Anda di halaman 1dari 27

Pangan

PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI
UNDANG-UNDANG
NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG
JAMINAN PRODUK HALAL

Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah


Malang, 5 Desember 2016

Obat Kosmetik Barang Gunaan


www.kemenag.go.id
@kemenag_ri
Kementerian Agama RI
I. PENDAHULUAN
PENDAHULUAN

1. Indonesia mempunyai potensi sumber daya alam yang cukup besar yang
berasal dari sektor pertanian, perikanan/kelautan, peternakan, dan
perkebunan, yang dapat dimanfaatkan oleh industri dalam memproduksikan
bahan makanan. Produksi sumber daya alam tahun 2014 meliputi :

CPO & CPKO Kakao Rumput Laut Kelapa Ikan & Udang Lada
(30 juta ton) (450 ribu ton) (273 Ribu ton) (3,3 Juta ton) (10,5 Juta ton) (88 ribu ton)
No.1 di Dunia No.3 di Dunia No.1 di Dunia No.1 di Dunia No.2 di Dunia No3 Di Dunia

2. Di samping itu, industri makanan juga membutuhkan bahan baku impor,


yaitu yang tidak tersedia di dalam negeri atau tersedia namun jumlah tidak
memenuhi, dengan kebutuhan total tahun 2014:

Jagung Kedelai Ubi Kayu Daging Gula Beras


(16,72 Juta Ton) (2,67 juta Ton) (24 Juta Ton) (594 ribu Ton) (5,88 Juta Ton) (30,13 juta Ton)
Impor Impor Impor Impor Impor Impor
(3,2 Juta Ton) (2,16 Juta Ton) (0) (69 ribu Ton) (2,86 Juta Ton) (537 ribu Ton)
PENDAHULUAN

3. Potensi yang besar didukung pula oleh bonus demografi Indonesia, dengan
jumlah penduduk 253 juta orang, jumlah masyarakat kelas menengah + 45
juta orang dengan 42% hidup di perkotaan dan pendapatan per kapita +
US$ 3.200, yang merupakan potensi tenaga kerja dan pasar di dalam negeri.

4. Perdagangan dunia semakin liberal, pasar juga semakin terbuka, dan


persaingan menjadi semakin ketat, sehingga terdapat aliran barang, jasa,
investasi, tenaga kerja terampil dan modal yang lebih bebas. Untuk itu
diperlukan strategi pengembangan produk unggulan melalui pemanfaatan
keunggulan komparatif dan menciptakan keunggulan kompetitif
dengan mendayagunakan potensi kekayaan SDA.
5. Pemanfaatan SDA sebagai bahan baku industri makanan, hasil laut dan
perikanan akan mempunyai efek berganda yang luas, seperti : 1). penguatan
struktur industri, 2). Peningkatan nilai tambah, 3). pertumbuhan sub sektor
ekonomi lainnya, 4). pengembangan wilayah industri, 5). proses alih
teknologi, 6). perluasan lapangan kerja, 7). penghematan devisa, 8). perolehan
devisa, 9). peningkatan penerimaan pajak bagi pemerintah.
PENDAHULUAN

6. Populasi muslim dunia diperkirakan meningkat dari 1,7 milyar di tahun 2014
menjadi 2,2 milyar di tahun 2030. Sesuai dengan hasil riset Pew Research
Center yang menyatakan bahwa populasi muslim dunia tumbuh dua kali lipat
dari populasi non muslim dunia lebih dari 2 dekade ke depan, dengan
perbandingan tingkat pertumbuhan rata-rata 1,5% muslim : 0,7% non muslim

7. Dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sekitar 1,80% (±


117.000.000) per tahun, maka prospek pengembangan pasar produk halal
dunia menjadi sangat potensial.

8. Di era globalisasi perdagangan saat ini dimana berbagai produk olahan dari
luar negeri begitu mudah masuk ke Indonesia, maka adanya jaminan
kehalalan produk makanan, minuman, obat-obatan, kosmetika, maupun
barang gunaan lainnya menjadi sangat penting bagi umat Islam.
II. UNDANG-UNDANG NOMOR 33
TAHUN 2014 TENTANG
JAMINAN PRODUK HALAL
Pengesahan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014

 Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 25 September 2014 menyetujui Rancangan Undang-
Undang Jaminan Produk Halal (RUU JPH) menjadi Undang-Undang.
 Pada tanggal 17 Oktober 2014, Presiden RI Ke-6 Soesilo Bambang Yudhoyono
mengesahkan RUU JPH yang telah disetujui DPR RI tersebut menjadi Undang-Undang.
 Pada hari yang sama Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Kabinet Indonesia
Bersatu II, Amir Syamsudin mengundangkannya menjadi Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.

Tujuan Pengesahan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

• Memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian ketersediaan


1 produk halal bagi masyarakat dalam mengonsumsi dan menggunakan produk.

• Meningkatkan nilai tambah bagi pelaku usaha untuk memproduksi dan menjual
2 produk halal.
Urgensi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
tentang Jaminan Produk Halal (JPH)

Adanya kepastian hukum


dan jaminan kehalalan
produk beredar (sangat
penting dalam konteks
perlindungan konsumen)

Undang-
Undang Menjadi nilai tambah
bagi pelaku usaha untuk
JPH memproduksi dan
mendistribusikan produk-
produk halal

88
Kelembagaan Penyelenggara JPH

Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) adalah


Badan yang dibentuk pemerintah untuk menyelenggarakan
JPH

BPJPH berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada


Menteri Agama (Pasal 5 ayat (3) Undang-Undang JPH)
Pasal 11 UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara

Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan organisasi


BPJPH diatur dalam Peraturan Presiden
99
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal
Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
(BPJPH)

Kewenangan BPJPH Kerjasama BPJPH dalam


Kelembagaan JPH Pelaksanaan Kewenangan

• Penyelenggaraan JPH •menetapkan kebijakan • Kementerian


dilaksanakan oleh JPH; dan/atau
Menteri yang •menetapkan norma, Lembaga
menyelenggarakan standar, prosedur, dan terkait;
urusan pemerintahan kriteria JPH;
di bidang Agama dan •menerbitkan dan • LPH; dan
dilaksanakan oleh mencabut sertifikat • MUI.
halal dan label halal;
BPJPH yang •registrasi sertifikat halal
berkedudukan di pada produk luar negeri;
bawah dan •sosialisasi, edukasi, dan
bertanggung jawab publikasi produk halal;
kepada Menteri •mengakreditasi LPH;
Agama •registrasi auditor halal;
•pengawasan JPH;
•pembinaan auditor
halal;
• kerja sama dengan
lembaga dalam dan luar
negeri dalam
penyelenggaraan JPH

10
10
HUBUNGAN KOORDINASI ANTAR K/L

Kemendag:
Peredaran
Barang dan Jasa
Kementerian
Koperasi dan Badan POM:
UMKM: Pemeriksaan
Pembinaan dan dan Pengujian
Pengembangan Produk Halal
UMKM

BPJPH
KAN &BSN:
Kemenag
Kemenperin:
Standar
Pembinaan
akreditasi dan
Pelaku Usaha
sertifikasi

Kementan: Kemenkeu:
Pengendalian Tarif dan
Bahan Pangan Pengelolaan
dan Hewan Keuangan BLU

11
11
Bentuk Kerjasama BPJPH dengan MUI dan LPH

Kerjasama BPJPH dengan MUI


• Sertifikasi Auditor Halal;
• Penetapan fatwa halal yang menghasilkan Keputusan
Penetapan Kehalalan Produk; dan
• Akreditasi LPH.

Kerjasama BPJPH dengan LPH


• Pemeriksaan dan/atau pengujian Produk;
• Akreditasi LPH; dan
• Kerjasama lain
12
12
Ketentuan Mengenai LPH, Auditor Halal, Label Halal,
dan Sertifikat Halal

Lembaga Pemeriksa Halal


Auditor Halal
(LPH)
Diangkat dan diberhentikan
Terdiri dari LPH pemerintah
oleh LPH serta memenuhi
dan LPH swasta yang diajukan
ketentuan persyaratan auditor
oleh lembaga keagamaan
halal
Islam berbadan hukum

Sertifikat Halal
Label Halal
Pengakuan kehalalan suatu
Tanda kehalalan produk yang produk yang diterbitkan oleh
ditetapkan oleh BPJPH dan BPJPH berdasarkan fatwa halal
berlaku nasional tertulis yang dikeluarkan oleh
MUI

