L/O/G/O
KELOMPOK 3
• Achmad Nafis Mufattisy Al Harishi 260112150528
• Adi Pratama 260112150605
• Angi Nurkhairina 260112150508
• Annisa Intani Rahayuningtyas 260112150532
• Hayati kusuma dewi Sakinah 260112150524
• Imro'atul Mufidah 260112150516
• Liziyyannida Busyro 260112150504
• Michael Octavianus 260112150609
• M. Ig Adlan F 260112150597
• Niken Dwi Larasati 260112150601
• Novia Eka Putri 260112150582
• Rurynta Ferly Shavira 260112150618
• Sakinah 260112150512
• Trias ilmi pramudika 260112150613
• Yun Earning K. 260112150520
DEFINISI
Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan terhadap asam pada
pewarnaan, sehingga disebut sebagai Basil Tahan Asam (BTA)
(DEPKES, 2005).
Ingesti/Inhalasi Droplet
Faktor Resiko
Karakterisitik
Pribadi
Lingkungan
Karakterisitik Pribadi
Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak SPS Pemeriksaan 3 spesi-
hasilnya BTA positif. men dahak SPS
hasilnya BTA negatif
dan foto rontgen dada
1 spesimen dahak SPS menunjukkan
hasilnya BTA positif dan foto gambaran tuber-
rontgen dada menunjukkan kulosis aktif.
gambaran tuberkulosis aktif.
Berdasarkan pada Tingkat Keparahan
Penyakitnya :
Ringan Misalnya: TB
kelenjar limfe,
Berat Misalnya:
meningitis, millier,
pleuritis eksudativa perikarditis,
unilateral, tulang peritonitis, pleuritis
(kecuali tulang eksudativa duplex,
belakang), sendi, TB tulang
dan kelenjar adrenal. belakang, TB usus,
TB saluran kencing
dan alat kelamin.
TB Paru
Berdasarkan
gambaran kerusakan
paru dari hasil rontgen
Berdasarkan Riwayat Pengobatan
Sebelumnya :
Kasus Baru
Cepat lelah
Batuk produktif
demam
Berkeringat
pada malam hari
Manifestasi klinis (khusus)
Frank
hemoptysis
• Pengeluaran darah saat batuk tanpa
disertai dengan keberadaan dahak
Diagnosis TB
Tes Paru
Diagnostik
TB tergantung
Ekstra Paru pada organ
yang terkena
Tes diagnostik TB
National Tuberculosis Management Guidelines 2014 Department of healt, Republic of South Africa
KEMENKES no 364 tahun 2009 tentang pedoman penggulangan tuberkulosis (T
Test lain
Kultur darah
Pemeriksaan histologis
Diagnosis Uji
Tuberkulin
Pemeriksaan
penunjang Foto toraks
Line Probe
Direkomendasika
Assay (Xpert
n WHO 2013
MTB/RIF
Steptomisin Etambutol
(S) (E)
Obat
TBC
umum
Pirazinami Rifampisi
d (Z) n (R)
Regimen Obat TB
Kode Huruf
CONTOH H = Isoniazid
R = Rifampisin
Z = Pirazinamid
E = Etambutol
S = Streptomisin
2HRZE 4H3R3
Selama 4 bulan
Selama 2 Bulan
Masing2 OAT (INH
Tiap hari 1 dan Rifampisin)
kombinasi tsb diberikan 3 kali
seminggu
Panduan Obat Anti Tuberculosis
(OAT)
• Penderita baru TB paru BTA positif
• Penderita baru TB paru BTA negative rontgen positif yang “sakit
berat”
Kategori 1 • Penderita TB ekstra paru berat
Katagori 1:
2HRZE/4H3R3
2HRZE/4HR
2HRZE/6HE
WHO
dan
IUATLD
Katagori 3:
Katagori 2:
2HRZ/4H3R3
2HRZES/HRZE/5H3R3E3
2HRZ/4HR
2HRZES/HRZE/5HRE
2HRZ/6HE
Panduan Pengobatan Standar
untuk Penanggulangan TBC
Katagori 1:
2HRZE/4H3R3
Disamping 3 Katagori 2:
katagori, disediakan
paduan obat sisipan Indonesia 2HRZES/HRZE/5H
(HRZE) 3R3E3
Katagori 3:
2HRZ/4H3R3
ISONIAZID (H)
Mekanisme kerja
• Bakterisid, membunuh 90% populasi kuman dlm beberapa hari pertama
pengobatan. Menganggu sintesa Mycolic acid yang diperlukan untuk
membangun dinding bakteri
Interaksi obat
• Pemakaian Isoniazid bersamaan dengan obat-obat tertentu, mengakibatkan
meningkatnya konsentrasi obat tersebut dan dapat menimbulkan risiko
toksis.
