Tersisihnya Perawatan Paliatif dengan filosofi dan tujuannya, tampak juga dari
berbagai kebijakan dalam bidang kesehatan yang dibuat oleh berbagai pihak, hampir
selalu terlihat: “... preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Hampir tidak pernah
tercamtum “paliatif”. Meskipun pada kenyataannya sering Perawatan Paliatif
dibutuhkan dalam implementasi kebijakan tersebut.
Apalagi kebijakan untuk paliatif care telah dicanangkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 604/MENKES/SK/IX/1989, dan
telah lebih jelas lagi dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 812/MenKes/SK/VII/2007 dengan
penjelasannya yang terdapat di dalam lapiran surat keputusan
tersebut.
Definisi Perawataan Paliatif yang diberikan oleh WHO pada tahun 2005 bahwa perawatan paliatif
adalah sistem perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup, dengan cara
meringankan nyeri dan penderitaan lain, memberikan dukungan spiritual dan psikososial mulai saat
diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat dan dukungan terhadap keluarga yang kehilangan/berduka.
Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat aktif dan menyeluruh,
dengan pendekatan multidisiplin yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengurangi penderitaan
pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas hidupnya, juga memberikan support
kepada keluarganya. Meski pada akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, serta tidak stres menghadapi penyakit yang dideritanya.
Tujuan Palliative Care
Istilah "perawatan paliatif" umumnya mengacu pada setiap perawatan yang meredakan gejala,
apakah ada atau tidak ada harapan penyembuhan dengan cara lain.
Pengobatan paliatif bermaksud mengurangi nyeri dan mengurangi symptom selain nyeri seperti
mual, muntah dan depresi. Perawatan bagi mereka yang akan segera meninggal pertama didirikan
di Inggris melalui lokakarya cicely Saunders di RS Khusus St. Christopher, RS khusus tersebut
pindah ke AS pada thn 1970an.
RS khusus pertama di AS adalah RS New Haven yang kemudian menjadi RS khusus Connecticut.
RS tersebut kemudian menyebar ke seluruh Negara.
Sedangkan di Indonesia sendiri, perawatan paliatif baru dimulai pada
tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr. Soetomo (Surabaya), disusul RS
Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais (Jakarta), RS
Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan
RS Sanglah (Denpasar).
Pelayanan yang diberikan meliputi:
Rawat jalan
Rawat inap (konsultatif)
Rawat rumah, yaitu dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah
penderita.
Day care, merupakan layanan untuk tindakan medis yang tidak
memerlukan rawat inap, seperti perawatan luka,kemoterapi dll.
Respite care, merupakan layanan yang bersifat psikologis
Di Amerika Serikat saat ini, 55% dari rumah sakit dengan lebih dari 100 tempat tidur
menawarkan program perawatan paliatif, dan hampir seperlima dari rumah sakit
masyarakat memiliki program perawatan paliatif.
Di Surabaya, tepatnya di RS Dr. Soetomo, perawatan palliative sudah berjalan dengan baik.
Sedangkan di Makassar sendiri, hal tersebut belum begitu optimal.
Bahkan pada tanggal 15 Mei 2010 telah dideklarasikan secara resmi di Surabaya sebagai
kota paliatif di Taman Bungkul Surabaya, dengan demikian surabaya menjadi kota paliatif
pertama di Indonesia.
Dari sini diharapkan pasien kanker bisa mendapatkan penanganan lebih baik melalui
pelayanan paliatif.
4. PERKEMBANGAN PALIATIF
CARE D INDONESIA
Di Indonesia perawatan paliatif baru dimulai pada tanggal 19 Februari 1992 di RS Dr.
Soetomo(Surabaya), disusul RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS WahidinSudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).
Di RS Dr. Soetomo perawatan paliatif dilakukan oleh Pusat Pengembangan Paliatif dan
Bebas Nyeri. Pelayanan yang diberikan meliputi rawat jalan, rawat inap (konsultatif),
rawat rumah, day care, dan respite care.
Menurut Prof. R. Sunaryadi Tejawinata dr., SpTHT (K), FAAO,
PGD.Pall.Med (ECU) –Kepala Pusat Pengembangan Paliatif & Bebas
Nyeri RSU Dr. Soetomo periode 1992-2006– salah satu aspek penting
dalam perawatan paliatif adalah kasih, kepedulian, ketulusan, dan rasa
syukur. Begitu pentingnya aspek ini, sampai melebihi pentingnya
penanganan nyeri yang mutlak harus dilakukan dalam perawatan
paliatif.
DOKTE DOKTER
R
PERAWAT UMUM AHLI GIZI
SPESIALIS
FARMASI
PSYCHO
LOG
PASIEN
FISIOTERA ROHANIA
PIST WAN
RELAWAN
SOSIAL
MEDIS KELUARG
PELAKU
RAWAT
Keberhasilan tim
Kerjasama efektif & pendekatan interdisipliner
Setiap anggota tim memahami peran & fungsinya
Menyusun dan merancang tujuan akhir perawatan
secara bersama
Tidak ada anggota tim yang primadona
Tim adalah motor penggerak semua kegiatan pasien
Proses interaksi antar tim merupakan kunci
keberhasilan utama
Ruang lingkup Perawatan Paliatif
Kanker
HIV / AIDS
Gagal ginjal
Strooke
Diabetes
CHF
Penyakit degeneratif lainnya
Usila
Model / Tempat Perawatan Paliatif
1.Rumah sakit (
Hospice Hospital
Care) :
Poliklinik
Rawat singkat
Rawat Inap
2. Rumah (Hospice
home care)
3. Hospis ( Hospice
care)
4. Praktek bersama
Tim / Kelompok
perawatan paliatif
Quality of Life (J.J Clinc dkk
Physical concern
Functional ability
)
Family well-being
Emotional well-being
Spiritual life
Social Functioning
Treatment satisfaction
Future orientation
Sexuality/intimacy/body image
Occupational functioning
Perilaku Caring (J. Watson)
Evaluation Asesment
(biopsycho (biopsychososio
Sosio Spiritual)
Spiitual)
DX
(biopsychososio
Implementation Spiritual)
(biopsychososio NCP
Spiritual) (biopsychososio
Spiritual)
Pengkajian fisik.
Kondisi fisik
pasien secara
keseluruhan
dari ujung rambut
sampai ke ujung
kaki
Pengkajian psikhososiospiritual :
Kemampuan fungsi sosial
Kondisi mental / emosional
Hubungan interpersonal
Kegiatan yang dilakukan
Konflik dalam keluarga
Peran sistem budaya, spiritual & aspek religius
Sumber keuangan
Komunikasi
Kepribadian/personality
Adat istiadat /pembuat keputusan
Pengkajian….
Aspek religius /
kepercayaan
Pertahanan / koping
Sistim nilai
Hubungan antar
anggota kel
Stresor yang
dihadapi
Permasalahan ps. Paliatif
(RSKD, 2005)
Nyeri 55, 76 %,
Nutrisi,24%,,
luka kanker, luka dekubitus, stoma, konstipasi,
inkontinensia, perdarahan kelemahan umum ,
masalah eliminasi, masalah pernapasan,
psikhososiospiritual,dll 20, 24%
Masalah Keperawatan
http://ugm.ac.id/new/id/berita/2936-mengembangkan-
perawatan-paliatif-di-indonesia.xhtml
TERIMA KASIH