Anda di halaman 1dari 60

Schizoprenia

Kelompok 1
Agisa Hasna Zhafinah Nur Hikmah
Ahmad Sahlan Baniu Intan Wulansary
Ana Meilani Mely Novyyandani
Angga Rahmadani Nufus Dwianita
Devi Rahmawati Rizka Wulan Sari
Dewi Yulaikah Rizqia Nafisa
Dover Volland Savira Silma Aulia
Fadila Syafrani Vidya Nur Agustina
Outline ..

Definisi Epidemiologi Patofisiologi

Manifestasi
Etiologi Diagnosis
Klinik

Terapi Non Terapi


Klasifikasi
Farmakologi Farmakologi

Terapi Kondisi Evaluasi Hasil


Kasus
Khusus Terapi
Definisi

Schizophrenia adalah sindrom (kumpulan


gejala) heterogen kronik yang terdiri atas
pemikiran-pemikiran tidak normal, delusi
(berkhayal), halusinasi, perilaku tidak
senonoh, gangguan kognitif dan gangguan fungsi
psikososial.
Epidemiologi
 Kasus Skizoprenia secara global
berkisar pada angka 23,6 juta kasus
pada tahun 2013 [1]
 Skizoprenia mempengaruhi 0,3 – 0,7 %
kehidupan individu manusia pada satu
waktu [2]
 Prevalensi Skizoprenia 1,4 kali lebih
tinggi pada pria dibandingkan wanita
[3]
 Di Indonesia, prevalensi skizofrenia
sebesar 0,46%. [4]
DALY Schizoprenia
Patofisiologi
patofisiologi

Hipotesis
Dopaminergik

Dopaminergik Serotonergik
Jalur
Jalur nigrostriatal : dari substantia nigra ke
Dopaminergik
basal ganglia → fungsi gerakan

Jalur mesolimbik : dari tegmental area


menuju ke sistem limbik → memori, sikap,
kesadaran, proses stimulus

Jalur mesocortical : dari tegmental area


menuju ke frontal cortex → kognisi, fungsi
sosial, komunikasi, respons terhadap stress

Jalur tuberoinfendibular dari hipotalamus ke


kelenjar pituitari → pelepasan prolaktin

Jalur insertohipotalamusmembentuk
hubungan di dalam hipotalamus dan dengan
nukleus septum lateralis.
Hiperdopaminergia pada sistem mesolimbik →berkaitan
dengan gejala positif (delusi & perilaku sosial yg tdk
diterima), dan peningkatan aktivitas serotonergik akan
menurunkan aktivitas dopaminergik pada sistem mesocortis
dan nigrostriatal yang bertanggung-jawab terhadap gejala
negatif (kurang motivasi dan emosi)
Disfungsi Sistem Glutamatergik
Defisiensi aktivitas glutamatergik
menghasilkan gejala mirip hiperaktivitas
dopaminergik dan gejala ada pada
schizophrenia.
Abnormalitas Serotonin (5-HT)
Pasien skizoprenia dengan hasil scan otak
yang abnormal memiliki kadar 5-HT total
darah yang tinggi dan berkaitan dengan
peningkatan ukuran ventrikular.
Pemeriksaan CT scan dan MRI
atropi lobus frontalis yang menimbulkan
gejala negatif dan kelainan pada
hippocampus yang menyebabkan gangguan
memori
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik

SKIZOPRENIA
Gangguan psikosis BUKAN
paling umum “kepribadian ganda”

First psychotic episode Acute psychotic episode


First Psychotic Episode

Gejala premorbid Pendiam

Bersikap aneh (schizoid) Mencurigakan


Acute Psychotic Episode

Halusinasi Alogia

Delusi Ambivalence

Ideas of Influence

No emotional expression & Labil


SKIZOPRENIA

Sulit bersosialisasi

Sering melakukan kesalahan yang sama dalam kehidupan sosial dan


dalam membuat keputusan

Fungsi sosial <<<


Berdasar DSM-IV-TR

Positif Negatif Kognitif

Suspiciousness Alogia Impaired attention


Disfungsi prefontal
Abnormalitas
lobe Impaired working
temporolimbik
Delusi Anhedonia
memory

Impaired executive
Halusinasi Avolition
function
Etiologi

Terdiri dari 3 Faktor :


• Faktor biologik
• Faktor psikososial
• Faktor genetik
Faktor biologi
1. Neurokimiawi otak
Terdiri dari hipotesis dopamin, hipotesis serotonin, hipotesis
GABA, hipotesis glutamat.
Hipotesis Dopamin Hipotesis serotonin : serotonin
aktivitas dopaminergik yang berlebihan sebagai penyebab
yang berlebihan. gejala positif dan negatif.

