Mengenai Perubahan-
perubahan Unsur Pada
Proses Pembusukkan Tulang
Dosen Penguji:
dr. Bianti H. Machroes, MH, Sp. KF
Residen Pembimbing:
dr. Liya Suwarni
Jurnal Utama
Sebuah Analisis Sistematis Mengenai Perubahan-
perubahan Unsur Pada Proses Pembusukkan Tulang
2
Pendahuluan
Tujuan Penelitian
Kontaminan ec.Trauma
Profil geografis
Humus + Mineral
Batuan Utuh
5
.....penelitian-penelitian sebelumnya
Galleleo, dkk
Faktor-faktor diagenesis
Interaksi kimia dengan bahan-bahan
pengubur mempengaruhi komposisi unsur
tulang manusia yang dikubur terutama
lapisan luar tulang yang bersentuhan
langsung.
6
.....penelitian-penelitian sebelumnya
Arroyo, dkk (2008)
Menghasilkan
koordinasi asam
dan chelate
kompleks
Pb
menyebabkan
perpindahan timbal
Peningkatan
menuju tulang yang
mobilitas dan
terkubur
kelarutan
Dalam hal forensik, kemampuan untuk mengidentifikasi penyerapan
unsur-unsur tersebut menggunakan ICP-OES memiliki potensi untuk
digunakan dalam menentukan apakah sisa-sisa manusia yang terkubur
telah dipindah dan dikubur kembali, berdasarkan jangka waktu yang
dibutuhkan untuk menyebabkan perubahan komposisi unsur-unsur yang 7
ditemukan.
.....penelitian-penelitian sebelumnya
Simon, dkk (2008)
Urban VS Rural
Konsentrasi Ca dan P
Urban < 8-10% Rural
mempengaruhi
keutuhan struktural dari
hidroksiapatit dan juga
tulang itu sendiri
8
.....penelitian-penelitian sebelumnya
Sawasdee, dkk (2012)
9
Menurut Ziad dkk.2013
Radioisotop Pb tidak
digunakan dalam
memperkirakan
waktu kematian
10
ANALISIS MEMPERKIRAKAN WAKTU
KOMPOSISI KEMATIAN
TULANG ATAU LAMANYA
PEMBUSUKAN
Tujuan penelitian ini untuk menggolongkan
perubahan konsentrasi unsur anorganik yang
ditimbulkan dari aktivitas mikroba atau
proses lainnya selama pembusukan dan
untuk menentukan apakah cuaca berpotensi
untuk digunakan sebagai dasar pengujian
waktu terjadinya pembusukan atau kematian
dalam konteks forensik
11
KONSENTRASI UNSUR BERDASARKAN
LETAK ANATOMI TULANG
MEMBUSUK Permukaan
TULANG Penguburan
SELAMA 140 HARI
BABI
(ANALOG) DENGAN INTERVAL dangkal
28 HARI
Konsentrasi unsur
(barium, kalsium, besi, magnesium,
seng, fosfor, kalium, dan natrium) 14
Perbandingan sampel Tulang
Manusia
Fresh (analogi Dry (analogi
perimortem) : sendi postmortem) :
proksimal dari corpus Keseluruhan bagian
femoris (paha) kiri tulang paha (usia +100
tahun)
15
48 jam pada suhu -200 C
Perlakuan
Tujuan :
• memudahkan mesin
memotong sampel
Pembekuan • menghilangkan efek panas
yang dihasilkan oleh
Dipotong sama rata gesekan ketika pemotongan
dengan ketebalan • meminimalisir kerusakan
10mm 5 mm - 2mm sampel tuang karena
permukaan luar dan Pemotongan pengaruh suhu.
dalamnya dibuang
untuk mencegah
kontaminasi Sampel dibekukan pada suhu
-500 C pada tekanan atmosfir
Pengeringan 2 Pa selama 7 hari untuk
menghilangkan kandungan air
bubuk kasar analisis
unsur-unsur ICP.
