tersebut membuat ibu hamil pada kasus
eklampsia jauh lebih rentan terhadap kehilangan darah dibandingkan ibu normotensif.
Kematian Maternal
Kematian maternal adalah kematian setiap ibu dalam kehamilan, persalinan,
mas nifas sampai batas waktu 42 hari setelah peralinan. Kematian maternal pada
eklampsia disebabkan karena beberapa hal antara lain perdarahan otak, kelainan perfusi
otak, infeksi, perdarahan, dan sindroma HELLP.
Komplikasi Perinatal
Saat kejang terjadi peningkatan frekuensi kontraksi uterus sehingga tonus otot uterus
meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan vasospasme arterioli pada myometrium
makin terjepit. Aliran darah menuju retroplasenter makin berkurang sehingga dampaknya
pada denyut jantung janin seperti terjadi takikardi, kompensasi takikardi dan
selanjutnya diikuti bradikardi.
BAB 3
KESIMPULAN
Kesimpulan
 Eklampsia merupakan kasus akut pada penderita preeclampsia, yang disertai kejang
menyeluruh dan koma. Umumnya terjadi 24 jam pertama setelah persalinan.
Umumnya penderita preeclampsia memberi tanda gejala khas, hal tersebut dianggap
sebagai tanda prodoma. Tanda itu disebut sebagai impending eklampsia.
 Kejang pada eklampsia harus dipikirkan kemungkinan kejang akibat penyakit lain.
Oleh karena itu, diagnosis banding eklampsia menjadi sangat penting, misalnya
pendarahan otak, hipertensi, lesi otak, kelainan metabolic dan epilepsy.
 Perawatan parenatal untuk kehamilan dengan preeclampsia perlu dilakukan agar
dapat dikenal sedini mungkin gejala prodoma eklampsia.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai