KARSINOMA NASOFARING
Tamara Istikhara
1410070100081
Pembimbing : dr. H. Elfahmi Sp. THT, KL
Batas nasofaring :
Anterior : koana (nares posterior)
Superior : basis kranii
Posterior : vertebra cervicalis yg
dipisahkan oleh fascia
prevertebralis,
m.capitis longus & m.cervicis
Lateral : dinding medial leher
Inferior : palatum molle
Bangunan yang penting
Ostium tuba Eustachii, di dinding lateral (kira-
kira 1-1,5cm di belakang konka inferior)
Adenoid, di dinding belakang atas
Resesus faring (fossa Rosenmuller), di
belakang torus tubarius, merupakan tempat
predileksi Ca nasofaring
Istmus nasofaring, batas nasofaring &
orofaring yang menutup waktu menelan karena
elevasi palatum molle dan kontraksi sfingter
palatofaring
Karsinoma nasofaring merupakan tumor
ganas yang tumbuh di daerah nasofaring
dengan predileksi di fosa Rossenmuller dan
atap nasofaring.
Banyak di Asia, jarang di Eropa dan Amerika.
Insiden tertinggi : provinsi Guang Dong (RRC)
40 – 50 /100 ribu penduduk /tahun.
Indonesia 4,7/100 ribu penduduk/tahun.
Laki-laki : Perempuan = 2 – 3 : 1
Amerika Eropa
Utara 1/100rb
1/100rb
Karsinoma
Pekerjaan
Nasofaring Ras
Jenis
Genetik
kelamin
Dapat terbentuk pada saat
pemanasan protein
BEREPLIKASI DI Morfologi
EPITEL
NASOFARING Group: Group I (dsDNA)
Family: Herpesviridae
Subfamily:
MENGINFEKSI Gammaherpesvirinae
Limfosit B DI Genus:
TONSIL Lymphocryptovirus
Species:
Human herpesvirus 4 (HHV-4)
TRANSFORMASI SEL
Epitel
Karsinoma
nasofaring
Gejala • Epistaksis
Nasofaring • Sumbat hidung
• Tinitus
Gejala Telinga • Gangguan pendengaran
• Rasa tidak nyaman di telinga sampai otalgia
• Diplopia
Gejala Mata • Neuralgia trigeminal
dan Saraf • Sindrom Jackson
Penekanan secara
langsung
Pembuluh darah
pecah
Epistaksis
Masa pada daerah
telinga bagian
belakang
Mendesak N. III-IV-VI
Atau V
Fusi kedua
Double vision Otot-otok eksternal
lapang
bola mata melemah
pandang ≠
Pemeriksaan Pemeriksaan
Anamnesa
fisik penunjang
Rinoskopi CT-Scan
Gejala klinis posterior Tes Serologi
Biopsi
Primary tumor (T) Regional lymph nodes (N)
NX –pembesaran KGB tidak dapat dinilai
T –tumor primer tidak dapat dinilai
N0 –tidak ada pembesaran
T0 – tidak tampak tumor N1 –metastasis KGB unilateral, dengan
T1 –tumor terbatas di nasofaring ukuran terbesar ≤ 6 cm, diatas fossa
supraklavikula
T2 –tumor meluas ke jaringan lunak
N2 - metastasis KGB bilateral, dengan
T2a –perluasan tumor ke
ukuran terbesar ≤ 6 cm, diatas fossa
orofaring/rongga hidung tanpa perluasan supraklavikula
ke parafaring
N3 - metastasis KGB bilateral, dengan
T2b –disertai perluasan ke parafaring ukuran >6 cm, atau terletak didalam fossa
T3 –tumor menginvasi struktur tulang supraklavikula
dan/sinus paranasal N3a –ukuran > 6 cm
Reseksi leher
Nasofaringektomi
1. Vaksinasi
2. Mengubah kebiasaan hidup yang
salah
3. Melakukan tes serologic IgA
anti VCA dan IgA anti EA
secara massal
Sangat mencolok perbedaan prognosis ( angka
bertahan hidup 5 tahun) dari stadium awal dengan
stadium lanjut, yaitu 76,9% untuk stadium I,
56,0% untuk stadium II, 38,4% untuk stadium III,
dan hanya 16,4% untuk stadium IV.
Oxford Hadbook of Oncology. Cassidy, Jim et al. New York :Oxford university
press.2002. page 450-2
Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor,
seperti :
Stadium yang lebih lanjut.
Usia lebih dari 40 tahun
Laki-laki dari pada perempuan
Ras Cina dari pada ras kulit putih
Adanya pembesaran kelenjar leher
Adanya kelumpuhan saraf otak adanya
kerusakan tulang tengkorak
Adanya metastasis jauh