13
13
Alur Pengajuan Sertifikasi Halal
PENOLAKAN
PELAKU USAHA PEMBERIAN
SERTIFIKAT

PENDAFTARAN BERKAS PENERBITAN


DIKEMBALIKAN SERTIFIKAT HALAL
OLEH BPJPH
PEMERIKSAAN
ADMINISTRASI TIDAK
7 Hari Kerja TIDAK
MEMENUHI MEMENUHI
TIDAK SYARAT SYARAT
HALAL HALAL
ADM HALAL
OK

PEMERIKSAAN SIDANG
OLEH AUDITOR BPJPH FATWA HALAL
HALAL LPH (MUI,PAKAR, K/L,
INSTANSI TERKAIT)

5 Hari Kerja
30 Hari Kerja
PENGUJIAN OLEH
LPH

14
14
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (JPH)

Kerjasama Pengawasan Peran Serta


Internasional Masyarakat
• Kerja sama internasional
•Pengawasan • Sosialisasi JPH
penyelenggaraan JPH dan pengawasan
dalam bidang JPH yang dilaksanakan oleh BPJPH
dilaksanakan pemerintah dan/atau K/L terkait peredaran
berbentuk •Pengawasan JPH produk halal
pengembangan JPH, meliputi LPH, masa dalam bentuk
penilaian kesesuaian, berlaku sertifikat,
kehalalan produk, pengaduan atau
dan/atau pengakuan pelaporan ke
pencantuman label
sertifikat halal dengan
lembaga halal luar negeri
halal, pencantuman BPJPH
keterangan tidak halal,
• BPJPH meregistrasi pemisahan lokasi,
sertifikat halal produk tempat, dan alat
penyembelihan,
luar negeri yang telah pengolahan,
disertifikasi oleh lembaga penyimpanan,
halal luar negeri yang pengemasan,
telah bekerja sama pendistribusian,
dengan pemerintah penjualan, serta
penyajian antara produk
halal dan tidak halal,
penyelia halal, dan
kegiatan lain yang terkait
JPH

15
15
III. Regulasi Pelaksana
Undang-Undang JPH
Regulasi Pelaksana Undang-Undang JPH

Peraturan Peraturan Peraturan


Presiden Pemerintah Menteri
• Sanksi administratif atas
•Kerjasama BPJPH pelanggaran ketentuan
• Ketentuan dengan Kementerian PPH
mengenai tugas, dan/atau lembaga • Sanksi administratif atas
terkait, LPH, dan pelanggaran pengusaha
fungsi, dan pemilik sertifikat halal
MUI
susunan organisasi •Ketentuan lebih
• Penyelia halal
BPJPH lanjut dari LPH
• Tata cara pengajuan
sertifikasi halal
•Lokasi, tempat, dan • Tata cara penetapan LPH
alat proses produk • Ketentuan label halal
halal (PPH) • Sanksi administratif atas
• Telah diatur dalam •Biaya sertifikasi halal pelanggaran
pencantuman label halal
Peraturan Presiden •Kerjasama
• Ketentuan pembaruan
Nomor 83 Tahun internasional di
sertifikat halal
bidang JPH
2015 tentang • Pengelolaan keuangan
•Tata cara registrasi BPJPH
Kementerian sertifikat halal • Sanksi administratif atas
Agama •Pengawasan pelanggaran registrasi
sertifikat halal
•Tahapan jenis-jenis
• Peran serta masyarakat
produk wajib dan pemberian
bersertifikat halal. penghargaan

17
17
Peraturan Presiden
Pencantuman LabelNomor 83 Tahun
Halal oleh BPOM 2015
tentang Kementerian Agama

• Ketentuan mengenai tugas,


fungsi, dan susunan
organisasi BPJPH

Peraturan
Presiden • Telah diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 83 Tahun
2015 tentang Kementerian
Agama

18
18
Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015
Badan Penyelenggara Jaminan Produk
tentang Kementerian Agama Halal (BPJPH)