Hipotesis Gamma-Aminobutiryc Acid (GABA) : Hilang


neuron-neuron GABA-ergic di hipokampus. GABA memiliki
efek regulatory pada aktivitas dopamin, menyebabkan
hiperaktivitas neuron-neuron dopaminergik.
Hipotesis glutamat : fensiklidin, suatu antagonis
glutamat menghasilkan suatu sindroma akut.

2. Hipotesis degeneratif saraf


(neuro degenerative hypothesis) 3. Hipotesis
neuron tereksitasi timbul gejala- perkembangan saraf
positif, kemudian mati akibat proses (neurodevelopmental
toksik yang disebabkan hypothesis) :
neurotransmisi excitatory yang abnormalitas dalam
berlebihan stadium residual burn perkembangan otak.
out dan gejala-gejala negatif.
4. Elektrofisiologi : aktivitas spike yang sering setelah kurangnya
tidur, penurunan aktivitas alfa, peningkatan aktivitas theta dan
delta.

5. Psikoneuroimunologi : penurunan produksi T-cell interleukin-2,


pengurangan jumlah dan respons limfosit perifer, reaktivitas
humoral dan seluler abnormal terhadap neuron, adanya antibodi
brain-directed (antibrain).

6. Psikoneuroendokrinologi : abnormalitas dexamethason


suppression test, penurunan luteinizing hormone dan follicle-
stimulating hormone.
Faktor piskososial
 Teori psikoanalitik : perkembangan yang terfiksasi defek
pada perkembangan ego.

Dinamika keluarga : double bind communication, schisms


and skewed family, pseudomutual dan pseudohostile
families, dan emosi yang diekspresikan secara tinggi.
Faktor Genetik Kedua
Keluarga tdk orang
terlibat 1%. tua 40%

Salah satu terkena dan Kembar monozigotik


kembar dizigotik 12% 47%.
Diagnosis Schizoprenia
Untuk dapat menegakkan diagnosis skizofrenia,
kriteria A-F harus terpenuhi:
 Kriteria A: karakteristik simtom (dua atau
lebih, menonjol dalam kurun waktu 1 bulan):
 Delusi
 Halusinasi
 Disorganized speech
 Grossly disorganized or catatonic behavior
 Negative symptoms: affective flattening,
alogia, avolition
Cat: hanya 1 kriteria yang diperlukan bila
delusi dan halusinasi bizzare
Lanjutan ..

 Kriteria B: ada disfungsi sosial atau


pekerjaan
 Kriteria C: durasi terus-menerus selama 6 bln
 Kriteria D: bukan termasuk gangguan
skizoafektif atau gangguan mood
 Kriteria E: bukan karena penyalahgunaan obat
atau kondisi medis tertentu
 Kriteria F: tidak berhubungan dengan gangguan
perkembangan pervasif
Klasifikasi Schizoprenia
Sub-tipe Schizoprenia
• Menjolnya waham dan halusinasi. Termasuk sub-
Paranoid tipe yang paling sedikit mengalami gangguan fungsi
sehingga paling gampang pulih.

• Jarang berinteraksi dengan orang lain, melakukan


Katatonik kegiatan tanpa arah yang jelas, atau berdiri atau
duduk dalam posisi aneh selama berjam-jam.
• Pikiran yang tidak tertata & ekspresi emosi yang
Disorganized tidak tepat (inappropriate). Paling banyak
mengalami kerusakan fungsi sehingga merupakan
(tak terorganisir) jenis yang paling sulit pulih secara sempurna.

• Gejalanya merupakan campuran dari beberapa


Undiffentiated. subtipe, merupakan jenis yang paling banyak.

• Gejala positif yang tidak muncul dalam waktu lama,


Residual namun gejala lain tetap ada
Jenis-jenis Schizoprenia
1. Skizofrenia Paranoid

• Dikarakteristik dengan adanya:


• Kecurigaan ekstrim terhadap orang lain
• Halusinasi
• Waham Kejar/
• Waham Kebesaran

2. Skizofrenia Katatonik

• Ditandai dengan:
• Regiditas otot, negativisme, kegembiraan berlebih, posturing (mematung)
• Gerakan stereotypic, manerisme, dan fleksibilitas lilin (waxy flexibility) dan gejala yang sering
dijumpai adalah mutisme (Ingram, 1995).

