Anda di halaman 1dari 30

BELL’S PALSY

Cathleen Pricilia Sunartho - 1522318033


Definisi
Bell’s palsy merupakan paralisis nervus fasialis
(N.VII). Bell’s palsy bersifat akut, unilateral, perifer
dan mempengaruhi lower motor neuron. Bell’s
palsy dikenal juga dengan nama paralisis fasial
idiopatik atau Idiopatic Facial Paralysis.
Gambaran Bell’s Palsy
Anatomi Nervus Fasialis dan Otot Wajah (1)
Saraf otak ke nervus fasialis (N VII) mengandung 4 macam serabut, yaitu :
◦ Serabut somato motorik
Serabut somato motorik mensarafi otot-otot wajah, kecuali m. levator palpebrae (N III), otot
platysma, stilohioid, digastricus bagian posterior dan stapedius di telinga tengah
◦ Serabut visero-motorik (parasimpatis)
Serabut visero-motorik datang dari nukleus salivatorius superior. Serabut saraf ini mengurus
glandula dan mukosa faring, palatum, rongga hidung, sinus paranasalis, dan glandula submaksilar
serta selubung sublingual dan lakrimalis
◦ Serabut visero-sensorik
Serabut visero-sensorik yang menghantar impuls dari alat pengecap di 2/3 bagian depan lidah
◦ Serabut somato-sensorik
Serabut somato-sensorik rasa nyeri ( dan mungkin juga rasa suhu dan rasa raba) dari sebagian
daerah kulit dan mukosa yang disarafi oleh nervus trigeminus. Daerah overlapping atau yang
disarafi oleh lebih dari satu saraf ini terdapat di lidah, palatum, meatus, akustikus eksterna dan
bagian luar dari gendang telinga.
Anatomi Nervus Fasialis dan Otot Wajah (2)
Anatomi Nervus Fasialis dan Otot Wajah (3)
Anatomi Nervus Fasialis dan Otot Wajah (4)
No Nama Otot Persarafan Fungsi
1. M. Frontalis N. Temporalis Mengangkat alis
2. M. Corrugator supercili N. Zigomatikum Mendekatkan kedua pangkal alis
N. Temporalis
3. M. Procerus N. Zigomatikum Mengerutkan kulit antara kedua alis
N. Temporalis
N. Buccal
4. M. Orbicularis Oculli N. Fasialis Menutup kelopak mata
N. Zigomatikum
N. Temporalis
5. M. Nasalis N. Fasialis Mengembangkan cuping hidung
6. M. Depresor angulioris N. Fasialis Menarik ujung mulut ke bawah
7. M. Buccinator N. Fasialis Meniup sambil menutup mulut
N. Zigomatikum
N. Mandibular
N. Buccal
8. M. Mentalis N. Fasialis Mengangkat dagu
N. Buccal
Epidemiologi
◦ Bell’s palsy merupakan salah satu kelainan neurologis nervus kranial tersering dan
penyebab paralisis wajah tersering di dunia. Diperkirakan 60-75% dari total kasus
paralisis fasial unilateral akut disebabkan oleh Bell’s palsy.
◦ Bell’s palsy dapat mengenai semua umur namun lebih sering ditemukan pada orang
dewasa, penderita diabetes melitus, pasien imunokompromais, dan perempuan hamil.
◦ Penderita diabetes memiliki resiko 29% lebih tinggi dibandingkan dengan non-
diabetes.
◦ Perbanndingan Bell’s palsy pada wanita dan pria sama. Namun, wanita muda
dengan usia 10-19 tahun lebih rentan terkena Bell’s palsy dibandingkan dengan laki-
laki pada kelompok usia yang sama.
◦ Pada kehamilan trimester ke-3 dan 2 minggu pasca persalinan memiliki kemungkinan
terkena Bell’s palsy lebih tinggi dibandingkan dengan wanita tidak hamil.
Etiologi
Bell’s palsy dapat dikelompokan seperti berikut:
◦ Idiopatik
◦ Kongenital
◦ Didapat
Etiologi Bell’s palsy memiliki banyak kontroversi. Namun ada empat teori yang
dihubungkan dengan etiologi Bell’s palsy, yaitu:
◦ Teori iskemik vascular
◦ Teori Infeksi Virus
◦ Teori Herediter
◦ Teori imunologi
Patofisiologi
Patofisiologi pasti dari Bell’s palsy masih merupakan
perdebatan. Perjalan nervus fasialis (N.VII) melewati suatu bagian
ruling temporalis yang disebut kanalis fasialis. Salah satu teori
mengatakan bahwa adanya edema dan iskemia menyebabkan
kompresi nervus fasialis di dalam kanal tersebut. Namun
penyebab dari edema dan iskemia sendiri masih belum dapat
dipastikan.