16
Massa tulang <100 mg pada percobaan pertama, dan <500 mg pada
percobaan kedua
Micro-
Pemberian Analisis
Pelarutan wave
pelarut ICP-OES
digester
Hasil
Sampel Akumulas Ba Ca Fe K Mg Na Zn P
tulang i derajat
manusia pendingin
hingga an harian
100 mg
Perimorte 0 0.00 18.95 0.007 0.058 0.237 0.573 0.010 8.325
m 0 9
Postmort > 100 0.00 22.99 0.001 0.021 0.271 0.478 0.006 10.146
em tahun 0 1
(a) % usia Konsentrasi unsur (mg/Kg)
Sampel Akumulas Ba Ca Fe K Mg Na Zn P
tulang i derajat
manusia pendingin
hingga an harian
500 mg
Perimorte 0 0.00 12.38 0.015 0.117 0.145 0.621 0.007 5.1887
m 02 33 2 7 0 9 4
Postmort > 100 0.00 25.53 0.005 0.022 0.022 0.494 0.005 10.450
em tahun 13 64 0 2 2 7 6 2 21
Perubahan komposisi unsur-unsur pada
pembusukan tulang
Fe
Meningkat
K
Menurun dari T0 Na Menurun
(0.02-0.04%) (0.18%) hingga setelah 1450
dari T0 hingga 0.05-0.08 pada CCDD dari
250 CCDD 1450 CCDD 0.45% hingga
0.25-0.3%
Pada tulang Pada manusia
Lalu menurun manusia perimortem
(0.005%- perimortem (0.06- (0.6%) dan
0.01%) pada 0.1%) dan postmortem
500 CCDD postmortem (0.5%
(0.02%)
22
Perubahan komposisi unsur-unsur pada
pembusukan tulang
Mg Zn Ba
Berfluktuasi Pada kadar
Berfluktuasi yang dapat
sekitar 0.34% sekitar 0.01%
diabaikan
23
Perubahan komposisi unsur-unsur pada
pembusukan tulang
Ca P
Rata-rata Berfluktuasi
20.3% sekitar 9.1%
26
Rasio Kalsium dan Fosfat
Rasio kalsium dan fosfat relatif stabil
karena mineral hidroksi apatit merupakan
kristal anorganik pada tulang sekitar 66%
dari total massa kerangka tulang, tetap
utuh selama pembusukan jaringan lunak
dan karenanya tidak memberikan
indikator waktu yang efektif dalam
konteks forensik (Ezzo dkk)
27
Konsentrasi Besi, Kalium, dan
Natrium
Data menunjukkan bahwa ada potensi forensik untuk
memanfaatkan perubahan konsentrasi besi, kalium dan natrium
selama proses pembusukan jaringan lunak, beberapa korelasi
koefisien antar unsur diantaranya :
○ konsentrasi antara unsur besi dan kalium = 0,708
○ konsentrasi antara unsur besi dan natrium = 0,495
○ Konsentrasi antara kalium dan natrium = 0,579
28
Konsentrasi Barium
29
Konsentrasi Magnesium
Konsentrasi magnesium di dalam
hidroksiapatit rendah, pengikatan
dipermukaan tulang lebih stabil, sehingga
sedikit membantu dalam dalam bukti forensik
30
Konsentrasi Seng
Validitas lemah jika digunakan sebagai indikator
menentukan waktu kematian
Fungsi metabolik primer seng sebagai kofaktor
dari metalloenzim untuk menjaga kestabilan dari
membran sel
31
Pada permukaan atau penguburan dangkal,
kemungkinan terjadi pengendapan jangka panjang dan
demineralisasi tulang yang terjadi dalam tiga cara:
1. Fase penghancuran kimiawi dari zat zat organik yang
dimediasi oleh pH yang ekstrim.
2. Fase penghancuran kimiawi dari zat zat mineral yang
dimediasi oleh (secara dinamik) genangan air.
3. Fase penghancuran biologis yang dimediasi oleh
bakteri dan / atau jamur, enzim, dan sebagainya.
32
Kesimpulan
1. Konsentrasi dari besi, natrium, dan
“
kalium tampak mengalami perubahan
pada fase-fase awal pembusukan
jaringan lunak (hingga 500 hari
pendinginan) pada tulang yang
hancur.
2. Unsur-unsur tertentu diketahui secara
langsung berhubungan dengan
protein dan/atau cairan pada jaringan
di dalam tulang, mengurai matriks
inorganik hidroksiapatit yang stabil”
34
Saran
1. Penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui respon dari unsur-unsur
“
ini ketika bangkai babi utuh yang
mengalami pembusukan.
2. Untuk memastikan teknik ini dapat
diaplikasikan dalam dunia forensik,
penelitian ini sebaiknya dilakukan
kembali pada kadaver manusia
pada fasilitas penelitian taphonomi
yang memadai.
36
Tinjauan Pustaka
Definisi, Fase-Fase, dan Faktor-Faktor Pembusukan
37
Definisi
Pembusukan
Bu●suk a (KBBI)
adalah rusak dan berbau tidak sedap
(tentang bangkai dsb),buruk; jelek; tidak
menyenangkan, bio penyakit yg
ditandai dengan penghancuran
jaringan sebagai hasil kegiatan jamur
atau bakteri.
39
Pembusukan merupakan
“ proses penguraian mayat
menjadi bahan dasarnya
secara mikroskopis maupun
makroskopis melalui proses
alamiah tubuh maupun
karena aktivitas
mikroorganisme.” (Fenoglio et al).
40
Proses Pembusukan
Dent et al
43
Fase Fresh (24 – 72 jam)
Suhu tubuh
menyesuaikan
suhu sekitar
49
Fase kering (1 bulan – 10 tahun)
Skeletonisasi (sisa
kulit kering, Terekspos total Memutih
kartilago, dan
tulang)
Terjadi
peningkatan Trabeklular tulang Korteks tulang
hilangnya mineral- terekspos tereksfoliasi
mineral tubuh
50
Gennard, Dorothy. Forensic Entomology. Second edition. 2012 India: Willey Blackwell. P30-35.