ESO
• Hepatoksik, hipotensi postural, gangguan saluran cerna, dll.
RIFAMPISIN (R)
Mekanisme kerja
• Hambatan spesifik pada enzim bakteri RNA-polimerase sehingga sintesis RNA
gagal dilakukan
• Bersifat bakterisid, membunuh bakteri semi-dormant yang tidak dapat dibunuh
Isoniazid
Interaksi obat
• mempercepat metabolisme metadon, kloramfenikol, warfarin,teofilin, antidiabetik
• absorpsi berkurang ketika dikonsumsi bersama antasida,
ESO
• Urin berwarna kemerahan, gangguan gastrointestinal, gangguan fungsi hati,
leukopenia, eosinofilia, sindrom flu, manifestasi pada kulit, demam, dispenia,
trombositopenia, purpura, gagal ginjal akut, anemia hemolitik, dll.
PIRAZINAMID (Z)
Mekanisme kerja
• berdasarkan pengubahannya menjadi asam pyrazinamidase
• Kerja Obat Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam
sel dengan suasana asam.
ESO
• Hepatoksik, hipotensi postural, gangguan saluran cerna, dll.
Perhatian
• Hanya digunakan pada terapi kombinasi antiTb, namun digunakan tunggal
untuk pasien yang resisten
• Obat ini dapat menghambat ekskresi asam urat dari ginjal sehingga
menimbulkan hiperurikemia. Jadi penderita yang diobati pirazinamid harus
dimonitor asam uratnya.
ETAMBUTOL (E)
Mekanisme kerja
• Bakteriostatik, dengan menekan pertumbuhan bakteri TB yang telah resisten terhadap
Isoniazid dan Streptomisin
• penghambatan sintesa RNA pada kuman yang sedang membelah, juga
menghindarkan terbentuknya mycolic acid pada dinding sel.
ESO
• gangguan penglihatan dengan penurunan visual, buta warna dan penyempitan
lapangan pandang.
• Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini terjadi maka etambutol harus
segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi penglihatan akan pulih.
Perhatian
• Jika Etambutol dipakai, maka diperlukan pemeriksaan fungsi mata sebelum
pengobatan. Turunkan dosis pada gangguan fungsi ginjal; usia lanjut; kehamilan;
ingatkan penderita untuk melaporkan gangguan penglihatan. Etambutol tidak diberikan
kepada penderita anak berumur dibawah umur 6 tahun,
Populasi Khusus
isoniazid, pirazinamid, etionamid,
dan cycloserine → menembus
TB cairan serebrospinal
Meningitis
Obat yang relatif
hidrofilik (isoniazid,
pirazinamid,
aminoglikosida) → Obesity Children Penyesuaian dosis
berdasarkan berat
badan ideal
TBC
Renal &
Hepatic Pregnancy
Failure
HIV
Infection Resiko tejadi MDR-TB → dilakukan
diferensiasi antara infeksi
M.tuberculosis & nontuberculosis
karena obat berbeda
Pada Pasien Gagal Ginjal dan Hati
Wanita Hamil
Streptomisin dan Etionamid
TIDAK AMAN digunakan
untuk wanita hamil karena
Streptomisin menyebabkan
gangguan pendengaran pada
Pengobatan menggunakan
Pada prinsipnya paduan bayi baru lahir ( complete
isoniazid, ethambutol,
pengobatan TB pada wanita Deafness. Etionamid dapat
rifampisin dan pirazinamid
hamil tidak berbeda dengan menyebabkan persalinan
aman digunakan untuk ibu
pengobatan TB pada umumny prematur dan cacat bawaan
hamil
ketika digunakan selama
kehamilan. ETIONAMID
menyebabkan
mongolisme(down sydrome )
pada bayi yang baru lahir,
Terapi Non Farmakologi
Evaluasi
Klinik Evaluasi
Bakteriologik
www.themegallery.com
Evaluasi Hasil Terapi
Pemeriksaan Bakteriologik
Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan fototoraks :
- Sebelum pengobatan
- Setelah 2 bulan pengobatan (setelah fase intensif)
- Akhir pengobatan
Evaluasi Efek Samping Obat
Evaluasi Hasil Terapi
Bila patuh minum obat, dalam 2-4 minggu penderita akan merasa nyaman,
tetapi obat masih harus diteruskan sampai Dokter menghentikannya.