Manifestasi Klinis (1)
Onset pada Bell’s palsy adalah akut, yaitu penderita dapat
mencapai kelumpuhan maksimum selama 48 jam dan hampir semua
berjalan dalam waktu lima hari. Nyeri di belakang telinga dapat
mendahului kelumpuhan selama satu atau dua hari. Pada awalnya,
biasanya penderita akan merasakan kelainan di mulut pada saat
bangun tidur, menggosok gigi atau berkumur, minum maupun saat
berbicara. Mulut tampak moncong terlebih pada saat meringis, kelopak
mata tidak dapat dipejamkan (lagoftalmos), waktu penderita disuruh
menutup kelopak matanya maka bola mata tampak berputar ke atas
(Bell phenomen). Penderita tidak dapat bersiul atau meniup, apabila
berkumur atau minum maka air keluar melalui sisi mulut yang lumpuh.
Manifestasi Klinis (2)
Gejala dan tanda klinik lainnya yang berhubungan dengan tempat atau lokasi lesi, yaitu:
◦ Lesi di luar foramen stilomastoideus
Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat, makanan akan berkumpul di antar pipi dan gusi,
sensasi dalam (deep sensation) di wajah menghilang, lipatan kulit dahi akan menghilang,
apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi maka air mata akan keluar
terus menerus.
◦ Lesi di kanalis fasialis (melibatkan korda timpani)
Gejala dan tanda klinik yang timbul akan sama seperti pada poin sebelumnya, ditambah
dengan hilangnya ketajaman pengecapan lidah (2/3 bagian depan) dan salivasi di sisi
yang terkena berkurang. Hilangnya daya pengecapan pada lidah menunjukkan terlibatnya
nervus intermedius, dan juga menunjukkan adanya lesi di daerah antara pons dan titik di
mana korda timpani bergabung dengan nervus fasialis di kanalis fasialis
◦ Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi
Gejala dan tanda klinik yang timbul akan sama seperti pada poin sebelumnya, ditambah
dengan adanya hiperakusis.
Manifestasi Klinis (3)
◦ Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion genikulatum)
Gejala dan tanda klinik yang timbul akan sama seperti pada poin sebelumnya, disertai
dengan nyeri di belakang dan di dalam liang telinga. Kasus seperti ini dapat terjadi
pasca herpes di membran timpani dan konka.
◦ Lesi di daerah meatus akustikus interna
Gejala dan tanda klinik yang timbul akan sama seperti pada poin sebelumnya,
ditambah dengan tuli sebagi akibat dari terlibatnya nervus akustikus.
◦ Lesi di tempat keluarnya nervus fasialis dari pons
Gejala dan tanda klinik yang timbul akan sama seperti pada poin sebelumnya,,
disertai gejala dan tanda terlibatnya nervus trigeminus, nervus akustikus, dan
terkadang juga nervus abdusens, nervus aksesorius, dan nervus hipoglosus
Diagnosis (1)
◦ Anamnesis
◦ Pemeriksaan fisik
◦ Inspeksi : melihat asimetris wajah
◦ Palpasi : kita bandingkan tonus otot wajah, nyeri tekan dan juga kekakuan pada sisi wajah
◦ Pemeriksaan neurologi
◦ Pemeriksaan motorik nervus fasialis : untuk melihat wajah penderita simetris atau
tidak. Meminta pasien untuk :
- Mengangkat alis dan mengerutkan dahi,
- Memejamkan mata
- Menyeringai ( menunjukkan gigi geligi), mencucurkan bibir dan
mengembungkan pipi
Diagnosis (2)
◦ Pemeriksaan sensorik nervus fasialis
Kerusukan nervus fasialis sebelum
percabagan korda timpani dapat
menyebabkan hilangnya pengecapan
pada 2/3 lidah bagian depan. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemeriksaan
untuk mengetahuinya. Untuk
pemeriksaan, penderita diminta untuk
menjulurkan lidah kemudian letakkan
bubuk gula, kina, asam sitrat atau
garam. Kemudian kita meminta
penderita untuk menyebutkan apa
yang dirasakan. Jika penderita tidak
dapat menyebutkannya berarti ada
gangguan.
