0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan19 halaman
Batuk adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan saluran napas. Batuk dapat disebabkan oleh iritasi di dalam atau luar paru. Ada tiga jenis obat batuk yaitu antitussif untuk menekan batuk, ekspektoran untuk meningkatkan batuk produktif, dan mukolitik untuk mengencerkan dahak.
Batuk adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan saluran napas. Batuk dapat disebabkan oleh iritasi di dalam atau luar paru. Ada tiga jenis obat batuk yaitu antitussif untuk menekan batuk, ekspektoran untuk meningkatkan batuk produktif, dan mukolitik untuk mengencerkan dahak.
Batuk adalah mekanisme fisiologis untuk membersihkan saluran napas. Batuk dapat disebabkan oleh iritasi di dalam atau luar paru. Ada tiga jenis obat batuk yaitu antitussif untuk menekan batuk, ekspektoran untuk meningkatkan batuk produktif, dan mukolitik untuk mengencerkan dahak.
fisiologis untuk membersihkan dan melindungi saluran nafas dari sekret benda asing dan zat lain. Mekanisme kerja batuk terjadi secara reflektoris karena rangsangan pada reseptor batuk yang dialirkan melalui serabut eferen ke pusat batuk Ransangan yang dapat mencetuskan terjadinya refleks batuk dapat berasal dari : (a) Dalam paru seperti inflamasi, alergi zat kimia dan termal; (b)luar paru seperti radang pada saluran nafas atas; (c) sentral JENIS BATUK Batuk produktif Batuk yang mehasilkan atau mengeluarkan sekret atau dahak. ekspektoran, mukolitik Batuk non produktif Atau batuk kering adalah batuk yang tidak menghasilkan apa-apa. Antitusif PENGOBATAN Pemberian obat batuk biasanya didasarkan pada alasan bahwa batuk sudah tidak fisiologis lagi, sudah mengganggu atau batuk sudah tidak efektif sehingga sekret tidak dapat dikeluarkan.
Obat yang digunakan untuk batuk yang
sudah abnormal dibedakan atas antitusif, ekspektoran dan mukolitik. ANTITUSIF Yaitu obat penekan batuk adalah obat yang secara spesifik menghambat atau menekan batuk. Berdasarkan tempat kerjanya dibagi atas: a. Antitusif kerja sentral narkotik non narkotik a. Antitusif kerja perifer ANTITUSIF NARKOTIK
Berpotensi untuk memiliki efek adiksi
dan mempunyai potensi untuk disalahgunakan. Contoh : kodein, morfin, dihidromorfinon, dihidrokodeinon, pholcodine, pantopon, meperidin, levofanol. Kodein Nama lain: metil morfin MK : kodein bekerja dengan menekan pusat batuk di medula oblongata. Farmakokinetik: diserap baik dengan pemberian oral, efektif dalam waktu 1-2 jam dan berlangsung 4-6 jam, metabolisme dihati dan diekskresikan penuh lewat urin dalam waktu 24 jam. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam ASI. Efek samping: Dosis 10-30 mg digunakan sebagai obat batuk dan jarang menimbukan ES. Dosis 60-80 mg dapat menimbulkan gelisah, hipotensi, vertigo dan midriasis Dosis 100-500 mg dapat menimbulkan nyeri abdomen atau konstipasi ANTITUSIF NON NARKOTIK
Adalah obat batuk yang tidak
menimbulkan sifat adiksi dan potensinya disalahgunakan kecil. Contoh : DMP, Noskapin, levopropoksifen, difenhidramin, Dekstrometorphan (DMP)
Adalah derifat morfin sintetik yang bekerja
