Anda di halaman 1dari 30

CARA PEMBUATAN

SEDIAAN OBAT TRADISIONAL


YANG BAIK
PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL
• Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui
keberadaannya sejak dahulu kala dan
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam upaya
pencegahan dan pengobatan.
• Sampai saat ini pelayana kesehatan tradisional
terus berkembang sesuai dengan kemajuan
teknologi disertai dengan peningkatan
pemanfaatannya oleh masyarakat → back to
nature
DASAR HUKUM PELAYANAN
KESEHATAN TRADISIONAL
• Dalam UU no 36 tahun 2009 tentang
kesehatan terdapat beberapa pasal yang
mengatur tentang pelayanan kesehatan
tradisional, yaitu pada pasal 1, 48, 59, 60, 61
Pasal 1
• Pelayanan kesehatan tradisional adalah
pengobatan dan/atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapka sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat
Pasal 59
Berdasarkan cara pengobatannya pelayanan
kesehatan tradisional terbagi menjadi :
a. Pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ketrampilan, dan
b. Pelayanan kesehatan tradisional yang
menggunakan ramuan
Pasal 60
• (1).Setiap orang yang melakukan pelayanan
kesehatan tradisional yang menggunakan alat
dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga
kesehatan yang berwenang
• (2).Penggunaan alat dan teknologi sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 harus dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan
norma agama dan kebudayaan masyarakat
Pasal 61
• (1). Masyarakat diberikan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mengembangkan,
meningkatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya
• (2). Pemerintah mengatur dan mengawasi
pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 dengan didasarkan pada
keamanan, kepentingan dan perlindungan
masyarakat
KLASIFIKASI BATTRA
(DIKELOMPOKKAN BERDASARKAN METODE YANG DOMINAN DIGUNAKAN)
Pemanfaatan obat tradisional dalam bentuk
ramuan/jamu adalah bagian dari pelayanan
kesehatan tradisional

Menurut Riskesdas tahun 2010


55,3% penduduk Indonesia menggunakan ramuan
tradisional (jamu) untuk memelihara kesehatannya
95,6% mengakui ramuan tradisional yang
digunakan sangat bermanfaat bagi kesehatan
• Indonesia mempunyai 30.000 tanaman obat
yang bermutu tinggi
• 19.000 dibuat jamu
• 9600 berkhasiat obat
• 38 obat herbal terstandar
• 6 fitofarmaka
Penggolongan Obat Tradisional
Jamu (Empirical based herbalmedicine)

Logo Jamu Tradisional


Jamu adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional, yang
berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut,
higienis (bebas cemaran) serta digunakan secara tradisional.
Jamu telah digunakan secara turun-temurun selama berpuluh-puluh
tahun bahkan mungkin ratusan tahun.
Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan mengacu pada resep
peninggalan leluhur . Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris turun
temurun.
Obat Herbal Terstandar (Scientificbased herbal medicine)

Logo Obat Herbal terstandar



Adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau
penyarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat,
binatang, maupun mineral.
• Untuk melaksanakan proses ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah
dengan tenaga kerja yang mendukung dengan
pengetahuan maupun ketrampilan pembuatan ekstrak.
• Selain proses produksi dengan teknologi maju, jenis ini
telah ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik (uji pada hewan) dengan
mengikutis tandar kandungan bahan berkhasiat, standar
pembuatan ekstrak tanaman obat, standar pembuatan
obat tradisional yang higienis, dan uji toksisitas
akutmaupun kronis.
3. Fitofarmaka (Clinical basedherbal medicine)