Diagnosis (3)
◦ Schimer test
Schimer test digunakan untuk
mengetahui fungsi dari produksi air mata.
Pemeriksaan dilakukan dengan
menggunakan kertas lakmus merah
berukuran 5x50mm dengan salah satu
ujung dilipat dan diselipkan pada kantus
medial dan dibiarkan selama 5 menit
dengan keadaan mata terpejam.
Normalnya menjadi biru dan basah
sepanjang 20-30 mm
Diagnosis (4)
◦ Reflex stapedius
Pemeriksaan dilakukan dengan
memasang stetoskop pada telinga
penderita kemudian lakukan pengetukan
lembut pada diafragma stetoskop atau
dengan menggetarkan garpu tala di
dekat stetoskop. Abnormal jika terjadi
hiperakusis atau suara lebih keras atau
nyeri pada salah satu telinga.
Diagnosis (5)
◦ Pemeriksaan laboratorium
◦ Complete Blood Count (CBC)
◦ Gula darah HbA1c
◦ Pemeriksaan radiologi
◦ CT-SCAN
◦ MRI
◦ Elektromiografi
Diagnosis Banding
◦ Stroke
◦ Tumor
◦ Sklerosis multipel
◦ Trauma
◦ Otitis media supuratif dan mastoiditis
◦ Herpes zoster otikus
◦ Sindroma Guillain-Barre
◦ Tumor serebello-pontin
◦ Tumor kelenjar parotis
◦ Sarcoidosis
Penatalaksanaan (1)
◦ Medikamentosa
◦ Kortikostreoid Oral : kortikosteroid diberikan untuk mencegah terjadinya suatu inflamasi
saraf.
◦ Antivirus : Antivirus diberikan karena adanya kemungkinan keterlibatan HSV-1 di Bell’s
palsy.
◦ Analgesik : Analgesik diberikan untuk meredakan nyeri
◦ Vitamin neuropatik
◦ Operatif
Tindakan operatif umumnya tidak dianjurkan pada anak- anak karena dapat menimbulkan
komplikasi lokal maupun intrakranial. Tindakan operatif dilakukan apabila :
◦ Tidak terdapat penyembuhan spontan
◦ Tidak terdapat perbaikan dengan pengobatan
◦ Pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total.
Penatalaksanaan (2)
◦ Rehabilitasi medik
◦ Program Fisioterapi
◦ Program Terapi Okupasi
◦ Program Sosial Medik
◦ Program Psikologik
◦ Program Ortotik Prostetik
◦ Home Program
Program Fisioterapi
◦ Pemanasan
◦ Pemanasan superficial dengan infra red.
◦ Pemanasan dalam berupa Shortwave Diathermy (SWD)
◦ Stimulasi listrik
Tujuan diberikan stimulasi listrik yaitu menstimulasi otot untuk mencegah atau
memperlambat terjadi atrofi sambal menunggu proses regenerasi dan memperkuat otot
yang masih lemah. Diberikan 2 minggu setelah onset.
◦ Latihan otot-otot wajah dan massage wajah
Latihan gerak volunteer diberikan setelah fase akut, latihan yang diberikan berupa
mengangkat alis dan ditahan 5 detik, mengerutkan dahi, menutup mata dan mengangkat
sudut mulut, tersenyum, bersiul atau meniup (dilakukan didepan kaca dengan konsentrasi
penuh). Massage adalah manipulasi sitemik dan ilmiah dari jaringan tubuh dengan maksud
untuk perbaikan atau pemulihan
Program Okupasi
Terapi okupasi memberikan latihan gerakan pada otot wajah. Latihan
diberikan dalam bentuk aktivitas sehari-hari atau dalam bentuk permainan. Latihan
dilakukan secara bertahap dan melihat kondisi penderita, jangan sampai melelahkan
penderita. Latihan dapat berupa latihan berkumur, latihan minum dengan
menggunakan sedotan, latihan meniup lilin, latihan menutup mata dan mengerutkan
dahi di depan cermin
Program Sosial Medik
Penderita Bell’s palsy sering merasa malu dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Problem sosial biasanya akan berhubungan dengan tempat kerja dan biaya. Petugas
sosial medik dapat membantu mengatasi dengan menghubungi tempat kerja, mungkin
untuk sementara waktu bekerja pada bagian yang tidak banyak berhubungan dengan
umum. Untuk masalah biaya, dibantu dengan mencarikan fasilitas kesehatan di tempat
kerja atau melalui keluarga
Program Psikologik
Untuk kasus-kasus tertentu gangguan psikis dapat sangat menonjol. Rasa cemas
sering menyertai penderita terutama pada penderita muda wanita atau penderita
yang mempunyai profesi yang mengharuskan penderita untuk sering tampil di depan
umum. Oleh karna itu, bantuan seorang psikolog sangat diperlukan
Program Ortotik Prostetik
Untuk mecegah sudut mulut yang sakit jatuh makda dapat dilakukan
pemasangan “Y” plester. Plester dianjurkan untuk diganti setiap 8 jam. Perlu
diperhatikan reaksi intoleransi kulit yang sering terjadi. Pemasangan “Y” plester dilakukan
jika dalam waktu 3 bulan belum ada perubahan Zygomaticus selama parase dan untuk
mencegah terjadinya kontaktur.
