Anda di halaman 1dari 9

IJTIHAD

Di Susun Oleh Kelompok 2 :


Fathul Rizkiyah 1903011012
Gina Hesti Iswari 1903011031
Hilda Nur Alviya 1903011008
Shinta Nirmala Sari 1903011041
PENGERTIAN IJTIHAD

Ijtihad adalah bahasa arab berbentuk "mashdar" yang berasal dari kata
“Ijtahada”, artinya bersungguh-sungguh, berusaha keras atau mengerjakan
sesuatu dengan susah payah. Dengan kata lain,ijtihad adalah pengerahan
segala kesanggupan seorang faqih (pakar fiqih islam) untuk memperoleh
pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil syara’.
Ijtihad adalah mencurahkan segala kemampuan untuk mencari hukum syara’
yang bersifat operasional (pengamalan) dengan cara mengambil kesimpulan
hukum (istinbath).
Dari definisi diatas mengindikasikan bahwa ijtihad adalah hasil dari
pemikiran manusia (mujtahid) yang pencarian hukumnya didasarkan pada al-
Qur’an dan Hadist
Syarat Menjadi Mujtahid
Syarat-syarat menjadi mujtahid itu ada tiga syarat, yakni yang bersifat umum, utama, maupun
pendukung, adapun persyaratan umum yaitu sebagai berikut:

• Baligh Adapun persyaratan utama yaitu:


• Berakal • Memahami bahasa Arab
• Menguasai ilmu usul fiqih
• Memiliki bakat kemampuan nalar yang • Memahami Al-Qur’an secara mendalam
tinggi untuk memahami konsep- • Memahami sunnah
konsep yang pelik dan abstrak • Memahami tujuan-tujuan pesyaratan hukum
• Memiliki keimanan yang baik (maqashid asy-syariah)

Adapun persyaratan pendukung yaitu sebagai berikut:


• Mengetahui ada atau tidaknya dalil al-qath’i yang
mengatur hukum masalah yang sedang dibahas
• Mengetahui persoalan-persoalan hukum yang menjadi
objek perbedaan pendapat ulama’ (ma’rifah
mawadhi’ al-khilaf)
• Memiliki sifat takwa dan kesolehan (shalah al-
mujtahid wa ta’wa)
DASAR-DASAR HUKUM IJTIHAD
Ijtihad dapat dikatakan sebagai salah satu metode untuk menggali hukum Islam. Berikut dalil-
dalil dari Al-Qur’an dan Al Hadits yang melandasi dibolehkannya melakukan ijtihad:

 Al-Qur’an

IJTIHAD
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS.An-nisa:59)
Di dalam firman Allah yang lainDi
: Susun Oleh Kelompok 2 :
“......Maka ambillah (kejadian Fathul Rizkiyah
itu) untuk 1903011012
menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai wawasan (QS.Al-Hasyr Gina: 2)Hesti Iswari 1903011031
Hilda Nur Alviya 1903011008
 HADIST
Shinta
Sabda Rasulullah yang diriwayatkan Nirmala
Bukhori MuslimSari 1903011041
“Hakim apabila berijtihad kemudian dapat mencapai kebenaran maka ia mendapat dua
pahala (pahala melakukan ijtihad dan pahala kebenaran hasilnya). Apabila ia berijtihad
kemudian tidak mencapai kebenaran, maka ia mendapat satu pahala (pahala
melakukan ijtihad)”.(Hadits riwayat Bukhari dan Muslim
HUKUM IJTIHAD

• Wajib ain, yakni apabila seseorang ditanya perihal hukum suatu peristiwa,
sedangkan peristiwa itu akan hilang sebelum ditetapkan hukumnya. Demikian
pula seseorang yang segera ingin mendapatkan kepastian hukum untuk dirinya
sendiri dan tidak ada mujtahid yang bisa segera ditemui untuk mendapatkan
fatwa perihal hukumnya.

• Wajib kifayah, yakni bagi seseorang yang ditanya tentang sesuatu peristiwa
hukum, dan tidak dikhawatirkan segera hilangnya peristiwa itu, sementara
disamping dirinya masih ada mujtahid lain yang lebih ahli.

• Sunnah, yakni berijtihad terhadap suatu peristiwa hukum yang belum terjadi
baik ditanyakan ataupun tidak ada yang mempertanyakan.

• Haram, yaitu ijtihad pada dua hal. Pertama, berijtihad terhadap


permasalahan yang sudah tegas (qath’i) hukumnya baik berupa ayat atau
hadits dan ijtihad yang menyalahi ijma. Kedua, berijtihad bagi seseorang yang
belum memenuhi syarat sebagai mujtahid, karena hasil ijtihadnya tidak akan
benar tetapi menyesatkan, dasarnya karena menghukumi sesuatu tentang
agama Allah tanpa ilmu hukumnya haram.
MACAM-MACAM IJTIHAD
Di dalam literature Ushul Fiqh, ditemukan banyak sekali pembahasan tentang pembagian
Ijtihad, yang dapat dibedakan menjadi:

