filosofis
•Pembelajaran menitikberatkan pada substansi nilai spiritual
•Transfer nilai dilakukan sebagai upaya penyadaran mahasiswa atas
eksistensi Allah di dalam akuntansi (syariah)
•Memanusiakan manusia agar tidak hanya berorientasi materi, namun
lebih kepada spiritual
•Mendekonstruksi akuntansi yang modern
BAB I
PENGANTAR
Latar belakang
Pembelajaran teknis ini dilakukan karena perkembangan bisnis syariah yang menuntut tersedianya tenaga
ahli dengan beragam kompetensi. Perkembangan ini memerlukan pengetahuan yang spesifik terkait
dengan bisnis syariah (Sawarjuwono, 2014)
Dipicu oleh rencana Indonesia untuk menjadi kiblat Ekonomi Islam di dunia. Perencanaan tersebut
berhubungan dengan salah satu potensi yang dimiliki Indonesia yaitu masyarakatnya yang sebagian besar
beragama Islam
Kamayanti & Rahmanti (2014) menyusun tulisan yang bertajuk melucuti “kerudung” Manajemen Keuangan
Syariah. Menurut mereka mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah (MKS) yang seyogyanya sudah sarat
dengan nilai agama, ternyata belum seutuhnya memadukan nilai Islam yang “idealis” dengan materi
Manajemen Keuangan. Tulisan tersebut dipicu dari kegalauan penulis sebagai pengajar yang
menghadapi derasnya gelombang pragmatisme dalam kajian Akuntansi Syariah
Sari, Triyuwono, & Djamhuri (2016) menemukan pragmatisme dalam pendidikan akuntansi syariah. Bahwa
pembelajaran secara teknis pada akuntansi syariah ditangkap oleh kecerdasan intelektual mahasiswa.
Pembelajaran tersebut tidak meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual mahasiswa akuntansi
syariah.
Pembelajaran filosofis dilakukan oleh (Triyuwono, 2015) mencoba melakukan dekonstruksi secara
mendasar terhadap akuntansi modern yang ada saat ini berdasarkan pada nilai-nilai syariah. Aliran filosofis
ini berusaha merumuskan bentuk akuntansi yang “ideal” dan sesuai dengan nilai-nilai syariah.
Tabel 1 Penelitian dalam Ranah Akuntansi Syariah
(Triyuwono, 2006; Kamayanti &
Pendidikan Akuntansi Syariah Rahmanti, 2014; Mulawarman,
2008)
FILOSOFIS
(Triyuwono, 2013b;
Akuntansi Syariah Sawarjuwono, 2011; Nurul Iffah
& Siti Hajjar, 2014;)
(Harsha, et all, n.d.; Subowo,
Pendidikan Akuntansi Syariah
2009; Amalia & Al-Arif, 2013)
(Piliyanti & Wahyuni, 2014;Wardi
& Putri, 2011; Febrian, 2008;
TEKNIS Sudaryanti, Mahfudz, &
Akuntansi Syariah Wulandari, 2011; Al-Salem,
2009; Alamsyah, 2012; Nastiti &
Fuad, 2011)
Penelitian di pendidikan akuntansi syariah yang telah lekat dengan
nilai spiritual masih jarang dilakukan. Jikapun ada, penelitian yang
dilakukan juga sebagian besar masih dalam ranah positivisme
akuntansi yang berdasarkan pada angka-angka
Terlepas dari penelitian di ranah Akuntansi Syariah, secara umum
penelitian pendidikan akuntansi mengalami stagnansi (Rebele & E.
Kent St. Pierre 2015). Penelitian dilakukan melalui pengamatan
pada artikel yang dipublikasikan oleh Journal of Accounting
Education selama lebih dari 20 tahun. Stagnansi tersebut terlihat
dari topik penelitian yang terbatas, metode penelitian yang serupa
dan sebagian besar masih didasarkan pada pengujian teori.
Sangat tidak diharapkan tentunya pendidikan Akuntansi syariah yang
seharusnya mengintegrasikan antara nilai spiritual dan ilmu pengetahuan,
pada akhirnya hanya membawa nilai kapitalisme dan egoisme yang
“syariah”. Dengan kata lain, pembelajaran akuntansi yang hanya
sebatas menggunakan embel-embel2 “syariah” di belakangnya.
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian non-mainstream (non-positivisme)
dalam paradigma interpretif. Penelitian dengan paradigma ini digunakan
untuk melihat kedalaman realitas, sehingga tidak dapat menggunakan alat uji
stastistik.
Pendekatan
• Interpretif • Indeksikalitas
• Etnometodologi • Refleksifitas
Garfinkel
Informan penelitian
Tabel 2. Mata kuliah penelitian
• aktor utama Dosen mata kuliah
No. Mata Kuliah Dosen
• Mahasiswa di Kelas peminatan
1. Akuntansi Syariah Pak AD
“Akuntansi Syariah”
2. Manajemen Pak AG
Instrumen Penelitian Keuangan Syariah
Memnacing intelektualitas
•“Oke, untuk apa sih kita mempelajari manajemen keuangan? Kita masih belum masuk ke syariah lo
ya, kalian harus tau dulu apa yang kita pelajari di manajemen keuangan? Apa? (mahasiswa hanya
diam) ayooo, apa yang kita pelajari?”
•Apa tujuan kita melakukan aktivitas ini? (mahasiswa diam). Apa yang kita cari? (mahasiswa masih
diam). Utility, utilitas dalam keuangan itu yang kita sebut dengan wealth, kekayaan. Makanya itu
tujuan orang berusaha adalah wealth maximation, memaksimalkan kekayaan. Memaksimalkan
kekayaan itu berhubungan dengan ekonomi klasik, apa itu? (mahasiswa diam). Kenapa kita ingin
kaya? Untuk mencapai kepuasan.
mereka Bapaknya itu pragmatis kayaknya, kan kalo ngajar kan sering bilang yang
penting gak bertabrakan dengan syariah ya boleh
kalo Pak AG itu pokoknya maunya tetep syariah Ris. Ya seperti apa ya
contohnya yang kemarin itu lo, yang kemarin sering mengakali prinsip
syariah, yang penting syariah secara akad
Indeksikalitas Indeksikalitas
• Menyampaikan salam • Menyampaikan salam
• Memancing intelektualitas • Mengkonstruksi akuntansi syariah
• Bersembunyi di balik Fiqih • Mencermati dalam Praktik
Akuntansi Syariah
Refleksivitas
• proses interaksi transfer doa
Refleksivitas
• proses transfer ilmu pengetahuan. • proses interaksi transfer doa
• penyampaian nilai keimanan • proses membongkar nilai
yang penting sesuai dengan kapitalisme dalam akuntansi yang
syariah. sudah mapan.
Alhamdulillah....
Wassalamuaikum Wr, Wb.