Intrinsik
Usia
Jenis Kelamin
Penyebab kematian
IMT
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi
Pembusukan Ekstrinsik
Suhu, kelembapan,
udara, medium,
pakaian
Usia
👶 Total body water
👦
pada bayi dan
anak anak lebih
besar daripada
👧 dewasa
52
Penyebab
Kematian
Sepsis peningkatan suhu dan
bakteri dalam darah
53
IMT
IMT tinggi kadar air
lebih tinggi
pembusukan lebih cepat
>
54
Suhu
Suhu optimal 15oC-37oC
Suhu < 0oC atau > 45oC pertumbuhan mikroorganisme
terhambat pembusukan menjadi lebih lambat
Udara
Tergantung kandungan O2
O2 Tinggi pembusukan cepat
56
Medium (Chasper’s law)
Udara > Air > Tanah
1: 2 : 8
57
Pakaian
Tidak berpakaian VS berpakaian
Pakaian memperlambat laju dekomposisi yaitu
mencegah serangga mengakses lokasi yang diinginkan
untuk oviposisi pada mayat dan membantu melindungi
pembusukan jaringan dari faktor eksternal (misalnya,
sinar matahari atau pembilasan) yang mungkin
mempengaruhi laju dekomposisi.
58
Intrinsik
Riwayat trauma tulang
Ketebalan tulang
Jenis Kelamin
Usia
Tulang
Entrinsik
Tempat tinggal,
shallow burial vs
surface deposition,
pH tanah
60
30%
Organik
(protein
kolagen)
Pembusukan
Tulang
70%
Anorganik
(hidroksia
patit)
Diagenesis
61
Riwayat
trauma tulang
<<
proses diagenesis tulang <<
tulang tetap utuh dan
proses pembusukan tulang
<<
63
Jenis Kelamin
👨
Wanita kulit hitam memiliki area
👩
korteks pada tulang 11% lebih
rendah dibandingkan laki-laki kulit
hitam, sehingga proses diagenesis
pada tulang wanita kulit hitam
lebih cepat dibandingkan laki-laki
kulit hitam.15
64
Usia
Pada bayi dan anak pembusukan pada tulang relatif lebih
cepat dibandingkan dewasa dikarenakan BMD pada anak
lebih rendah dibandingkan pada dewasa.
65
Tempat tinggal
Kadar mineral (Ca dan P)
masyarakat pedesaan
↑↑
Kadar mineral (Ca dan P)
masyarakat perkotaan
66
Penguburan dangkal
vs Permukaan
• Disartikulasi kepala hingga kaki dari
tengah ke perifer
• Terpapar hewan pemakan bangkai
• Kaya O2, mempercepat pembusukan
67
Karakteristik pH tanah
Aerobik Tidak asam
• tulang akan tampak lebih berwarna, namun masih baik kondisinya meskipun
keretakan mungkin terjadi pada kasus proses pengeringan.
Konsentrasi sampel yang dapat terbaca pada alat ini berkisar antara 100 mg
hinga 500 mg.
Pada penelitian ini, ICP-OES digunakan untuk mengetahui perubahan pada unsur
mineral tulang yang terjadi selama proses putrefikasi jaringan lunak, juga sebagai
sarana untuk memetakan perubahan tulang yang terjadi pada interval waktu setelah
terjadinya kematian 71
Penutup
Kesimpulan dan Saran
72
Autolisis Fase Fresh
Intrinsik
Usia, jenis kelamin,
indeks massa tubuh, Pembusukan adalah
Pembusukan adalah
riwayat trauma, dan proses penguraian
proses penguraian
ketebalan tulang mayat menjadi
mayat menjadi bahan
bahan Fase Bloating
dasarnya secara
mikroskopis maupun
makroskopis melalui Fase Active
proses alamiah tubuh Devay
Ekstrinsik maupun
maupun karena
karena
Suhu, tingkat aktivitas
aktivitas
kelembaban, udara, mikroorganisme
pakaian, dan ph mikroorganisme yang
yang Putrefaksi Fase Post Decay
melewati 2 proses
tanah melewati 2 proses
Skeletonisasi
74
○ Sejauh mana batasan penguburan dalam dan dangkal?
Mengapa semakin dalam semakin lambat mengalmi
pembusukan?
○ Perbedaan pada bula pembusukan dan akibat luka bakar?
○ Pada kondisi apa tulang akan mengalami fosilisasi?
○ Apakah ada faktor hormonal yang membedakan antara pria
dan wanita dalam pembusukan?
○ Mengapa terjadi peningkatan besi dan penurunan natrium
dan kalium pada proses pembusukan tulang?
75