Kemungkinan terjadinya efek samping obat dan tindakan yang perlu diambil jika
mengalaminya, serta perlunya segera meminta pertolongan ke sarana pelayanan
kesehatan.
Pemantauan Terapi Obat
Pengamatan langsung: Ikut mengamati jalannya Program DOTS. Apoteker
sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO).
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan diperlukan
seorang PMO.
Apoteker diharapkan dapat meminta seseorang yang berfungsi sebagai PMO dengan
persyaratan:
Mengawasi penderita TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
Mengingatkan penderita untuk segera menemui petugas kesehatan (dokter atau peugas kesehatan lain) yang
memberikan obat, jika terjadi gejala efek samping, atau kondisi penyakit yang bertambah parah atau ada kelainan
lain.
Mengingatkan penderita, tindakan untuk segera meneruskan meminum obat, jika lupa meminum
obat
Mengingatkan penderita untuk menyimpan obat pada tempat yang kering, tidak terkena cahaya
matahari, jauh dari jangkauan anak anak.
Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada waktu-waktu yang telah ditentukan
Memberi penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala seperti
TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit Pelayanan Kesehatan
KASUS TUBERCULOSIS
Patient Database Keluhan Utama
Identitas Pasien
Px
• Nama : Tn S • Batuk sejak 4 bulan yang lalu,
• Usia : 54 th bertambah parah sejak 1 bulan
• TB/BB : 160cm/43kg yg lalu
• Alamat : Jombang • Batuk disertai dahak warna putih
• Pekerjaan : Buruh Bangunan dan nyeri dada kanan bla batuk
• No. Kamar RS: Ruang 23/kamar • Sesak bila aktivitas berat, sejak 1
3 bed no 2 minggu lalu sesak bertambah
• Dokter : dr. Yani • Berat badan menurun 2 Kg
dalam 1 bulan
TUJUAN TERAPI :
• Isoniazid obat digunakan pada pasien karena pasien mengalami TB aktif. Obat ini diindikasikan untuk
terapi semua bentuk tuberkulosis aktif, disebabkan kuman yang peka dan untuk profilaksis orang
berisiko tinggi mendapatkan infeksi.
• Rifampisin : Pada pasien obat ini digunakan sebagai antituberkulosis yang dikombinasikan dengan
antituberkulosis lain untuk terapi awal maupun ulang.
• Pirazinamid : Digunakan sebagai terapi tuberkulosis dalam kombinasi dengan anti tuberkulosis lain.
• Etambutol : digunakan sebagai terapi kombinasi tuberkulosis dengan obat lain, sesuai regimen
pengobatan jika diduga ada resistensi. Jika risiko resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan.
• Streptomycin : Sebagai kombinasi pada pengobatan TB bersama isoniazid, Rifampisin dan
pirazinamid, atau untuk penderita yang dikontraindikasikan dengan 2 atau lebih obat kombinasi
tersebut.
• Ceftriazone : Antibiotik yang termasuk golongan sefalosporin, digunakan untuk pengobatan infeksi-
infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif seperti saluran nafas bawah. Dalam
hal ini digunakan untuk mengatasi pneumonia pada pasien.
Paracetamol : digunakan sebagai terapi untuk menurunkan demam yang dialami oleh
pasien
Codein : codein digunakan untuk meredakan sakit ringan, dalam hal ini codein digunakan
untuk mengatasi batuk yang dialami oleh pasien tersebut
Salbutamol : digunakan untuk melebarkan saluran napas, sehingga diindikasikan untuk
asma dan penyakit paru obstruktif kronik (bronkitis kronik dan emfisema). Obat ini dapat
meredakan gejala asma ringan, sedang atau berat dan digunakan untuk pencegahan
serangan asma. Dalam hal ini, salbutamol digunakan untuk mengatasi sesak nafas yang di
alami oleh pasien.