Logo Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional dari bahan alam


yang dapat disetarakan dengan obat modern karena
proses pembuatannya yang telah terstandar,
ditunjang dengan bukti ilmiah sampai dengan uji
klinik pada manusia dengan kriteria memenuhi
syarati lmiah, protokol uji yang telah disetujui,
pelaksana yang kompeten, memenuhi prinsip etika,
tempat pelaksanaan uji memenuhi syarat.
Dengan uji klinik akan lebih meyakinkan para profesi
medis untuk menggunakan obat herbal di sarana
pelayanan kesehatan. Masyarakat juga bisa didorong
untuk menggunakan obat herbal karena manfaatnya
jelas dengan pembuktian secara ilimiah.
KELEBIHAN OBAT TRADISIONAL
Efek samping OT relatif kecil bila
digunakan secara benar dan tepat
OT/TO akan bermanfaat dan aman jika
digunakan dengan tepat, baik takaran, waktu
dan cara penggunaan, pemilihan bahan serta
sesuai dengan indikasi tertentu.
KETEPATAN TAKARAN/DOSIS
• Daun sledri (Apium graviolens) telah diteliti dan terbukti mampu
menurunkan tekanan darah, tetapi pada penggunaannya harus
berhati-hati karena pada dosis berlebih (over dosis) dapat
menurunkan tekanan darah secara drastis sehingga jika penderita
tidak tahan dapat menyebabkan syok. Oleh karena itu dianjurkan
agar jangan mengkonsumsi lebih dari 1 gelas perasan sledri untuk
sekali minum. Demikian pula mentimun, takaran yang
diperbolehkan tidak lebih dari 2 biji besar untuk sekali makan.
• Untuk menghentikan diare memang bisa digunakan gambir, tetapi
penggunaan lebih dari 1 ibu jari, bukan sekedar menghentikan diare
bahkan akan menimbulkan kesulitan buang air besar selama
berhari-hari (kebebelen).
• Sebaliknya penggunaan minyak jarak (Oleum recini) untuk urus-urus
yang tidak terukur akan menyebabkan iritasi saluran pencernaan.
Demikian juga dengan pemakaian keji beling (Strobilantus crispus)
untuk batu ginjal melebihi 2 gram serbuk (sekali minum) bisa
menimbulkan iritasi saluran kemih.
KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN
• Sekitar tahun 1980-an terdapat suatu kasus di salah satu
rumah sakit bersalin, beberapa pasien mengalami kesulitan
persalinan akibat mengkonsumsi jamu cabe puyang
sepanjang masa (termasuk selama masa kehamilan).
Setelah dilakukan penelitian, ternyata jamu cabe puyang
mempunyai efek menghambat kontraksi otot pada binatang
percobaan. Oleh karena itu kesulitan melahirkan pada ibu-
ibu yang mengkonsumsi cabe puyang mendekati masa
persalinan karena kontraksi otot uterus dihambat terus-
menerus sehingga memperkokoh otot tersebut dalam
menjaga janin didalamnya.
• Sebaliknya jamu kunir asem bersifat abortivum sehingga
mungkin dapat menyebabkan keguguran bila dikonsumsi
pada awal kehamilan. Sehubungan dengan hal itu,
seyogyanya bagi wanita hamil minum jamu cabe-puyang di
awal kehamilan (antara 1-5 bulan) untuk menghindari
resiko keguguran dan minum jamu kunir-asem saat
menjelang persalinan untuk mempermudah proses
persalinan.
KETEPATAN CARA PENGGUNAAN
• Daun kecubung (Datura metel L.) telah diketahui
mengandung alkaloid turunan tropan yang bersifat
bronkodilator (dapat memperlebar saluran pernafasan)
sehingga digunakan untuk pengobatan penderita asma.
Penggunaannya dengan cara dikeringkan lalu digulung dan
dibuat rokok serta dihisap (seperti merokok). Akibat
kesalahan informasi yang diperoleh atau kesalah fahaman
bahwasanya secara umum penggunaan TO secara
tradisional adalah direbus lalu diminum air seduhannya;
maka jika hal itu diperlakukan terhadap daun kecubung,
akan terjadi keracunan karena tingginya kadar alkaloid
dalam darah. Orang Jawa menyebutnya ‘mendem
kecubung’ dengan salah satu tandanya midriasis, yaitu
mata membesar.
Ketepatan pemilihan bahan secara
benar
• berdasarkan pustaka, tanaman lempuyang ada 3 jenis, yaitu
lempuyang emprit (Zingiber amaricans L) lempuyang gajah (Zingiber
zerumbert L.) dan lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.).
Lempuyang emprit dan lempuyang gajah berwarna kuning berasa
pahit dan secara empiris digunakan untuk menambah nafsu makan;
sedangkan lempuyang wangi berwarna lebih putih (kuning pucat)
rasa tidak pahit dan berbau lebih harum, banyak digunakan sebagai
komponen jamu pelangsing. Kenyataannya banyak penjual simplisia
yang kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga kalau ditanya
jenisnya hanya mengatakan yang dijual lempuyang tanpa
mengetahui apakah lempuyang wangi atau yang lain.
• Kerancuan serupa juga sering terjadi antara tanaman ngokilo yang
di’anggap sama’ dengan keji beling, daun sambung nyawa dengan
daun dewa, bahkan akhir-akhir ini terhadap tanaman kunir putih,
dimana 3 jenis tanaman yang berbeda (Curcuma mangga, Curcuma
zedoaria dan Kaempferia rotunda) seringkali sama-sama disebut
sebagai ‘kunir putih’ yang sempat mencuat kepermukaan karena
dinyatakan bisa digunakan untuk pengobatan penyakit kanker.
PETUNJUK PENGGUNAAN TANAMAN
OBAT
• Waktu pengumpulan secara umum:
• a.Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan
sebelum buah menjadi masak.
• b. Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah
mekar.
• c. Buah dipetik dalam keadaan masak.
• d. Biji dikumpulkan dari buah yan g masak sempurna.
• e. Akar, rimpang (rhizome), umbi (tuber), dan umbi
lapis (bulbus) dikumpulkan sewaktu proses tumbuhan
berhenti.
PENCUCIAN DAN PENGERINGAN
Bahan obat yang sudah dikumpulkan segera dicuci bersih, sebaiknya dengan air
yang mengalir. Setelah bersih, dapat segera dimanfaatkan bila diperlukan
pemakaian yang bahan segar. Namun, bisa pula dikeringkan untuk disimpan dan
digunakan bila sewaktu-waktu dibutuhkan.
Pengeringan bertujuan untuk : mengurangi kadar air dan mencegah
pembusukan oleh cendawan atau bakteri. Dengan demikian, bahan dapat
disimpan lebih lama dalam stoples atau wadah yang tertutup rapat. Bahan
kering juga mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.
Berikut ini cara mengeringkan bahan obat :
– Bahan berukuran besar dan banyak mengandung air dapat dipotong-
potong seperlunya terlebih dahulu.
– Pengeringan bisa langsung dibawah sinar matahari, atau memakai
pelindung seperti kawat halus jika menghendaki pengeringan yang tidak
terlalu cepat.
– Pengeringan bisa juga dilakukan dengan mengangin-anginkan bahan
ditempat yang teduh atau di dalam ruang pengering yang aliran udaranya
baik.
CARA PEREBUSAN
• Perebusan umumnya dilakukan dalam pot tanah, pot keramik, atau panci email,. Panci dari
besi, alumunium atau kuningan sebaiknya tidak digunakan untuk merebus karena bahan
tersebut dapat menimbulkan endapan, konsentrasi larutan obat yang rendah, terbentuknya
racun atau menimbulkan efek samping akibat terjadinya reaksi kimia dengan bahan obat.