3. Skizofrenia Hebefrenik

• Ditandai dengan:
• Percakapan dan perilaku yang kacau, afek yang datar, gangguan asosiasi
• Pasien punya sikap aneh, Menunjukkan perilaku menarik diri secara sosial yang ekstrim,
mengabaikan higiene dan penampilan diri
• Terjadi sebelum usia 25 tahun (Isaac, 2005).
JENIS-JENIS SKIZOFRENIA (CON’T)

4. Skizofrenia Tak Terinci (undifferentiated)

• Gejala yang muncul sulit digolongkan pada tipe skizofrenia tertentu


• Ditandai dengan perilaku yang disorganisasi dan gejala-gejala psikosis yang mungkin memenuhi lebih
dari satu tipe/ kelompok kriteria schizophrenia
• Diagnosisnya:
• Memenuhi kriteria umum skizofrenia
• Tidak memenuhi kriteria skizofrenia paranoid, hebefrenik, katatonik, atau depresi pasca skizofrenia
(Arif, 2006).

5. Schizoaffective

• Perilaku yang berkarakteristik skizofrenia


• Ada tambahan indikasi alam perasaan spt:
• Depresi
• Mania

6. Skizofrenia Residual

• Merupakan eksentrik tetapi gejala-gejala psikosis saat perilaku diperiksa/dirawat tidak menonjol.
• Ciri-cirinya: Menarik diri dan afek yang serasi
• Pasien memiliki riwayat paling sedikit satu episode skizofrenia dengan gejala-gejala yang menonjol.
Terapi non farmakologi
Program for Assertive • Program ini dirancang khusus untuk pasien yang fungsi
Community Treatment sosialnya buruk dan bertujuan untuk mencegah kekambuhan
(PACT dan memaksimalkan fungsi sosial

• keluarga pasien dilibatkan dan terlibat dalam penyembuhan


Intervensi keluarga pasien

• menunjukkan bahwa terapi perilaku efektif dalam


Terapi perilaku kognitif mengurangi frekuensi dan keparahan gejala positif.

Terapi pelatihan • Untuk memperbaiki kekurangan dalam fungsi sosial pasien.


Terapi ini tidak efektif untuk mencegah kekambuhan atau
keterampilan sosial mengurangi gejala.

• penggunaan ECT dan kombinasi dengan obat-obat


antipsikotik dapat dipertimbangkan sebagai pilihan bagi
Terapi Elektrokonvulsif (ECT) penderita skizofrenia terutama jika menginginkan
perbaikan umum dan pengurangan gejala yang cepat
Terapi Farmakologi
Interfensi
Antipsychotics
transmisi
dopaminergik
dan menghambat
reseptor dopamin
First Second D2
Derivat Fenotiazin Generation Generation
Flufenazin, (FGA) (SGA)
Chlorpromazine

Derivat Butirofenon
Haloperidol, Droperidol
First Line
Derivat Thioxatenes Theraphy
Flupenthixol,
Thiothixenes

• Efikasi lebih baik


• Menyebabkan lebih sedikit bahkan tidak ada
kejadian akut ekstrapirimidal, tardive dyskinesia
(TD) dan sedikit berefek pada serum prolaktin
• Dalam 7 hari
menurunkan gejala agitasi,
hostility, gangguan makan
dan tidur, kecemasan
agitation, keagresifan
• Titrasi dosis setelah 1
minggu pemberian dosis
pertama
• Dalam 3-4 minggu tidak
ada perkembangan, lanjut
ke tahap berikutnya

• Kemampuan bersosialisasi,
kebiasaan, dan emosi harus lebih
baik setelah minggu ke 2-3 terapi
• Perbaikan total setelah terapi di
minggu ke 6-8
• Titrasi dosis setiap 1-2 minggu
• Pengobatan dijalani min. selama
12 bulan
Kondisi
Tidak
Diinginkan

Partial Poor
Skizophrenia Adherence

Long-Acting Injectable / Depot Antipsychotics

Risperidone Consta Flufenazine Haloperidole


Starting dose : 25 mg Decanoate Decanoate
I.M. Dosis oral : 1,25 mg Dosis oral : 50 mg
Dosing Range 25-50 Dosis I.M. : 1.2 – 1.6 x Dosis I.M. : 10-15x
mg per 2 weeks dosis oral dosis oral
Treatment Resistant Skizophrenia