Aminofilin : digunakan sebagai bronkodilator pada penyakit pulmonary, dalam hal ini
amonofilin dikombinasikan dengan salbutamol untuk mengatasi sesak nafas yang di alami
oleh pasien.
Domperidon : merupakan antagonis dopamin yang mempunyai efek kerja antiemetik,
dalam hal ini donorridon digunakan untuk mengatasi mual muntah akut yang dialami oleh
pasien.
Vitamin B6 : berfungsi untuk membantu menggerakkan berbagai macam fungsi vital pada
tubuh, dalam hal ini vitamin b6 diberikan pada pasien untuk mengatasi efek samping yang
akan di timbulkan dari penggunaan obat tuberkulosis
.
Drug Therapy Problem List (DTPL)
Date Problem Action/Intervention
18/9 Dosis Ethambutol terlalu tinggi menurut Perlu konfirmasi efek samping mayor gangguan
2014 guideline WHO (dosis 800mg), tetapi menurut penglihatan karena efek samping neuritis optik
Asosiasi Dokter Paru Indonesia sudah sesuai
18/9 Interaksi antara Paracetamol dengan Obat Tanggal 19 dapat dihentikan penggunaan PCT karena
2014 Anti TB lain sehingga meningkatkan resiko sudah tidak ada gejala demam (ditandai suhu tubuh
hepatotoksik dalam rentang normal)
(Isoniazid + Paracetamol interaksi Apabila masih demam dapat digunakan alternatif lain
signifikan) yaitu Ibuprofen
Perlu pemantauan SGOT SGPT secara berkala
18/9 Kombinasi obat tuberculosis dapat Perlu pemantauan SGOT SGPT secara berkala
2014 meningkatkan SGOT SGPT Memonitoring gejala hepatotoksisitas seperti lemas,
kuning
- Bila klinik (+) (Ikterik [+], gejala / mual, muntah [+])
→ OAT Stop
- Bila klinis (-), Laboratorium terdapat kelainan:
Bilirubin > 2 → OAT Stop
SGOT, SGPT > 5 kali : OAT stop
SGOT, SGPT > 3 kali, gejala (+) : OAT stop
SGOT, SGPT > 3 kali, gejala (-) → teruskan
pengobatan, dengan pengawasan
18/9 Konfirmasi kepada Dokter indikasi Apabila aminofilin, salbutamol sebagai bronkodilator
2014 penggunaan aminofilin, salbutamol apakah sebaiknya digunakan prn
untuk sesak (tanggal 19 RR pasien sudah
mulai normal)
Amin, R. Theophylline induced alteration in serum electrolytes and uric acid of asthmatic children. Iranian journal of allergy, asthma, and immunology 2003; Vol 2 No 1.
Whyte et al. Salbutamol induced hypokalaemia: the effect of theophylline alone and in combination with adrenaline. Br. J. clin. Pharmac. 1988; 25: 571-578.
Date Problem Action/Intervention
18/9 Konfirmasi kepada Dokter apakah Kodein 10 mg digunakan sebagai antitusif sampai
2014 penggunaan kodein sebagai batuk reda
antitusif digunakan sampai kapan
18/9 Salbutamol dan aminofilin dapat Perlu pemantauan kadar potassium
2014 menyebabkan hipokalemia (Amin,
2003 dan Whyte, 1988)
19/9 Konfirmasi kepada Dokter indikasi Tidak digunakan jika tidak terjadi mual muntah
2014 penggunaan Domperidone terkait Dapat digunakan jika ditujukan untuk prevention
mual muntah pasien mual muntah
21/9 Pirazinamid dapat meningkatkan Perlu monitoring kadar asam urat pada minggu
2014 asam urat (Qureshi et al, 2007) ke-6
Apabila kadar asam urat>8, dapat diberikan
aspirin setelah masa terapi
(Qureshi et al, 2007)
16/9 Pasien mendapatkan injeksi Konfirmasi perlunya dilakukan test alergy sebelum
2014 antibiotik ceftriaxone, penggunaan pemberian ceftriaxone untuk mencegah terjadinya
antibiotik ini dikontaindikasikan pada reaksi hipersensitifitas akut.
pasien dengan riwayat alergi
peniciline
Qureshi, W., et al. Hyperuricemia and Arthralgias During Pyrazinamide therapy in patient with Pulmonary
Tuberculosis. Lab Med 2007; 38 (8): 495-497
http://www.drugs.com.
