Anda di halaman 1dari 25

Anastesi spinal

Oleh:
Cut Ela Witanti

Preseptor
dr. Anna Millizia, M.Ked(An), Sp.An
1 2/3/2020
pendahuluan

 Anestesi berasal dari bahasa Yunani, an- yang berarti


“tanpa” dan aisthēsi, yang berarti sensasi
 Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal
 Subarachnoid Spinal Block, sebuah prosedur anestesi
yang efektif dan bisa digunakan sebagai alternatif dari
anestesi umum. Umumnya digunakan pada operasi
bagian bawah tubuh seperti ekstremitas bawah,
perineum, atau abdomen bawah.

2 2/3/2020
 Sejak anestesi spinal/Sub-arachnoid block (SAB) diperkenalkan
oleh August Bier (1898) pada praktis klinis, teknik ini telah
digunakan dengan luas untuk menyediakan anestesi,
terutama untuk operasi pada daerah papila mamae kebawah.
 Anestesi spinal dihasilkan bila kita menyuntikkan obat
analgesik lokal ke dalam ruang sub arachnoid di daerah antara
vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau L4-L5.
 Kelebihan utama tehnik ini adalah kemudahan dalam
tindakan,peralatan yang minimal, memiliki efek minimal pada
biokimia darah, menjaga level optimal dari analisa gas darah,
pasien tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan nafas,
serta membutuhkan penanganan post operatif dan analgesia
yang minimal

3 2/3/2020
ANASTESI SPINAL
DEFINISI
Indikasi
1)Bedah ekstremitas bawah
2)Bedah panggul
Anestesi blok subaraknoid atau
biasa disebut anestesi spinal 3)Tindakan sekitar rektum-
perineum
adalah tindakan anestesi dengan
memasukan obat analgetik ke 4)Bedah obstetri ginekologi
dalam ruang subaraknoid di 5)Bedah urologi
daerah vertebra lumbalis yang 6)Bedah abdomen bawah
kemudian akan terjadi hambatan
7)Bedah abdomen atas dan
rangsang sensoris mulai dari pediatri (dikombinasikan
vertebra thorakal 4. dengan anestesi umum
ringan)

4 03/02/2020
KONTRAINDIKASI
relatif
 Pasien menolak  Infeksi sistemik (sepsis,
 Infeksi pada tempat suntikan bakteremi)
 Infeksi sekitar tempat
 Hipovolemia berat; syok suntikan
 Koagulopati atau mendapat  Kelainan neurologis
terapi antikoagulan  Kelainan psikis
 Tekanan intrakranial meninggi  Bedah lama
 Fasilitas resusitasi minimal  Penyakit jantung
 Kurang pengalaman atau  Hipovolemia ringan
tanpa didampingi konsultan  Nyeri punggung kronis
anestesia
5 03/02/2020
•Penilaian Preoperatif
•Tatalaksana evaluasi
Preoperatif (anamnesis, pemeriksaan
fisik, penunjang dan konsul,
tentuin prognosis  ASA )

Persiapan
Preoperatif2 •Terapi Cairan
•Premedikasi

MANAJEMEN
ANESTESI

•Persiapan Pasien
Durante •Pemakaian Obat Anestesi
Operasi •Terapi Cairan
•Monitoring

•Pemindahan Pasien dari OK


 RR
Post Operatif
•Perawatan Post Anestesi di
6 Recovery Room 03/02/2020
PERSIAPAN YANG DI BUTUHKAN UNTUK
MELAKUKAN ANESTESI SPINAL
 Informed consent : Pasien sebelumnya diberi informasi tentang
tindakan ini (informed consent) meliputi tindakan anestesi,
kemungkinan yang akan terjadi selama operasi tindakan ini dan
komplikasi yang mungkin terjadi.
 Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi daerah kulit
tempat penyuntikan untuk menyingkirkan adanya kontraindikasi
seperti infeksi. Perhatikan juga adanya gangguan anatomis seperti
scoliosis atau kifosis,atau pasien terlalu gemuk sehingga tonjolan
processus spinosus tidak teraba
 Pemeriksaan laboratorium anjuran: Pemeriksaan laboratorium yang
perlu dilakukan adalah penilaian hematokrit, Hb , masa protrombin (PT)
dan masa tromboplastin parsial (PTT) dilakukan bila diduga terdapat
gangguan pembekuan darah.