Ketentuan Fungsi BPJPH


Struktur
BPJPH Organisasi BPJPH
• penyusunan kebijakan
• BPJPH dipimpin teknis, rencana, dan
oleh Kepala Badan program di bidang • Sekretariat Badan
dan berada di penyelenggaraan JPH; dan 5 (lima) Pusat
bawah serta • Pelaksanaan • Sekretariat Badan
penyelenggaraan JPH; terdiri dari
bertanggung • sarana pendukung
jawab kepada pengujian dan riset
maksimal 4
Menteri Agama; produk halal; (empat) bagian
• Pemantauan, evaluasi, kelompok jabatan
• Tugas BPJPH fungsional
adalah dan pelaporan
pelaksanaan program • Pusat terdiri dari
menyelenggaraka di bidang bagian
n Jaminan Produk penyelenggaraan JPH; ketatausahaan dan
Halal (JPH) sesuai • pelaksanaan kelompok jabatan
ketentuan pengawasan
penyelenggaraan JPH; fungsional
perundang- maksimal 3 (tiga)
• Pelaksanaan
undangan administrasi BPJPH; bidang
• Pelaksanaan fungsi • Bidang/Bagian
lain yang diberikan pada pusat
Menteri maksimal terdiri
dari 3 Subbagian
19
19
Peraturan Menteri Agama
Pencantuman Label(PMA)
HalalNomor
oleh42 Tahun 2016
BPOM
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

• Ketentuan mengenai
Organisasi dan Tata Kerja
Peraturan BPJPH

Menteri
• Telah diatur dalam Menteri
Agama Agama Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Agama

20
20
Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 42 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama

1. Uraian Tugas Fungsi.


2. Susunan Organisasi, terdiri dari:
a. Kepala Badan
b. Sekretariat BPJPH, terdiri dari 3 Bagian dan 8 Subbagian
c. Pusat Registrasi dan Sertifikasi Halal, terdiri dari 3 Bagian
dan 9 Subbagian
d. Pusat Pembinaan dan Pengawasan Jaminan Produk Halal,
terdiri dari 2 Bagian dan 6 Subbagian
e. Pusat Kerja Sama dan Standardisasi Halal, terdiri dari 2
Bagian dan 7 Subbagian

