Anda di halaman 1dari 23

20 POINT PENTING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 51 TAHUN 2009
TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN
Kelompok I
Nama Ni Komang Sri Wulandari 171081
Anggota I Dewa Made Andy Dwi Putra 181048
Kelomok I Made Wisnu Wardana 181049
Ni Putu Diah Indrayani 181050
Ni Wayan Ari Widyaningsih 181051
Pasal 1 Ayat 1

Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu


Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat
atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat,
bahan obat dan obat tradisional.

Penjelasan :
Pekerjaan kefarmasian seperti yang kita ketahui sebenarnya bukan
hanya sebatas pelayanan resep, pengadaan dan penyerahan sediaan
farmasi namun juga meliputi pengendalian mutu, pengamanan,
penyimpanan dan pendistribusian, serta pengelolaan sediaan farmasi
Pasal 1 Ayat 2
Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan
kosmetika.

Penjelasan :
Seperti yang kita ketahui, banyak orang beranggapan bahwa sediaan
farmasi hanya mencakup obat saja, akan tetapi sebenarnya sediaan
farmasi bukan hanya mencakup obat saja namun sediaan seperti
kosmetika dan obat tradisional seperti jamu juga merupakan sediaan
farmasi, dan semua sediaan yang meliputi obat, bahan obat, kosmetika
dan obat tradisional adalah tanggung jawab farmasi
Pasal 1 Ayat 4

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan


bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan
Farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Penjelasan :
Pelayanan yang diberikan oleh Apoteker dan TTK secara langsung
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi yang bertujuan
untuk memperbaiki, serta meningkatkan kesembuhan pasien dikenal
dengan pelayanan kefarmasian
Pasal 1 Ayat 6

Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker


dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi/Asisten Apoteker.

Penjelasan :
TTK yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis
Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
mempunyai tanggung jawab dan tugas untuk membantu apoteker
dalam menjalankan tugas pekerjaan kefarmasian seperti melakukan
PIO atau pemberian informasi obat pada pasien.
Pasal 1 Ayat 9

Fasilitas Produksi Sediaan Farmasi adalah sarana yang digunakan


untuk memproduksi obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan
kosmetika.

Penjelasan :
Obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetika dapat
diproduksi dengan fasilitas produksi sediaan farmasi yang memiliki
standar produksi sehingga sediaan farmasi yang dihasilkan bermutu
dan aman.
Pasal 1 Ayat 10

Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi adalah sarana


yang digunakan untuk mendistribusikan atau menyalurkan Sediaan
Farmasi, yaitu Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi.

Penjelasan :
Pedagang Besar Farmasi dan Instalasi Sediaan Farmasi adalah sarana
yang digunakan untuk mendistribusikan sediaan farmasi sesuai dengan
peraturan – peraturan yang berlaku ke sarana – sarana/fasilitas
pelayanan kefarmasian dan selama proses pendistribusian, fasilitas
distribusi atau penyaluran sediaan Farmasi tetap menjaga mutu dari
sediaan farmasi.
Pasal 1 Ayat 11

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk


menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek, instalasi farmasi
rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama.

Penjelasan :
Fasilitas Pelayanan kefarmasian merupakan bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
yang menyediakan informasi tentang obat-obatan, menyediakan
bimbingan dan konseling dalam rangka pendidikan kepada pasien dan
memelihara serta memfasilitasi pengujian pengobatan bagi pasien
penyakit kronis.
Pasal 1 Ayat 12
Pedagang Besar Farmasi adalah perusahaan berbentuk badan hukum
yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran perbekalan
farmasi dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Penjelasan :
Pedagang Besar Farmasi adalah salah satu fasilitas distribusi sediaan
farmasi. PBF bisa saja membuka cabang yang disebut PBF cabang di
beberapa tempat asalkan PBF cabang tersebut mendapat pengakuan dari
kepala dinas kesehatan provinsi setempat dimana PBF cabang tersebut
berada dan PBF cabang juga hanya bisa menyalurkan sediaan farmasi
dengan jumlah yang besar dalam batas wilayah provinsi pengakuannya.
Pasal 1 Ayat 13

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan


praktek kefarmasian oleh Apoteker.

Penjelasan :
Apotek merupakan tempat untuk melakukan pelayanan kefarmasian
oleh Apoteker, dimana pelayanan kefarmasian ini meliputi
pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan
obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional
Pasal 1 Ayat 14

Toko Obat adalah sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-
obat bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara
eceran.
Penjelasan :
Toko obat merupakan tempat yang memiliki izin untuk menyimpan dan
menjual sediaan farmasi yang hanya diperbolehkan menjual obat
bebas, dan obat bebas terbatas secara eceran, sedangkan untuk obat
keras, obat narkotika dan pskotropika tidak diizinkan utuk disimpan dan
dijual oleh took obat.
Pasal 1 Ayat 25

Rahasia Kefarmasian adalah Pekerjaan Kefarmasian yang menyangkut


proses produksi, proses penyaluran dan proses pelayanan dari Sediaan
Farmasi yang tidak boleh diketahui oleh umum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang - undangan.