sentral dengan meningkatkan ambang rangsang refleks batuk seperti kodein DMP berbeda dengan kodein karena tidak memiliki efek analgesik, sedasi, efek pada saluran cerna, dan tidak mendatangkan adiksi. DMP juga dilaporkan memiliki efek pengurangan sekret dan efek antiinflamasi ringan. Efek samping : efek penekanan aktifitas silia bronkus hanya terjadi pada dosis tinggi. Toksisitasnya rendah. Dosis berlebihan meninbulkan pusing, sakit kepala, mual dan muntah, dalam dosis yang sangat besar ditemukan depresi pernapasan secara bermakna. Dosis: dosis dewasa 10-20 mg setiap 4-6 jam, meningginya dosis tidak akan memperkuat efek tetapi dapat memperpanjang kerjanya 10-12 jam. Contoh lain Noskapin : dosis dewasa 3X sehari 15- 30 mg. Memiliki efek antitusif yang sama dengan kodein . ES berupa gangguan saluran cerna. Lefopropoksifen: 50-100 mg ANTITUSIF KERJA PERIFER Termasuk dalam golongan ini adalah anastesi lokal (lidokain, lignokain, tetrakain, dan kokain) dan demulsen. Obat-obat ini bekerja pada reseptor disaluran nafas bagian atas melalui efek anastesi lokalnya dan secara tidak langsung mengurangi iritasi lokal melalui pengaruhnya pada mukosa saluran nafas bagian atas. Mekanisme kerja lain dengan mengatur kelembaban udara dalam saluran nafas dan relaksasi otot polos bronkus pada saat spasme bronkus. EKSPEKTORAN Adalah obat-obat yang memperbanyak batuk yang produktif dengan meningkatkan volume sekret bronkial. MK: Obat-obat ini diperkirakan bekerja secara refleks merangsang kelenjer sekretori saluran nafas bagian bawah sebagai hasil efek iritasi pada mukosa lambung. Obat ini dapat menurunkan viskositas sputum atau mempermudah ekspektorasi. Obat-obat ini lebih tepat disebut sebagai mukokinetik karena memperlancar gerakan pengeluaran mukus. Contoh ekspektoran Ipekak: dianggap mampu membantu sekresi cairan saluran nafas. Juga memiliki efek merelaksasi otot polos bronkus. Pada anak, biasanya diberikan 0,5-2 ml sirup ipekak setiap 2-3 jam untuk membersihkan saluran napas dari mukus yang kental dan lengket. OBH: terdiri dari campuran amonium klorida dengan kayu manis (Succus liquiritae) . OBP: terdiri dari campuran sirup simpleks dan minyak pepermint (Oleum mintae piperitae ). Minyak pepermint ini merupakan zat yang mudah menguap yang merangsang lambung dan mukosa saluran nafas yang menimbulkan batuk dengan pengeluaran sekret bronkus yang encer. kalium iodida : obat ini mempunyai potensi menurunkan viskositas sputum dan memperbaiki kecepatan gerak silia trakeobronkus. MUKOLITIK Adalah obat yang dapat membantu menurunkan viskositas sputum, khususnya dari saluran nafas bagian bawah. MK: obat ini mengurangi atau menghilangkan benang2 mukoprotein dan mukopolisakarida yang terdapat dalam sputum dengan cara membuka ikatan disulfida pada mukus dan DNA Cat: ikatan disulfida pada mukus merupakan penyebab sputum jadi kental dan liat Contoh mukolitik Bromheksin: *merupakan derifat sintetikdari alkaloid tumbuhan Adhatoda vasica yang dinamakan visicine. Pemberian per oral dapat mengurangi viskositas sekret bronkus. *Volume sputum yang diekspektorasikan bertambah tetapi tidak memperbaiki fungsi ventilasi paru. *ES dapat berupa iritasi saluran cerna dengan gejala mual dan muntah. Asetilsistein: *memiliki gugus sulfhidril bebas yang dapat membuka ikatan disulfida pada mukus dan menurunkan viskositas sputum. *Selain sebagi mukolitik, asetilsistein bersifat antioksidan yang dapat melindungi saluran nafas bawah dari bahaya oksidan yang berlebihan. obat ini dapat diberikan secara inhalasi dan peroral *ES berupa iritasi saluran cerna (mual dan muntah) dan reaksi alergi (bronkospasme, hipotensi dll.) selain itu dapat berbentuk sekret yang berlebihan sehingga perlu disedot pada bayi.