Anda di halaman 1dari 24

PSIKOMOTOR

MORBUS HANSEN

Pembimbing : dr. Heryanto Syamsuddin, Sp.KK

Disusun oleh : Ichsan Azis

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
Identitas Pasien
• Nama : TN.AW
• Usia : 29 Tahun
• Jenis Kelamin : Laki - Laki
• Status pernikahan : Menikah
• Agama : Islam
• Pekerjaan : wiraswasta
• Alamat : Jakarta Utara
• Tanggal Pemeriksaan : 16 Januari 2020
Anamnesis
Keluhan Utama
Terdapat bercak putih pada tubuh sejak 1 tahun yang lalu

Keluhan Tambahan
Baal/mati rasa
• Pasien mengeluh bercak putih pada kulit sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu,awalnya terdapat bercak
kemerahan kecil di daerah lengan kiri bawah semakin
lama semakin membesar dan meluas dan menyebar
hingga ke dada, perut, punggung, dan lutut.
• Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-
bercak tsb, pasien mengeluh terasa tebal/baal pada
bercak-bercak tsb.
Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien tidak pernah mengeluhkan keluhan yang sama.
Riwayat Pengobatan
 Selama mengalami keluhan ini, pasien sudah berobat rutin selama 1 tahun di
RSIJ pondok kopi
Riwayat Alergi
 Pasien menyangkal memiliki alergi makanan ataupun obat dan cuaca.
Riwayat Penyakit Keluarga
 Pasien menyangkal adanya keluarga yang mengalami hal yang sama.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
• Kesadaran : Compos Mentis
• Kepala : t.a.k
• Leher : t.a.k
• Thorax : t.a.k
• Abdomen : t.a.k
• Ekstremitas : t.a.k
Status Dermatologi
• Lokasi : ad regio antebrachii dextra & sinistra
• ad regio abdomen
• ad regio patella
• Eflouresensi : makula hipopigmentasi.
• Penyebaran : regional
• Susunan : anular
• Ukuran : plakat
• Bentuk : tidak teratur
• Batas : sirkumpskrip
• Pasien laki-laki usia 29 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan bercak
putih pada kulit sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu,awalnya terdapat bercak
kemerahan kecil di daerah lengan kiri bawah semakin lama semakin
membesar dan meluas dan menyebar hingga ke dada, perut, punggung, dan
lutut. Pasien tidak mengeluh gatal ataupun nyeri pada bercak-bercak tsb,
pasien mengeluh terasa tebal/baal pada bercak-bercak tsb. Pasien belum
pernah mengalami ini sebelumnya, dan di keluarga pasien tidak ada yang
mengalami keluhan serupa. Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
• Pada pemeriksaan fisik didapatkan status dermatologi dengan gambaran
makula hipopigmentasi pada regio antebrachii bilateral, regio abdomen, regio
patella bilateral.
• .
Assesment

• Working diagnosis : Morbus Hansen MultiBasiler reaksi kusta tipe 1

• Diagnosis differential : Vitiligo, Ptiriasis Versikolor, Ptiriasis Alba, Tinea


korporis
Tatalaksana
Non-medikamentosa
• Pasien rutin berorbat dan jangan putus obat.
• Selalu memakai alas kaki

Medikamentosa
• Rifampisin 600mg setiap bulan dengan pengawasan
• Diaminodifenil sulfon (DDS) 100mg setiap hari
• Klofazimin 300mg setiap bulan dalam pengawasan, diteruskan 50mg sehari
TINJAUAN PUSTAKA
Kusta
Definisi

• Merupakan penyakit infeksi yang kronik, dan penyebabnya adalah Mycobacterium


leprae yang bersifat intraseluler obligat.
• Saraf perifer sebagai afinitas pertama, lalu kulit, dan mukosa tractus respiratorius bagian
atas, kemudian dapat ke organ lain kecuali SSP.

Etiologi

• Mycobacterium leprae -> basil tahan asam, gram (+).


• Penularan melalui inhalasi atau kontak langsung antar kulit dalam waktu yang lama
dengan penderita.
• Masa inkubasi 40 hari – 40 tahun, rata-rata 3-5 tahun.

Epidemiologi

• Dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih rentan daripada orang dewasa.
• Frekuensi tertinggi pada kelompok umur antara 25-35 tahun.
Dasar Diagnosis Kusta
1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
• Kelainan kulit : bercak hipopigmentasi atau eritematous
• Mati rasa dapat berupa kurang rasa (hipoestesi) atau tidak
merasa sama sekali (anastesi).
2. Penebalan saraf tepi disertai gangguan fungsi saraf
• Gangguan fungsi saraf berupa : sensoris (anastesi), motoris
(parese/paralisis), otonom (kulit kering).
3. Basil Tahan Asam (BTA) positif
• Kerokan kulit pada lesi ditetesi KOH

Diagnosis kusta = 1 Cardinal sign (+)


Gejala-gejala Kerusakan Saraf
•Anastesia pada ujung jari anterior kelingking & jari manis
•Clowing kelingking dan jari manis
1. Nervus •Atrofi hipotenar dan otot interosseus serta kedua otot lumbrikalis medial.
ulnaris

•Anastesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
•Tidak mampu adduksi ibu jari
•Clawing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
2. Nervus •Ibu jari kontraktur
medianus •Atrofi otot tenar dan edua otot lumbrikalis lateral

•Anastesi pada dorsum manus & ujung proksimal jari telunjuk


•Wrist drop
3. Nervus •Tak mampu eksistensi jari-jari atau pergelangan tangan
radialis
• Anastesia tungkai bawah, bagian lateral &dorsum pedis
4. Nervus • Foot drop
poplitea • Kelemahan otot peroneus
lateralis

• Anastesia telapak kaki


5. Nervus • Claw toes
tibialis • Paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
posterior

• Cabang temporal dan zigomatik menyebabkan lagoftalmus


• Cabang bukal, mandibular, dan servikal menyebabkan kehilangan ekspresi wajah
6. Nervis dan kegagalan mengatupkan bibir.
fasialis

• Anastesia kulit wajah, kornea, dan konjungtiva mata.