Pharmacist’s Care Plan (PCP)
Pharmacoth Recommend
Health Care Desired Monitoring
erapeutic ations Monitoring Parameter
Need Endpoint Frequency
Goal therapy
Memberikan Menghambat
Menghambat
pertumbuhan Setiap hari
antibiotic pertumbuhan Injeksi Ceftriaxon Menurunnya gejala infeksi seperti
bakteri sebelum sampai hasil
sebagai awal bakteri di dalam 2x1 gram demam
diberikan antibiotic kultur muncul
terapi pasien tubuh
sesuai hasil kultur
Rifampicin 1x450
Membunuh mg
bakteri M. Isoniazid 1x300
Memberikan Membunuh Setiap hari
tuberculosis mg Munurunnya gejala TB dan jumlah
Obat anti bakteri M. selama
yang Ethambutol bakteri M. tuberculosis
tuberculosis tubeculosis pengobatan TB
menyebabkan 1x1000 mg
TB Pyrazinamid 1x
1000 mg
Menurunkan Parasetamol 3x
Suhu tubuh Setiap hari
Memberikan suhu tubuh 500 mg hingga
Penurunan suhu tubuh pasien kembali hingga suhu
antipiretik pasien dalam suhu kembali
normal (36-37,5) tubuh turun
kondisi normal normal
Pasien tidak
Mengurangi efek mengalami efek Selama
Efek samping Vitamin B6 1x 10 Tidak ada gejala peripheral
samping obat samping pemakaian obat
tidak muncul mg neuropati
pyrazinamid peripheral anti tuberculosis
neuropati
Memberikan
Berkurangnya
obat penekan Codein Gejala batuk berkurang Batuk mereda Setiap hari
gejala batuk
batuk
Monitoring dan Evaluasi Terapi
KEBERHASILAN TERAPI : EFEK SAMPING OBAT :
• Pemeriksaan sputum setelah 2 bulan terapi • Asam Urat ESO “Z”, tetap dilanjutkan tx
fase intensif seharusnya BTA menjadi OAT. Cek kadar SUA setelah 2 bulan tx
negatif • Hepatotoksik nilai SGOT/SGPT apabila 3x
• Peningkatan BB (kg) dari nilai normal dan timbul gejala (jaundice),
hentikan ! “restart”
• Peningkatan nafsu makan
• Gangguan penglihatan stop “E”. Cek
• Tidak sesak setelah 2 minggu terapi
penglihatan (buta warna )
• Nyeri dada berkurang
• Gagal Ginjal stop “R”. Cek kadar BUN dan
• Sesak pernafasan berkurang SCr
KIE : Tx NONFARMAKOLOGI :
• PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)
• Ventilasi rumah mendapat cahaya yang cukup
• Hindari dan berhenti merokok
• Mengatur kepadatan anggota keluarga
• Jangan meludah dan batuk sembarangan
• Px dan keluarga Px wajib menggunaan masker
• Mengkonsumsi makanan seimbang dan bergizi
• Mengingatkan Px untuk rutin mengkonsumsi OAT sesuai dosis. Jangan sampai lupa!
Daftar Pustaka
• Aditama, T. 2002. Tuberkulosis Paru: Masalah dan Penanggulanganya. Edisi
IV. Cetakan Ke-1. Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia. Jakarta
• Alfian, U. 2005. Tuberkulosis. Binarupa Aksara, Jakarta
• Begum V, de Colombani P, Das Gupta S, et al. Tuberculosis and patient
gender in Bangladesh: sex differences in diagnosis and treatment outcome.
Int J Tuberc Lung Dis 2001; 5: 604–610.
• Depkes RI, 1994. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang
Pendidikan Kesehatan. Jakarta
• Dipiro, J.T., R.T. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M.
Posey. 2008. Pharmacotherapy A Pathophysiology Approach 7th Edition.
New York: Mc Graw-Hill.
• Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care untuk Tuberkulosis. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
• Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Tuberkulosis.
Pusdatin. Jakarta.
• WHO. 2009. Global Tuberculosis in Control, Surveillance, Planning, and
Financing.
• WHO, 2012. World Health Statistic.
