Anda di halaman 1dari 17

 Identitas :

Nama : Ny. H
Umur : 30 th
Alamat : jatibanteng besuki
No RM : 037720
 Pengkajian :
Pasien hamil anak ke 2 dengan rencana operasi
SC, riwayat SC 1x.
 Advise :
Pro sc
Infus RL 1000/24 Jam
Injeksi ceftriaxone 1gr
Injeksi dexametashon 10 mg
Puasa
 Tgl 28/10/2019 jam 08.00Pasien di antar
dari paviliun ke kamar operasi.
 Pasien di lakukan operasi jam 08.50-09.45.
 Pasien pindah dari kamar operasi ke paviliun
jam 11.15 dengan kondisi keadaan umum
lemah, GCS : 4-5-6.
 Tgl 29/10/2019 Jam 09.00 dpjp visite
dengan advise
 Tgl 29/10/2019 Jam 09.00 dpjp visite dengan
advise :
 P/o per oral
 Aff infus dan selang kateter
 Pasien menolak untuk aff selang kateter, pasien
minta di lepas sore.
 Jam 15.00 selang kateter di lepas oleh bidan.
Saat pelepasan kateter bidan mengalami
kesulitan, saat di aspirasi keluar cairan hanya
3cc, setelah itu bidan berinisiatif untuk ganti
spuit baru hasilnya tetap tidak bisa. Kemudian
bidan meminta bidan ruangan lain untuk
membantu melepas kateter.
 Bidan S mencoba untuk mengaspirasi lagi hasilnya
tetap tidak bisa dan bidan S berinisiatif untuk
memotong ujung selang kateter dan hasilnya tetap
tidak bisa di lepas. Kemudian kosultasi ke DPJP
,Jawaban DPJP konsul dokter bedah dan memberikan
delegasi kepada dokter jaga umtuk melihat kondisi
pasien. Jam 19.00 dokter jaga melihat kondisi pasien
dan berusaha juga mencoba melakukan aspirasi lagi
hasilnya tetap tidak bisa di lepas. Kemudian dokter
jaga konsultasi dokter bedah, jawaban dokter bedah
pasien akan di lihat dan akan dilakukan tindakan. Jam
00.13 DPJP visite, jam 02.00 dokter bedah visite
kemudian dokter bedah melakukan tindakan di
ruangan dan akhirnya kateter bisa di lepas.
REVIEW KATETERISASI URETRA
 Tidak dapat buang air kecil sendiri
 Tidak bisa mengendalikan frekuensi buang
air kecilnya atau aliran urinnya.
 Memiliki masalah kesehatan kemih.
 Dirawat inap untuk operasi.
 Sedang dalam koma.
 Dibius dalam jangka waktu lama.
 Memiliki retensi kemih akut atau kronis
 Tidak diperbolehkan untuk banyak bergerak,
misalnya akibat cedera atau setelah operasi.
 Frekuensi dan volume produksi dan aliran
keluarnya urin perlu dimonitor, misalnya
pada pasien penyakit ginjal.
 Pernah didiagnosis dengan kondisi medis
yang perlu pemasangan kateter. Beberapa
contohnya meliputi cedera saraf tulang
belakang, multiple sclerosis dan demensia.
 Kateter plastik untuk digunakan sementara
karena mudah rusak dan tidak fleksibel. Biasanya
digunakan ketika seseorang hanya mengalami
sakit yang tidak kronis.
 Kateter lateks digunakan untuk pemakaian
jangka waktu kurang dari 3 minggu.
 Kateter silikon murni, untuk penggunaan jangka
waktu lama 2-3 bulan karena bahan lebih lentur
pada saluran uretra alat kelamin.
 Kateter logam digunakan untuk pemakaian
sementara, biasanya pada pengosongan kandung
kemih pada ibu yang melahirkan.
 Balon yang dikembangkan rusak atau pecah ketika
sedang memasukan kateter. Apabila hal ini terjadi,
operator harus mengeluarkan semua fragmen balon
yang pecah
 Balon tidak mengembang setelah kateter telah
terpasang. Oleh karena itu, perlu dilakukan
pemeriksaan pengembangan balon sebelum
dimasukan ke dalam uretra. Apabila balon tidak
dapat mengembang, maka operator harus mengganti
kateternya dengan yang baru
 Urin berhenti mengalir ke dalam kantung urin,
sehingga operator perlu memeriksa posisi dari
kateter dan kantung kemih untuk menghindari
terjadinya obstruksi di sepanjang selang kateter
 Aliran urin tersumbat, maka dokter harus
mengganti kateter, kantung urin, atau
keduanya
 Risiko infeksi akan meningkat seiring
bertambahnya hari penggunaan kateter sejak
pemasangan dilakukan
 Apabila balon dikembangkan sebelum
mencapai kandung kemih, maka risiko
perdarahan atau ruptur dari uretra dapat
terjadi
 Spasme kandung kemih dapat terjadi ketika
kateter sudah terpasang. Kondisi ini muncul
ketika perasaan berkemih muncul dan dapat
disertai rasa nyeri. Seringkali, urin akan
keluar di luar selang kateter bila spasme
muncul. Kondisi ini membutuhkan terapi
untuk mengurangi spasme yang terjadi
 Komplikasi utama yang dapat terjadi pada
pemasangan kateter adalah infeksi dan
trauma. Setelah 48 jam pemasangan kateter,
kebanyakan bakteri akan mulai berkolonisasi
di dalam kateter, yang dapat memicu
terjadinya infeksi. Komplikasi yang dapat
timbul akibat kateter uretra yang terpasang di
antaranya:
 Masalah pada kateter: alergi terhadap bahan
kateter, kebocoran urin, obstruksi kateter
 Masalah pada uretra: striktur uretra, perforasi
uretra, perdarahan
 Masalah saluran kemih lainnya: infeksi pada
saluran kemih, termasuk uretritis, sistitis,
pielonefritis, dan bakteremia transien,
parafimosis yang disebabkan oleh kegagalan kuit
preputium untuk kembali ke posisi awal setelah
dilakukan pemasangan kateter, batu saluran
kemih, gross hematuria, kerusakan ginjal
 Bila balon kateter tidak dapat dikempiskan pada
saat pelepasan kateter :
1. Pastikan tidak ada tekanan pada port katup
kateter.
2. Port katup harus diaspirasi secara perlahan
untuk mengempiskan balon secara spontan, bila
diaspirasi terlalu cepat maka mekanisme katup
ini akan kolaps.
3. Bila tidak ada tekanan, maka dapat dicoba
mengembangkan balon dengan tambahan air
steril sebanyak 5 ml, kemudian balon dicoba
dikempiskan kembali.
5. Bila balon tetap tidak dapat dikempiskan,
dapat dicoba beberapa cara lain untuk
mengempiskan balon, misalnya memotong
sebagian kateter uretra, menusukkan guide
wire di dalam jalur katup untuk
mengembangkempiskan kateter, menusuk
kateter di sepanjang jalur katup
menggunakan jarum berukuran besar, atau
pungsi balon secara transvaginal,
transuretral, atau suprapubik.

Anda mungkin juga menyukai