7. Nerus
trigeminus
Klasifikasi MH -
Klasifikasi Ridley Jopling
TT : tuberkuloid polar
(bentuk stabil)
- TI : tuberkuloid indefinite
Klasifikasi WHO
- BT : borderline tuberculoid
- BB : mid borderline
Tanda utama Pausibasila - BL : borderline
Multibasiler
r lepromatous
Bercak kusta Jumlah 1-5 Jumlah > 5 - LI : lepromatosa indefinite
- LL : lepromatosa polar
Penebalan saraf (bentuk stabil)
disertai gangguan 1 saraf > 1 saraf
fugsi saraf
Sediaan apusan BTA (-) BTA (+)

Kusta PB = tipe TT, BT, I Kusta MB = tipe LL, BL, BB


Pemeriksaan Tambahan
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
saraf tepi Bakterioskopik Pemeriksaan serologik
rasa raba
pada lesi histopatologik
N. Facialis, N. Indeks bakteri :
Auricularis kepadatan BTA Uji MLPA, uji
magnus, N. tanpa ELISAm ML
Radialis, N. membedakan dipstickm ML
Ulnaris, N. solid dan non Flow Test
Medianus, N. solid.
Cutaneus
radialis, N.
Poplitea lateralis, Morfologi
N. Tibialis indeks :
posterior. persentase
bentuk solid Diagnosis Banding :
dibandingkan - Lesi makular : vitiligo, pitiriasis
jumlah solid
Perhatikan dan non solid.
versikolor, pitiriasis alba
pembesaran - Lesi meninggi : granuloma
saraf, konsistensi,
ada tidaknya
annulare, tinea circinata,
nyeri spontan dan psoriasis
nyeri tekan. - Lesi noduler : penyakit Von
Recklinghausen
Terapi Kusta
• PB • MB
Minum di depan petugas : Minum di depan petugas :
- Rifampisin 600 mg / bulan - Rifampisin 600 mg / bulan
- DDS 100 mg / bulan
- DDS 100 mg / bulan
- Clofazimine 300 mg / bulan

Minum di rumah : Minum di rumah :


- DDS 100 mg / hari - DDS 100 mg / hari
- Clofazimine 50 mg / hari
1 blister = 1 dosis = 28 hari
Jumlah pengobatan = 6 dosis 1 blister = 1 dosis = 28 hari
Jangka waktu pengobatan = 6-9 bulan Jumlah pengobatan = 12 dosis
Jangka waktu pengobatan = 12-18 bulan
Evaluasi Terapi
RFT Telah selesai pengobatan MDT 6 blister dalam waktu 6-9 bulan
(release from untuk PB atau telah seledai pengobatan MDT 12 blister dalam
treatment) waktu 12-18 bulan untuk MB.
Default Penderita PB selama > 3 bulan tidak mengambil obat atau
penderita MB selama > 6 bulan tidak mengambil obat.

Relaps Telah selesai pengobatan dan muncul lesi baru pada kulit.

Komplikasi : ulserasi, mutilasi, deformitas.


Prognosis : umumnya baik bila kepatuhan minum obat baik.
Reaksi Kusta
• Definisi
Merupakan suatu episode dalam perjalanan kronis
penyakit kusta yg merupakan suatu reaksi kekebalan (respon
seluler) atau reaksi antigen-antibodi (respon humoral). Reaksi
daoat terjadi pada penderita sebelum pengobatan, saat
pengobatan, dan sesudah pengobatan. Namun sering terjadi
pada 6 bulan sampai setahun setelah mulai pengobatan.

• Faktor predisposisi
Pasien dalam kondisi lemah, kehamilan, sesudah
mendapat imunisasi, stres fisik dan mental, infeksi, dan gizi
kurang.
Klasifikasi Reaksi Kusta
Pengobatan Reaksi Kusta
A. Pengobatan reaksi ringan
• Berobat jalan, istirahat dirumah
• Pemberian analgetik, obat peenang bila perlu
• Atasi faktor pencetus
• Jika sedang dalam pengobatan MDT, maka MDT tetap diteruskan dengan dosis tidak
diubah.
B. Pengobatan reaksi berat
• Atasi faktor pencetus
• Pemberian prednison, skema pemberian pada orang dewasa :
• 2 minggu I : 40 mg / hari
• 2 minggu II : 30 mg / hari
• 2 minggu III : 20 mg / hari
• 2 minggu IV : 15 mg / hari
• 2 minggu V : 10 mg / hari
• 2 minggu VI : 5 mg / hari
• Pemberian analgetik sedatif
• Immobilisasi lokal
• Bila memungkinkan pasien di rawat inap di RS

Anda mungkin juga menyukai