Clozapine Mood Anti Anti


• Dosis awal Stabilizers Depresant Agressive
12,5 mg • Lithium • SSRI + FGA • Propanolol
• Dosis 25 mg • Asam Dosis awal :
jika tidak ada Valproat 20 mg Tritasi
efek dosis sampai
• Karbamazepi
hipotensi 60 mg
n
orthostatik
• Pindolol
• Titrasi dosis
sampai 300 • Nadolol
mg/hari
setiap 3 hari
Farmakokinetik

Sangat lipofilik

Antipsikotik Berdistribusi
dengan mudah ke
Sangat terikat pada
jaringan-jaringan
membran dan protein
plasma

Volume
Bioavalaibilitas Distribusi Besar
Menurun

Terdistribusi dengan mudah ke sebagian besar


jaringan dengan pasokan darah tinggi dan dapat
terakumulasi dalam jaringan
Farmakokinetik
Interaksi Obat
Efek
Samping Sistem Saraf
Pusat

Efek Sindrom
Pseudopark Tardive Sedasi dan
extrapiramid Akatisia neuroleptik
insonisme Diskinesia kognisi
al maligna

EFEK EKSTRAPIRAMIDAL : efek


yang timbul oleh penggunaan jangka
pendek / jangka panjang dari
medikasi antipsikotik golongan topikal
dikarenakan terjadinya inhibisi
transmisi dopaminergik di ganglia
basalis. Adanya gangguan transmisi
di korpus striatum yang mengandung
banyak reseptor D1 dan D2 dopamin
menyebabkan depresi fungsi motorik
sehingga bermanifestasi sebagai
sindrom ekstrapiramidal.
Sindrom ekstrapiramidal yang terdiri
dari reaksi distonia akut, akhatisia,
dan sindrom parkinson umumnya
Efek Samping (Sistem Saraf
Pusat) Tardive Diskinesia (TD) : Gejala
dapat menjadi cukup berat
GEJALA AKATISIA : gejala sehingga dapat mengganggu
mengunyah, memakai gigi palsu,
seperti keluhan subjektif
respirasi, atau menelan.
(perasaan gelisah batin) dan
Pencegahan dilakukan dengan :
gejala obyektif (mondar-mandir,
1.menggunakan antipsikotik hanya
menyeret, atau menekan kaki).
ketika ada indikasi yang jelas dan
Dapat diatasi dengan
pada dosis efektif terendah untuk
mengkonsumsi Propranolol
durasi sesingkat mungkin;
(sampai 160 mg / hari) dan
2.menggunakan SGAs sebagai
metoprolol (hingga 100 mg / hari).
agen lini pertama;
Gejala pseudoparkinsonisme (efek
3.menggunakan DISCUS atau
samping golongan FGAs) seperti
timbangan lainnya untuk menilai
penurunan aktivitas motorik, tanda-tanda awal TD setidaknya
tremor (terutama saat istirahat dan triwulan;
penurunan dengan gerakan);
4.menghentikan antipsikotik atau
kekakuan, kelainan postural,
beralih ke SGAs (misalnya,
Efek Samping (Sistem Saraf Pusat)

Sedasi dan Kognisi : Pemberian


dosis harian pada waktu tidur
dapat menurunkan sedasi siang
hari. SGA (Second Generation
Antipsychotic) sebagai
pengobatan lini pertama telah
terbukti meningkatkan kognisi
(meningkatkan memori kerja)
selama 9 bulan periode. Sindrom Neuroleptik Maligna :
suatu komplikasi yang
membahayakan dari terapi
antipsikotik, dapat terjadi kapan saja
selama perjalanan terapi. Gejalanya
berupa gangguan gerakan seperti
tremor, perubahan tingkat
kesadaran, gangguan otonom
seperti demam tinggi, berkeringat
Efek Samping
Sistem Kardiovaskular

• Meliputi perubahan EKG seperti peningkatan denyut jantung,


hipotensi ortostatik. Hipotensi ortostatik adalah
penurunan tekanan darah yang terjadi tiba-tiba saat berubah
posisi dari telentang ke posisi duduk atau tegak.
• Beberapa SGAs dan fenotiazin penyebab peningkatan
trigliserida serum dan kolesterol.
Kejiwaan

• Gejala kejiwaan yang terjadi seperti disorientasi, kebingungan


kronis, disforia dan apatis.