21
21
SUBBIDANG REGISTRASI
PRODUK DAN LABEL HALAL

HALAL
SUBBIDANG REGISTRASI
LEMBAGA PEMERIKSA HALAL DAN

BIDANG REGISTRASI
AUDITOR HALAL

SUBBIDANG
PENDAFTARAN SERTIFIKASI
HALAL PRODUK KEMASAN

SUBBIDANG PENDAFTARAN
SERTIFIKASI HALAL PRODUK NON
KEMASAN

HALAL
HALAL
SUBBIDANG PENDAFTARAN

BIDANG SERTIFIKASI
SERTIFIKASI HALAL RPU/RPH DAN

DAN SERTIFIKASI
PUSAT REGISTRASI
PRODUK JASA

SUBBIDANG VERIFIKASI
PRODUK KEMASAN

SUBBIDANG VERIFIKASI
PRODUK NON KEMASAN

BIDANG

PRODUK HALAL
SUBBIDANG VERIFIKASI

BAGIAN
PRODUK RPU/RPH DAN

TATA USAHA

VERIFIKASI DAN PENILAIAN


PRODUK JASA

. SUBBIDANG BINA
AUDITOR HALAL DAN LEMBAGA
PEMEREIKSA HALAL

SUBBIDANG BINA PELAKU

BIDANG BINA
USAHA, PENYELIA HALAL

PELAKU USAHA
DAN KONSUMEN

AUDITOR HALAL DAN


Struktur Organisasi BPJPH

SUB. PERENCANAAN DAN


KEPALA BADAN

PELAPORAN
PUSAT PEMBINAAN
DAN PENGAWASAN

SUBBIDANG PENGAWASAN
SUB. PENGELOLAAN DATA
BAGIAN

LEMBAGA PEMERIKSA HALAL DAN


AUDITOR HALAL PRODUK HALAL
SISTEM INFORMASI
PERENCANAAN DAN

SUBBIDANG PENGAWASAN SUB. SISTEM INFORMASI


PELAKU USAHA DAN DAN HUMAS
PENYELIA HALAL
Sesuai PMA Nomor 42 Tahun 2016

BIDANG PENGAWASAN
JAMINAN PRODUK HALAL

SUBBIDANG PENGAWASAN SUB. ORGANISASI DAN


BAGIAN

PRODUK DAN JASA HALAL KEPEGAWAIAN


TATA USAHA
BAGIAN

HUKUM

. SUBBIDANG KERJA SAMA


LEMBAGA PEMERIKSA HALAL
SET. BADAN

DALAM DAN LUAR NEGERI


ORGANISASI DAN

SUB. HUKUM
SUBBIDANG KERJA SAMA
MUI DAN
HALAL

KEMENTERIAN/LEMBAGA
SUB. KEUANGAN
SUBBIDANG PEMANTAUAN
JAMINAN PRODUK
BIDANG KERJA SAMA

DAN EVALUASI KERJA SAMA


JAMINAN PRODUK HALAL
SUB. PERLENGKAPAN DAN
BMN
BAGIAN
KEUANGAN
DAN UMUM

SUB. TATA USAHA DAN


RUMAH TANGGA
HALAL
PUSAT KERJA SAMA
DAN STANDARDISASI

SUBBIDANG STANDARDISASI
PRODUK KEMASAN & NON-
KEMASAN

SUBBIDANG STANDARDISASI
RUMAH POTONG HEWAN, JASA,
DAN PENERBITAN AKREDITASI LPH
BIDANG

PRODUK HALAL
STANDARDISASI
BAGIAN

SUBBIDANG PEMANTAUAN DAN


TATA USAHA

EVALUASI STANDARDISASI
JAMINAN PRODUK HALAL
22
22
Draf Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

Draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-


Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) saat ini masih
dalam tahapan pembahasan bersama Tim Panitia Antar Kementerian.

Draf RPP JPH terdiri dari 11 Bab dan 65 Pasal, dengan rincian Bab sebagai berikut:

Bab I : Ketentuan Umum


Bab II : Jenis Produk yang Bersertifikat Halal
Bab III : Lokasi, Tempat, dan Alat Proses Produk Halal
Bab IV : Lembaga Pemeriksa Halal
Bab V : Kerja Sama
Bab VI : Registrasi
Bab VII : Pengawasan
Bab VIII : Jenis Produk yang Bersertifikat Halal Secara Bertahap
Bab IX : Sanksi Administratif
Bab X : Ketentuan Peralihan
Bab XI : Ketentuan Penutup

23
23
Draf Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif
Atas Penerimaan Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Agama
Draf Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Jenis dan Tarif Atas Penerimaan
Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Agama saat ini sudah selesai dibahas di
tim internal Kementerian Agama dan telah disampaikan ke Kementerian Keuangan
untuk diharmonisasi dan dibahas lebih lanjut.
Hal-hal terkait pembiayaan BPJPH diatur melalui mekanisme PNBP dan pengaturannya
digabungkan dengan regulasi jenis-jenis tarif lainnya di Kementerian Agama.

Jenis-jenis layanan BPJPH yang diatur dalam draf RPP tarif adalah sebagai berikut:
Permohonan Baru :
I. Pendaftaran.
a.Pemeriksaan kecukupan dokumen;
b.Review hasil audit LPH;
c.Sidang Fatwa;
d.Penerbitan Sertifikat Halal.
II. Perpanjangan.
a.Pemeriksaan kecukupan dokumen;
b.Review hasil audit LPH;
c.Sidang Fatwa;
d.Penerbitan Sertifikat Halal; 24
24
Draf Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif
Atas Penerimaan Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Agama

III. Registrasi Produk Luar Negeri


a. Pendaftaran;
b. Pemeriksaan kecukupan dokumen;
c. Verifikasi dokumen sertifikasi halal LPH luar negeri;
d. Penerbitan Nomor Registrasi;
IV. Pengujian Laboratorium Halal
V. Registrasi dan Verifikasi Lembaga Pemeriksa Halal (LPH).
VI. Penerbitan Akreditasi LPH.
VII. Peningkatan Keahlian Auditor Halal WNI.
VIII.Peningkatan Keahlian Penyelia Halal WNI.
IX. Peningkatan Keahlian Auditor Halal WNA
X. Peningkatan Keahlian Penyelia Halal WNA

25
25
Regulasi Pelaksana Undang-Undang Jaminan Produk Halal
Yang Masih Dalam Tahap Penyusunan Adalah Regulasi Berupa Peraturan Menteri Agama

Peraturan Menteri Agama (PMA) tentang:


1. Tata Cara Sertifikasi Produk
2. LPH (Lembaga Pemeriksa Halal)
3. Pengelolaan Keuangan BPJPH
4. Peran Serta Masyarakat
5. Sanksi Administratif

26
26
27

Anda mungkin juga menyukai