1. Ijtihad Mutlak, yaitu ijtihad yang meliputi seluruh masalah hukum, tidak memilah-
milahnya dalam bentuk bagian-bagian masalah hukum tertentu. Atau biasa disebut
dengan ijtihad paripurna. Ulama yang mempunyai kemampuan dalam hal ini disebut
mujtahid mutlaq.
2. Ijtihad Juz-I, yaitu ijtihad yang hanya meliputi sebagian masalah hukum tertentu.
Seorang mujtahid yang melakukan ijtihad semacam ini disebut mujtahid juz-I.
3. Ijtihad yang berusaha menggali dan menemukan hukum dari dalil-dalil yang telah
ditentukan.
4. Ijtihad yang bukan untuk menggali dan menemukan hukum, tetapi menerapkan hukum
hasil penemuan mujtahid terdahulu pada masalah hukum yang muncul kemudian.
5. Ijtihad yang dipandang sebagai penemuan atau ijtihad yang dilakukan oleh orang yang
memiliki kemampuan berijtihad sesuai dengan syarat yang ditentukan.
6. Ijtihad yang dipandang sebagai bukan penemuan atau ijtihad yang dilakukan oleh orang
yang tidak memiliki kemampuan berijtihad sesuai dengan syarat yang ditentukan.
7. Ijtihad yang hanya dilakukan satu orang saja.
8. Ijtihad yang dilakukan oleh sejumlah orang secara kolektif.
METODE DALAM IJTIHAD
 Ijma’
Ijma’ ialah kesepakatan hukum yang diambil dari musyawaroh para ulama’ tentang suatu masalah atau suatu
perkara yang tidak ditemukan hukumnya didalam AL-Quran atau Hadits. Tetapi rujukannya ada didalam Al-Quran
dan Hadits.
 Qiyas
Qiyas memiliki arti menyamakan dengan kata lain qiyas ialah menetapkan suatu hukum pada suatu perkara baru
dengan cara menyamakan atau membandingkan hukum sesuatu perkara baru dengan hukum lain yang sudah ada
hukumnya dalam nash dikarenakan adanya persamaan sebab, manfaat, bahaya, atau aspek lainnya
 Maslahah Mursalah
Yaitu menetapkan hukum yang sama sekali tidak ada nashnya dengan pertimbangan untuk kepentingan hidup
manusia dengan menarik segala yang memberikan manfaat dan menghindari segala yang mendatangkan mudharat.
 Istihsan
Yaitu memandang sesuatu lebih baik sesuai dengan tujuan syariat dan meninggalkan dalil khusus dan mengamalkan
dalil umum
 Istishab
Yaitu mengambil hukum yang telah ada atau ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai hingga sekarang, sampai
ada ketentuan dalil yang dapat mengubahnya
 Urf
Yaitu kebiasaan yang sudah mendarah daging dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat. Ada dua macam ‘urf :
Pertama ‘urf shahih, yaitu ‘urf yang dapat diterima oleh masyarakat secara luas, dibenarkan oleh akal yang sehat,
membawa kebaikan dan sejalan dengan prinsip nash
 Saddu adzari’ah
Adalah memutuskan suatu perkara yang mubah makruh atau haram demi kepentingan umat. Contoh jika
mengerjakan shalat Jum’at adalah wajib, maka wajib pula berusaha untuk sampai ke masjid dan meninggalkan
perbuatan lain
TINGKATAN MUJTAHID

1. Mujtahid fi al-syar’i bisa di sebut dengan mujtahid mustaqil. Ialah orang yang

IJTIHAD
membangun suatu madzab seperti imam mujtahid yang empat yaitu Imam Abu
Hanifah, Maliki, Syafi”i, dan Ahmad bin Hambal.

2. Mujtahid fi al-mazhab, ialah mujtahid yang tidak membentuk madzab sendiri


tetapi mengikuti salah satu imam madzab saja..
Di Susun Oleh Kelompok 2 :
3. Mujtahid fi al-masa’il ialahFathul Rizkiyah
mujtahid yang berijtihad hanya1903011012
pada beberapa masalah
Gina yang
dan bukan pada masalah-masalah Hesti Iswari
umum.. 1903011031
Hilda Nur Alviya 1903011008
4. Mujtahid muqoyyad ialah mujtahid yang mengikat
Shinta Nirmala Saridiri dengan pendapat ulama’
1903011041
salaf dan mengikuti ijtihad mereka.
KESIMPULAN
Ijtihad adalah bahasa arab berbentuk "mashdar" yang berasal dari
kata “Ijtahada”, artinya bersungguh-sungguh, berusaha keras atau
mengerjakan sesuatu dengan susah payah. Dengan kata lain,ijtihad
adalah pengerahan segala kesanggupan seorang faqih (pakar fiqih
islam) untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu
melalui dalil syara’. Dari definisi tersebut mengindikasikan bahwa
ijtihad adalah hasil dari pemikiran manusia (mujtahid) yang
pencarian hukumnya didasarkan pada al-Qur’an dan Hadist.
Syarat-syarat menjadi mujtahid itu ada tiga syarat, yakti yang
bersifat umum, utama, maupun pendukung.
Dasar-dasar hukum ijtihad dilandasi dalil-dalil dari Al-Qur’an dan
Hadits

Anda mungkin juga menyukai