Mata

• Meliputi penurunan penglihatan, eksaserbasi glaukoma


narrow-angle, retinitis pigmentosa yang dapat menyebabkan
gangguan penglihatan permanen atau kebutaan.
Efek Samping
Genitourinary
Endocrine System Hepatic System
System
• Galactorrhea • Cholestatic • Urinary Hesitancy
• Amenorrhea hepatocanalicular dan retention
• Weight gain jaundice • Sexual
• Liver Fuction Test Dysfunction
(LFT)
abnormalities

Dermatologic Hematologic Miscellaneous


System System Adverse Effects
• Alergic • Transient • Sialorrhea
Leukopenia
• Agranulocytosis
Terapi kondisi khusus
(ibu hamil dan menyusui)

1. Ada sedikit peningkatan risiko bayi


lahir cacat dengan FGAs-potensi rendah.
2. Tidak ada hubungan antara penggunaan
haloperidol dan efek teratogenik.
3. Penggunaan SGAs pada kehamilan memiliki
risiko kenaikan berat badan dan risiko
diabetes gestasional.
4. Penggunaan clozapine selama menyusui
tidak dianjurkan
Hasil Terapi yang diinginkan

Penderita skizofrenia dapat kembali


berfungsi dalam bidang pekerjaan,
sosial dan keluarga
Evaluasi hasil terapi
Pemantauan dapat dilakukan
dgn berbagai alat bantu, misal:
Brief Psychiatric Rating Scale
(BPRS), Positive and Negative
Symptom Scale (PANSS), dll
Pemantauan juga dilakukan
terhadap ESO, spt: EPS (utama),
weight gain (pada penggunaan
SGA), antikolinergik, hipotensi
ortostatik, dll.
Untuk clozapin : evaluasi untuk
mencegah terjadinya infeksi tak
nampak atau agranulositosis
dengan check WBC setiap minggu
selama terapi.
Kasus
Pasien Ny. R umur 26 tahun didiagnosis
mengalami skizofrenia paranoid dan
menggunakan pengobatan clozapine 2x25 mg
selama 6 bulan. Gejala skizofrenia sudah
mereda dan pasien dapat beraktifitas
normal namun pengobatan dihentikan oleh
orang tua pasien. Pengobatan dihentikan
karena terjadi peningkatan berat badan
pasien menjadi 80 kg dari berat awal 65
kg. Ibu pasien memutuskan menghentikan
pengobatan karena takut anaknya menjadi
sangat besar dan terkena sakit ginjal
akibat penggunaan obat dalam waktu yang
lama.
Subject
Nama Ny. R
Usia 26 tahun
Jenis Kelamin Perempuan
Riwayat Pengobatan clozapine 2x25 mg selama 6 bulan

Keluhan • Berteriak-teriak dan menangis


• Susah tidur
• Tidak mau makan dan mandi
• Lebih sering bengong dan marah-marah
• Tidak mendengarkan perkataan orang tua
• Menjawab pertanyaan bila ada suara yang
menyuruhnya
Object
Hasil Pemeriksaan

BB 80 kg; TB 163; BMI 30

Neurologi tidak ada kelainan


Status psikiatri: pakaian tidak rapih, roman muka terlihat lebih
tua, konsentrasi dan perhatian penurunan, mood/appropiate
Bentuk pikir nonlogis nonrealis, arus pikir inkoheren, isi pikir
waham curiga, ide bunuh diri tidak ada
Persepsi ditemukan halusinasi audiotorik dan ilusi tidak ditemukan

Dorongan instingtual gangguan tidur/insomnia ada


Assesment
 Diagnosis multiaxial pasien:
 axis I: Skizofrenia Paranoid
 axis II: Ciri kepribadian Tertutup (introvert)
 axis III: Obesitas tingkat I
 axis IV: masalah dengan primary support group
 axis V: GAF 70-61.

 Pengobatan yang diberikan:


clozapine 2x25 mg
risperidon 2x2 mg
Drug Related Problem

 Clozapine, prototipe antipsikotik atipikal, tetap agen


yang paling efektif untuk pengobatan refraktori
skizofrenia dan dalam beberapa tahun terakhir telah
mendapatkan banyak popularitas sebagai
pengobatan lini pertama , namun di antara
antipsikotik atipikal, clozapine tampaknya memiliki
efek terbesar dalam meningkatkan berat badan.
 Data dari beberapa kepustakaan menunjukkan bahwa
13-85 % dari pasien yang diobati dengan clozapine
mengalami peningkatan berat badan (Allison, 2009).
Lanjutan ..