Home Program
◦ Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit
◦ Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan menggunakan tangan dari sisi wajah
yang sehat
◦ Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi yang sakit, minum
dengan sedotan, mengunyah permen karet
◦ Perawatan mata:
◦ Beri obat tetes mata (golongan artifial tears) 3x sehari
◦ Memakai kacamata gelap sewaktu berpergian siang hari
◦ Biasakan menutup kelopak mata secara pasif sebelum tidur
Komplikasi
◦ Crocodile tear phenomenon
◦ Synkinesis
◦ Hemifacial spasm
◦ Kontraktur
Prognosis
Sepertiga dari penderita Bell’s palsy dapat sembuh tanpa adanya
gejala sisa. Namun 1/3 lainnya dapat sembuh dengan elastisitas otot yang
tidak berfungsi dengan baik. Penderita seperti ini tidak memiliki kelainan yang
nyata. Penderita Bell’s palsy dapat sembuh total atau meninggalkan gejala
sisa.. Faktor resiko yang memperburuk prognosis Bell’s palsy, yaitu :
1) Usia di atas 60 tahun
2) Paralisis komplit
3) Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh
4) Nyeri pada bagian belakang telinga dan Berkurangnya air mata
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Ekg
    Referat Ekg
    Dokumen28 halaman
    Referat Ekg
    MaRia Risky Admadewi
    100% (1)
  • Referat Nyeri Dada
    Referat Nyeri Dada
    Dokumen26 halaman
    Referat Nyeri Dada
    BN
    Belum ada peringkat
  • Role Play Module Kista
    Role Play Module Kista
    Dokumen7 halaman
    Role Play Module Kista
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Faringitis
    Faringitis
    Dokumen4 halaman
    Faringitis
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen1 halaman
    Etiologi
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen1 halaman
    Etiologi
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Iman Dan Kebudayaan
    Iman Dan Kebudayaan
    Dokumen11 halaman
    Iman Dan Kebudayaan
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Iman Dan Kebudayaan
    Iman Dan Kebudayaan
    Dokumen11 halaman
    Iman Dan Kebudayaan
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Binswanger's Disease
    Binswanger's Disease
    Dokumen10 halaman
    Binswanger's Disease
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Jeruk Purut
    Jurnal Jeruk Purut
    Dokumen13 halaman
    Jurnal Jeruk Purut
    Dwi Agustini
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Multiaxial
    Diagnosis Multiaxial
    Dokumen4 halaman
    Diagnosis Multiaxial
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • BKKBN
    BKKBN
    Dokumen2 halaman
    BKKBN
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Kejang Demam
    Kejang Demam
    Dokumen16 halaman
    Kejang Demam
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Tugas Meme Khotbah
    Tugas Meme Khotbah
    Dokumen2 halaman
    Tugas Meme Khotbah
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • Bell's Palsy
    Bell's Palsy
    Dokumen30 halaman
    Bell's Palsy
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • ResusNeo
    ResusNeo
    Dokumen15 halaman
    ResusNeo
    sellyfn
    Belum ada peringkat
  • ResusNeo
    ResusNeo
    Dokumen15 halaman
    ResusNeo
    sellyfn
    Belum ada peringkat
  • ResusNeo
    ResusNeo
    Dokumen15 halaman
    ResusNeo
    sellyfn
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkial
    Asma Bronkial
    Dokumen47 halaman
    Asma Bronkial
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat
  • ResusNeo
    ResusNeo
    Dokumen15 halaman
    ResusNeo
    sellyfn
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkial
    Asma Bronkial
    Dokumen47 halaman
    Asma Bronkial
    cathleen sunartho
    Belum ada peringkat