7 03/02/2020
PERSIAPAN ALAT DAN OBAT
OBATAN
 Satu set monitor untuk memantau tekanan darah, Pulse oximetri,
EKG.
 Peralatan resusitasi / anestesia umum.
 Jarum spinal. Jarum spinal dengan ujung tajam (ujung bambu
runcing, quincke bacock) atau jarum spinal dengan ujung pinsil (pencil
point whitecare), dipersiapkan dua ukuran. Dewasa 26G atau 27G
 Betadine, alkohol untuk antiseptic
 Kapas/ kasa steril dan plester.
 Obat-obatan anestetik lokal.
 Spuit 3 ml dan 5 ml.
 Infus set.
JENIS JARUM SPINAL
8 2/3/2020
Dosis obat anestesi regional yang lazim digunakan untuk
melakukan anestesi spinal terdapat pada table dibawah ini.

9 2/3/2020
Teknik Anastesi Spinal

Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus


dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi
yang paling sering dikerjakan. Biasanya
dikerjakan di atas meja operasi tanpa dipindah
lagi dan hanya diperlukan sedikit perubahan
posisi pasien.

10 2/3/2020
Lanjutan
 Pasang IV line. Berikan Infus Dextrosa/NaCl/Ringer laktat
sebanyak 500 - 1500 ml (pre-loading).
 Oksigen diberikan dengan kanul hidung 2-4 L/Menit
 Setelah dipasang alat monitor, pasien diposisikan dengan
baik. Dapat menggunakan 2 jenis posisi yaitu posisi duduk dan
berbaring lateral.
 Raba krista. Perpotongan antara garis yang menghubungkan
kedua krista iliaka dengan tulang punggung ialah L4 atau L4-
L5.
 Palpasi di garis tengah akan membantu untuk
mengidentifikasi ligamen interspinous.

11 2/3/2020
Lanjutan
 Cari ruang interspinous cocok. Pada pasien obesitas anda mungkin harus
menekan cukup keras untuk merasakan proses spinosus.
 Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
 Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-
3ml
 Cara tusukan adalah median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar
22G, 23G atau 25G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk jarum
kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan penuntun jarum
(introducer), yaitu jarum suntik biasa yaitu jarum suntik biasa 10cc.
Jarum akan menembus kutis, subkutis, ligamentum supraspinosum,
ligamentum interspinosum, ligamentum flavum, epidural, duramater,
subarachnoid. Setelah mandrin jarum spinal dicabut, cairan
serebrospinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan obat
analgesik ke dalam ruang arachnoid tersebut.

12 2/3/2020
Teknik Anastesi

Posisi Duduk pada Spinal


Anestesi
Posisi Lateral pada Spinal 13
Anestesi 2/3/2020
Teknik Anastesi

14 03/02/2020
Tusukan Medial dan Paramedial
Faktor yang mempengaruhi Anestesi
Spinal
 Volume obat analgetik lokal: makin besar makin tinggi daerah
analgesia
 Konsentrasi obat: makin pekat makin tinggi batas daerah
analgesia
 Barbotase: penyuntikan dan aspirasi berulang-ulang
meninggikan batas daerah analgetik.
 tekanan liquor serebrospinal dengan akibat batas analgesia
bertambah Kecepatan: penyuntikan yang cepat menghasilkan
batas analgesia yang tinggi. Kecepatan penyuntikan yang
dianjurkan: 3 detik untuk 1 ml larutan.

15 2/3/2020
Lanjutan
 Maneuver valsava: mengejan meninggikan tinggi.
 Tempat pungsi: pengaruhnya besar pada L4-5 obat hiperbarik
cenderung berkumpul ke kaudal (saddle blok) pungsi L2-3 atau L3-4
obat cenderung menyebar ke cranial.
 Berat jenis larutan: hiperbarik, isobarik atau hipobarik
 Tekanan abdominal yang meningkat: dengan dosis yang sama
didapat batas analgesia yang lebih tinggi.
 Tinggi pasien: makin tinggi makin panjang kolumna vertebralis makin
besar dosis yang diperlukan.(BB tidak berpengaruh terhadap dosis
obat)
 Waktu: setelah 15 menit dari saat penyuntikan, umumnya larutan
analgetik sudah menetap sehingga batas analgesia tidak dapat lagi
diubah dengan posisi pasien.

16 2/3/2020
Masalah Klinis Pada Anestesi Spinal
Pada praktik sehari-hari dapat ditemukan masalah saat
melakukan anestesi spinal, berikut adalah pendekatan dari
beberapa masalah yang lazim ditemukan saat melakukan
anestesi spinal

 Jarum terasa sudah menembus bagian yang seharusnya


tetapi belum ada cairan yang keluar : Saat menemukan
situasi seperti ini, tunggu kurang lebih 30 detik, kemudian
coba putar 90 derajat jarum tersebut. Jika masih belum
didapatkan LCS, dapat dilakukan injeksi udara 1cc untuk
mendorong jika ada sumbatan pada jarum.

17 2/3/2020
lanjutan
 Terdapat darah yang keluar melalui jarum : tunggu sesaat, jika
perdarahan berhenti, lanjutkan prosedur. Jika darah terus menetes,
kemungkinan saat penusukan mengenai vena epidural. Jarum harus
digerakkan lebih kedalam, atau diarahkan sedikit lebih medial.
 Pasien merasa nyeri tajam di kaki : kemungkinan jarum mengenai
radiks saraf. Segera cabut jarum dan ulang tusukan dengan arah lebih
ke medial dari tempat tusukan awal.
 Jarum terasa menusuk tulang : perhatikan kembali posisi pasien
apakah saat dilakukan penusukan, pasien kurang melakukan fleksi
tubuh sehingga celah menjadi sempit. Perlu juga menenangkan pasien
karena umumnya pasien melakukan ekstensi saat menahan nyeri
tusukan saat awal jarum mengenai kulit.

18 2/3/2020
KOMPLIKASI TINDAKAN SPINAL
ANESTESI

1. Komplikasi Kardiovaskular
 Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah
10-40%. Hipotensi terjadi karena vasodilatasi, akibat
blok simpatis, yang menyebabkan terjadi penurunan
tekanan arteriola sistemik dan vena, makin tinggi blok
makin berat hipotensi. Cardiac output akan berkurang
akibat dari penurunan venous return. Hipotensi yang
signifikan harus diobati dengan pemberian cairan
intravena yang sesuai dan penggunaan obat vasoaktif
seperti efedrin atau fenilefedrin.
19 03/02/2020
2. Blok Tinggi atau Total

 Anestesi spinal tinggi atau total terjadi karena akibat dari


kesalahan perhitungan dosis yang diperlukan untuk satu
suntikan. Komplikasi yang bisa muncul dari hal ini adalah
hipotensi, henti nafas, penurunan kesadaran, paralisis motor,
dan jika tidak diobati bisa menyebabkan henti jantung. Akibat
blok simpatetik yang cepat dan dilatasi arterial dan kapasitas
pembuluh darah vena, hipotensi adalah komplikasi yang paling
sering terjadi pada anestesi spinal. Hal ini menyebabkan terjadi
penurunan sirkulasi darah ke organ vital terutama otak dan
jantung, yang cenderung menimbulkan sequel lain.

20 2/3/2020
3. Komplikasi Sistem Respirasi

 Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal tinggi,


bila fungsi paru-paru normal.
 Penderita PPOM atau COPD merupakan kontra indikasi untuk
blok spinal tinggi.
 Apnoe dapat disebabkan karena blok spinal yang terlalu tinggi
atau karena hipotensi berat dan iskemia medulla.
 Kesulitan bicara, batuk kering yang persisten, sesak nafas,
merupakan tanda-tanda tidak adekuatnya pernafasan yang
perlu segera ditangani dengan pernafasan buatan

21 2/3/2020
4. Komplikasi Gastointestinal

 Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus


parasimpatis berlebihan, pemakaian obat narkotik, reflek
karena traksi pada traktus gastrointestinal serta komplikasi
delayed, pusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan
nyeri kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada
perubahan posisi dari tidur ke posisi tegak

22 2/3/2020
5. Nyeri Kepala
 Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri
kepala. Nyeri kepala ini bisa terjadi selepas anestesi spinal atau
tusukan pada dural pada anestesi epidural. Insiden terjadi komplikasi
ini tergantung beberapa faktor seperti ukuran jarum yang
digunakan.Semakin besar ukuran jarum semakin besar resiko untuk
terjadi nyeri kepala. Selain itu, insidensi terjadi nyeri kepala juga
adalah tinggi pada wanita muda dan pasien yang dehidrasi.
 Nyeri kepala post suntikan biasanya muncul dalam 6 –48 jam selepas
suntikan anestesi spinal. Nyeri kepala yang berdenyut biasanya
muncul di area oksipital dan menjalar ke retroorbital, dan sering
disertai dengan tanda diplopia, mual, dan muntah. Tanda yang paling
signifikan nyeri kepala spinal adalah nyeri makin bertambah bila
pasien dipindahkan atau berubah posisi dari tiduran/supinasi ke posisi
duduk, dan akan berkurang atau hilang total bila pasien tiduran.
23 2/3/2020
6. Nyeri Punggung

 Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri punggung


akibat dari tusukan jarum yang menyebabkan trauma pada
periosteal atau ruptur dari struktur ligament dengan atau
tanpa hematoma intraligamentous. Nyeri punggung akibat dari
trauma suntikan jarum dapat di obatisecara simptomatik dan
akan menghilang dalam beberapa waktu yang singkat saja.

24 2/3/2020
Terima kasih
25 2/3/2020

Anda mungkin juga menyukai