 Pada pasien yang menggunakan clozapine dan


mengalami peningkatan berat badan, pengobatan
diganti dengan menggunakan antipsikotik atipikal lain
dengan penyesuaian dosis efektif yang sudah terbukti
menghilangkan gejala pasien. Pada kasus diganti dengan
memberikan resperidon.
 Untuk penurunan BB badan pasien, pasien dianjurkan
diberikan obat orlistat. Dosis orlistat120 mg 3 kali sehari.
 Dosis equivalen terhadap 25 mg clozapine adalah 2 mg
risperidon. Pengobatan pasien diganti dengan
menggunakan risperidon 2x2 mg.
Terapi Non Farmakologi
•PACT merupakan program rehabilitasi yang terdiri dari manajemen kasus dan
Intervensi aktif oleh satu tim menggunakan pendekatan yang sangat
Program for terintegrasi. Program ini dirancang khusus untuk pasien yang fungsi sosialnya
buruk dan bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan memaksimalkan
Assertive fungsi sosial dan pekerjaan. Unsur-unsur kunci dalam PACT adalah
menekankan kekuatan pasien dalam beradaptasi dengan kehidupan
Community masyarakat, penyediaan dukungan dan layanan konsultasi untuk pasien,
memastikan bahwa pasien tetap dalam program perawatan. Laporan dari
Treatment (PACT) bebarapa penelitian menunjukan bahwa PACT efektif untuk memperbaiki
gejala, mengurangi lama perawatan di rumah sakit dan memperbaiki kondisi
kehidupan secara umum.

•Prinsipnya adalah bahwa keluarga pasien harus dilibatkan dan terlibat dalam
penyembuhan pasien. Anggota keluarga diharapkan berkontribusi untuk
Intervensi keluarga perawatan pasien dan memerlukan pendidikan, bimbingan dan dukungan serta
pelatihan membantu mereka mengoptimalkan peran mereka.

•Dalam terapi ini dilakukan koreksi atau modifikasi terhadap keyakinan


(delusi), fokus terhadap halusinasi pendengaran dan menormalkan
Terapi perilaku pengalaman psikotik pasien sehingga mereka bisa tampil secara normal.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa terapi perilaku efektif dalam
kognitif mengurangi frekuensi dan keparahan gejala positif. Namun ada risiko
penolakan yang mungkin disebabkan oleh pertemuan mingguan yang
mungkin terlalu membebani pasien-pasien dengan gejala negatif yang berat.

•Terapi ini didefinisikan sebagai penggunaan teknik perilaku atau kegiatan


Terapi pelatihan pembelajaran yang memungkinkan pasien untuk memenuhi tuntutan
interpersonal, perawatan diri dan menghadapi tuntutan masyarakat.
Tujuannya adalah memperbaiki kekurangan tertentu dalam fungsi sosial
keterampilan sosial pasien. Terapi ini tidak efektif untuk mencegah kekambuhan atau mengurangi
gejala.

Olahraga •Untuk menurunkan berat badan


Daftar Pustaka
 Hawari, D. 2006. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa
Skizofrenia. Jakarta. Balai Penerbit FKUI
 Sinaga, Benhard Rudyanto. 2007. Skizofrenia & Diagnosis
Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
 Dipiro, J.T., et al. (2005). Pharmacotherapy a
Pathophysiologic Approach. USA: The Mc. Graw Hill Company.
 Jablensky, A., 2000. Epidemiology of schizophrenia: the global burden of
disease and disability. European archives of psychiatry and clinical neuroscience,
250(6), pp.274-285.
 van Os J, Kapur S (August 2009). Schizophrenia . Lancet 374 (9690): 635–45
"Schizophrenia Fact sheet N°397". WHO. September 2015. diakses dari
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs397/en/
Riset Kesehatan Dasar, 2008, Laporan Nasional 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Depertemen Kesehatan Republik Indonesia.
Jablensky, A., 2000. Epidemiology of schizophrenia: the global burden of disease
and disability. European archives of psychiatry and clinical neuroscience, 250(6),
pp.274-285.

Anda mungkin juga menyukai