Gunakan air yang bersih untuk merebus.


Sebaiknya digunakan air tawar, kecuali ditentukan lain.

Lakukan perebusan dengan api sesuai petunjuk pembuatan. Apabila nyala api tidak
ditentukan, biasanya perebusan dilakukan dengan api besar sampai airnya mendidih.
Selanjutnya api dikecilkan untuk mencegah air rebusan meluap atau terlalu cepat kering.
Meski demikian, adakalanya api besar dan api kecil digunakan sendiri-sendiri sewaktu
merebus bahan obat. Sebagai contoh, obat yang berkhasiat tonik umumnya direbus dengan
api kecil sehingga zat berkhasiatnya dapat secara lengkap dikeluarkan dalam air rebusan.
Demikian pula tumbuhan obat yang mengandung racun perlu direbus dengan api yang kecil
dalam waktu yang agak lama, sekitar 3-5 jam untuk mengurangi kadar racunnya. Nyala api
yang besar digunakan untuk ramuan obat yang dimaksudkan agar pendidihan menjadi cepat
dan penguapan berlebih dari zat yang merupakan komponen aktif tumbuhan dapat dicegah.
WAKTU MINUM OBAT
Bila tidak terdapat petunjuk pemakaian,
biasanya obat diminum sebelum makan
kecuali obat tersebut merangsang lambung
maka diminum setelah makan. Obat
berkhasiat tonik diminum sewaktu perut
kosong, dan obat berkhasiat sedative
diminum sewaktu ingin tidur. Pada penyakit
kronis diminum sesuai jadwal secara teratur.
LAMA PENGOBATAN