Penjelasan :
Rahasia kefarmasian merupakan pekerjaan atau tanggung jawab dari
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang meliputi pembuatan
termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat
yang harus dijaga kerahasiaannya atau tidak boleh diketahui oleh umum
yang berpedoman pada peraturan perundang undang.
Pasal 5

Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian meliputi:


a. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pengadaan Sediaan Farmasi;
b. Pekerjaan Kefarmasian dalam Produksi Sediaan Farmasi;
c. Pekerjaan Kefarmasian dalam Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi; dan
d. Pekerjaan Kefarmasian dalam Pelayanan Sediaan Farmasi

Penjelasan :
Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional yang
dilaksanakan oleh apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang harus sesuai dengan SOP
yang berlaku dan ketentuan peraturan perundang undangan.
Pasal 11 Ayat 1

Dalam melakukan Pekerjaan Kefarmasian, Apoteker sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) harus menetapkan Standar Prosedur
Operasional.

Penjelasan :
Apoteker harus menetapkan standar operasional prosedur dengan tujuan
agar proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan efektif, rapi,t ertib
dan sistematis dari awal hingga akhir. Dengan adanya standar operasional
prosedur diharapkan kualitas pekerjaan menjadi lebih baik.
Pasal 14 Ayat 1

Setiap Fasilitas Distribusi atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat


harus memiliki seorang Apoteker sebagai penanggung jawab.

Penjelasan :
Apoteker penanggung jawab distribusi memiliki peranan yang sangat
penting dalam melaksanakan segala aspek yang terdapat di
CPOB.Karena pengawalan mutu obat di sepanjang rantai distribusi harus
memperhatikan CDOB agar mutu obat dapat dipertanggung jawabkan
hingga ke tangan masyarakat dan dengan menerapkan CDOB yang
konsisten maka akan terciptanya kepercayaan dari pemerintah,pemasok
dan pelanggan terhadap PBF.
Pasal 19

Fasilitas Pelayanan Kefarmasian berupa :


a. Apotek;
b. Instalasi farmasi rumah sakit;
c. Puskesmas;
d. Klinik;
e. Toko Obat; atau
f. Praktek bersama.

Penjelasan :
Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian dengan tujuan pelayanan langsung dan bertanggung jawab
kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dengan adanya fasilitas
pelayanan kefarmasian memudahkan banyak orang untuk mendapatkan pelayanan.
Pasal 21 Ayat 3

Dalam hal di daerah terpencil tidak terdapat Apoteker, Menteri dapat


menempatkan Tenaga Teknis Kefarmasian yang telah memiliki STRTTK
pada sarana pelayanan kesehatan dasar yang diberi wewenang untuk
meracik dan menyerahkan obat kepada pasien.

Penjelasan :
Dalam hal tidak ada apoteker sebagai profesi tenaga kefarmasian
ataupun tenaga teknis kefarmasian ( TTK ) sebagai tenaga vokasi dalam
kelompok tenaga kefarmasian yang bertugas membantu apoteker dalam
menjalankan praktik kefarmasian , maka tenaga medis dapat melakukan
kegiatan menyimpan obat , meracik dan menyerahkan obat kepada pasien
dengan persyaratan :
Pasal 21 ayat 3
1. Untuk kegiatan menyimpan obat dapat dilakukan dengan syarat :
- Jenis obat selain obat suntik yang diizinkan dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugasnya dalam keadaan darurat yang
mengancam keselamatan jiwa dan diperlukan tindakan medis segera
untuk menyelamatkan pasien.
- Jumlah obat yang disediakan terbatas pada kebutuhan
pelayanan.
2. Untuk kegiatan meracik dan menyerahkan obat kepada
pasien,dapat dilakukan oleh tenaga medis yang praktik didaerah
terpencil yang tidak ada apotek.
Pasal 25 Ayat 1
Apoteker dapat mendirikan Apotek dengan modal sendiri dan/atau
modal dari pemilik modal baik perorangan maupun perusahaan.

Penjelasan :
Jika ingin mendirikan apotek, apoteker dapat menggunakan modal
sendiri atau mendapatkan modal dari pemilik modal jika tidak
memiliki modal yang cukup, namun pekerjaan kefarmasian harus tetap
dilakukan oleh tenaga kefarmasian.
Pasal 25 Ayat 2

Dalam hal Apoteker yang mendirikan Apotek bekerja sama dengan


pemilik modal maka pekerjaan kefarmasian harus tetap dilakukan
sepenuhnya oleh Apoteker yang bersangkutan.

Penjelasan :
Pekerjaan kefarmasian tetap dilakukan oleh apoteker karena yang
memiliki kewenangan dalam melakukan pekerjaan kefarmasian
adalah tenaga kefarmasian yaitu apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian.
Pasal 33 Ayat 1
Tenaga Kefarmasian terdiri atas:
a. Apoteker; dan
b. Tenaga Teknis Kefarmasian.

Penjelasan :
Yang merupakan tenaga kefarmasian adalah apoteker dan tenaga
teknis kefarmasian. Dimana hanya tenaga kefarmasian yang memiliki
wewenang untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.
Pasal 39 Ayat 1

Setiap Tenaga Kefarmasian yang melakukan Pekerjaan Kefarmasian


di Indonesia wajib memiliki surat tanda registrasi.

Penjelasan:
Setiap tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi agar
dapat melakukan pekerjaan kefarmasian, dimana surat tanda registrasi
ini meliputi STRA pada Apoteker dan STRTTK pada Tenaga Teknis
Kefarmasian.

Anda mungkin juga menyukai