(www.who.int/gho/publications/world_health_statistics) [diakses tanggal 26
April 2016]
• Widoyono, 2005. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &
Pemberantasan Penyakit Menular. Erlangga Medical (EMS). Semarang
• A Marie, et al.2008. Pharmacotherapy : Principles & Practice. USA : McGraw Hill
Company
• Asbroek, A.H.A.T., M.W. Borgdroff, N.J.D. Nagelkerke, M.M.G.G. Sebek, W. Deville,
J.D.A.V. Embden, et al. Estimation of Serial Interval and Incubation Period of
Tuberculosis Using DNA Fingerprinting. The International Journal of Tuberculosis and
Lung Disease (1999); 3(5):414–420.
• Bellamy, R. Genetic Susceptibility to Tuberculosis. Clin Chest Med 26 (2005): 233-246.
• Borgdorff, M.W., Sebek, M., Geskus, R.B., Kremer, K., Kalisvaart, N., Soolingen, D. The
Incubation Period Distribution of Tuberculosis Estimated with a Molecular
Epidemiological Approach. International Journal of Epidemiology (2011); 40: 964-970.
• Depkes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Tuberkulosis. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik. Jakarta
• Depkes RI. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Tuberkulosis pada Anak. Jakarta
• Dipiro, J., Talbert, R. L., Yee, G.C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M. 2008.
Pharmacotherapy APatophysiologic Approach. Seventh Edition. New York: The
McGraw-Hill Companies.
• drugs.com. (Online) Diakses tanggal 21 September 2014.
• Health protection surveillance centre. 2010. Guidelines on the Prevention and control of
Tuberculosis in Ireland. Ireland : National TB Advisory Committee
• Hu BJ, Wei L, Zhang XZ, Tang YC, Ni y, et al. 2005. A retrospective cohort study of the
• influence of time of hospital-acquired pneumonia onset on pathogen constitution.
Zhonghua Jie, 28(2): 112-6.
• Kessler H.H. 2010. Molecular Diagnostics of Infectious Diseases. Jerman: Walter
de Gruyter.
• Knechel, Nancy A. Tuberculosis :Pathophsyology, Clinical Features, and
Diagnosis. Crit Care Nurse 2009, 29:34-43
• Leung CC, Lam TH, Chan WM, Yew WW, Ho KS, Leung G, et al. Lower risk of
tuberculosis in obesity. Arch Intern Med. Jun 25 2007;167(12):1297-304.
• Ortiz-Ruiz G, Vetter N, Isaacs, Carides A, Wood AG, Friedland. 2004. Ertapenem
versus ceftriaxone for the treatment of community-acquired pneumonia in adults:
combined analysis of two multicentre randomized, double-blind studies. J
Antimicrob Chemother. 53 Suppl 2: 59-66.
• Peloquin CA. 2008. Dalam: Dipiro JT, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Wells BG
et al. Pharmacotherapy. A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition. The
McGraw-Hill Companies.
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). 2006. TUBERKULOSIS: Pedoman
Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta
• Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2007. Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Tuerkulosis di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
• Public Health Agency of Canada, 2007. Canadian Tuberculosis Standards, 6th
Edition. Reproduced with the permission of the Minister of Public Works and
Government Services,2009. Available at www.phac-aspc.gc.ca/tbpc-
latb/pubs/pdf/tbstand07_e.pdf
• Qureshi, W., et al. Hyperuricemia and Arthralgias During Pyrazinamide therapy in
patient with Pulmonary Tuberculosis. Lab Med 2007; 38 (8): 495-497
• Slama K, Chiang CY, Enarson DA, Hassmiller K, Fanning A, Gupta P, et al.
Tobacco and tuberculosis: a qualitative systematic review and meta-analysis. Int J
Tuberc Lung Dis. Oct 2007;11(10):1049-61.
• Sukandar, Elin Y ,dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT.ISFI Penerbitan
• Verhagen LM, van den Hof S, van Deutekom H, Hermans PW, Kremer K,
Borgdorff MW, et al. Mycobacterial factors relevant for transmission of
tuberculosis. J Infect Dis. May 2011;203(9):1249-55.
• Werdhani,Retno Asti.2007.Patofisiologi,Diagnosis dan Klasifikasi
Tuberkulosis.Jakarta : FKUI Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Okupasi,dan Keluarga.