Tumbuhan obat yang masih berupa simplisia, hasil


pengobatannya tampak lambat, namun sifatnya
konstruktif atau membangun. Hal ini berbeda dengan
obat kimiawi yang hasil pengobatannya terlihat cepat
namun destruktif. Oleh karena itu, obat yang berasal
dari tumbuhan tidak dianjurkan penggunaannya untuk
penyakit-penyakit infeksi akut. Tumbuhan obat lebih
diutamakan untuk memelihara kesehatan dan
pengobatan penyakit kronis yang tidak dapat
disembuhkan dengan obat kimiawi, atau memerlukan
kombinasi antara obat kimiawi dengan obat dari
tumbuhan berkhasiat.
PERBEDAAN OBAT HERBAL DAN KIMIA
Obat Herbal :
1. Diarahkan pada sumber penyebab penyakit dan perbaikan fungsi
serta organ-organ yang rusak.
2. Bersifat rekonstruktif atau memperbaiki organ dan membangun
kembali organ-organ, jaringan atau sel-sel yang rusak.
3. Bersifat kuratif artinya benar-benar menyembuhkan karena
pengobatannya pada sumber penyebab penyakit.
4. Lebih diutamakan untuk mencegah penyakit, pemulihan penyakit-
penyakit komplikasi menahun, serta jenis penyakit yang
memerluakan pengobatan lama.
5. Reaksi lambat tetapi bersifat konstruktif atau memperbaiki dan
membangun kembali organ-organ yang rusak.
6. Efek samping hampir tidak ada, asalkan diramu oleh herbalis yang
ahli dan berpengalaman
OBAT KIMIAWI

1. Lebih diarahkan untuk menghilangkan gejala-gejalanya saja.


2. Bersifat simtomatis yang hanya untuk mengurangi
penderitaannya saja.
3. Bersifat paliatif artinya penyembuhan yang bersifat spekulatif,
bila tepat penyakit akan sembuh, bila tidak endapan obat
akan menjadi racun yang berbahaya.
4. Lebih diutamakan untuk penyakit-penyakit yang sifatnya akut
(butuh pertolongan segera) seperti asma akut, diare akut,
patah tulang, infeksi akut dan lain-lain.
5. Reaksi cepat, namun bersifat destruktif artinya melemahkan
organ tubuh lain, terutama jika dipakai terus-menerus dalam
jangka waktu lama
6. Efek samping yang bisa ditimbulkan iritasi lambung dan hati,
kerusakan ginjal, mengakibatkan lemak darah.
7. Reaksi terhadap tubuh cepat
CONTOH BKO YANG SERING
DICAMPURKAN
• Jamu pegal linu
 BKO yang sering dicampurkan
Fenilbutazon : penekanan sumsum tulang belakang
→produksi AL ↓→rentan infeksi, kerusakan lambung
Deksamethason : meningkatkan resiko DM, moonface,
Paracetamol : merusak hati
Asam mefenamat
Metampiron, diklofenak, piroksikam
• Jamu pelangsing
BKO yang sering dicampurkan
Sibutramine : detak jantung yang tak beraturan,
nyeri dada, mual, sakit perut, perdarahan
• Jamu kuat
BKO yang sering dicampurkan
Sildenafil : melebarkan pembuluh darah → hipotensi
BAHAN BERBAHAYA YANG SERING
DICAMPURKAN DALAM KOSMETIKA
• Merkuri : sering disalahgunakan pada krim/lotion
pemutih kulit, mrpkn zat karsinogenik
• Hidrokuinon : sering disalahgunakan pada krim/lotion
pemutih kulit, mrpkn zat karsinogenik
• Asam retinoat : banyak disalahgunakan pd sediaan
peeling, obat jerawat dan pemutih dg metode
pengelupasan kulit. Dpt menyebabkan kulit kering, rasa
terbakar, teratogenik
• Bahan pewarna merah K.3, merah K.10/rodhamin,
jingga K.1 : zat karsinogenik
• Diethylene glycol : depresi SSP, keracunan hati dan
kerusakan ginjal
KESIMPULAN
• Pelayanan kesehatan tradisional telah diakui
keberadaannya sejak dahulu kala dan dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengobatan
• OT/TO akan bermanfaat dan aman jika digunakan dengan
tepat, baik takaran, waktu dan cara penggunaan, pemilihan
bahan serta sesuai dengan indikasi tertentu
• Sebaliknya OT/TO-pun dapat berbahaya bagi kesehatan bila
kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu
maupun pemilihan bahan ramuan) atau memang sengaja
disalahgunakan.
• Oleh karena itu diperlukan informasi yang lengkap tentang
TO/OT, untuk menghindari hal-hal yang merugikan bagi
kesehatan.
TERIMA KASIH
DAN
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai