Anda di halaman 1dari 34

PENDEKATAN KLINIS

PADA PASIEN DENGAN


KELUHAN BATUK
BERDARAH
RULLYN SUZANA SAPUTRI ELVA PATABANG 102014029
MANDAR
ALDESY YUSTIKA INDRIANI
102010243 102014076
RAENA SEPRYANA102012309 TRY SATRIO WICAKSONO
ROBERT TUPAN US ABATAN10 102014140
2012335 YOSEPHA VEBRIATI HUTAURUK
AYU ASMARITA 102013390 102014147
Skenario 2
• Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang ke poliklinik RS dengan keluhan batuk darah
sekitar setengah gelas air mineral sejak 1 hari yang lalu.
Rumusan Masalah
• Seorang laki-laki berusia 56 tahun dengan keluhan batuk darah

Hipotesis
• Seorang laki-laki berusia 56 tahun datang dengan keluhan batuk darah sekitar setengah gelas
air mineral sejak 1 hari yang lalu yang merupakan gejala hemoptysis (batuk darah).”
MIND MAP

Komplikasi Prognosis Anamnesis

Tata laksana
P. Fisik
RM
Manifestasi Klinik
P. Penunjang

Patofisiologi
Etiologi DD
SASARAN BELAJAR

• Mahasiswa dapat melakukan pendekatan diagnosis banding pada pasien batuk darah.
• Mahasiswa mengetahui patofisiologi, etiologi, klinis penderita dengan keluhan batuk darah
beserta diagnosa bandingnya.
• Mahasiswa mengetahui tatalaksana pasien batuk darah beserta diagnosa bandingnya.
• Mahasiswa dapat mengklasifikasikan jenis penderita TBC, pneumonia, jamur paru, PPOK,
abses paru.
ANAMNESIS

RPS

•Identitas KU
•Sifat Batuk :
sputum
RPD RPK RPSos
pasien •Lama dan Onset
•Keluhan Nyeri
•BB

• Batuk dialami sejak 4 bulan terakhir, sedikit


dahak, nyeri dan sesak (-).
• PS merasa semakin kurus sejak 3 bln yll.
• Tidak pernah berobat sebelumnya.
• Badan terasa hangat hilang timbul sejak 1 bln yll.
PEMERIKSAAN FISIK

1. KU tampak sakit ringan  Kepala :


2. Kesadaran compos • Mata : konjungtiva anemis,
mentis sklera tidak ikterik
3. TTV : • Leher : tidak teraba KGB
 TD 130/90 mmHg yang membesar, JVP 5-2 cm
 N 78 x/menit H2O, tiroid tidak teraba
 RR 20x x/menit membesar
 Suhu 37,2

 Thorak :  abdomen :
• Pulmo : SN • Perut datar  Ekstemitas :
bronkovesikuler • Nyeri tekan (-) • Akral hangat
• Cor : BJ I-II murni • Bising usus (+) • Perfusi < 3 detik
reguler normal
DIFERRENTIAL DIAGNOSIS

TBC Paru Bronkiektasis Ca paru

PPOK (bronkitis
Pneumonia
kronik)

Mikosis paru Abses paru


1. TBC PARU

Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Darah
2. Tes serologis
3. Radiologis
4. Pemeriksaan Sputum

Etiologi Epidemiologi

 Maret 1993 WHO mendeklarasikan


TB sebagai global helath emergency.
 Indonesia adalah negeri dengan
prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
setelah China dan India
GEJALA KLINIS TB PARU

1. Demam
2. Batuk/batuk darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada
5. Malaise, berupa
anoreksia, penurunan
berat badan, sakit
kepala, meriang, nyeri
otot, keringat malam
PATOGENESIS TB PARU

Tuberkulosis primer Droplet terisap oleh orang


nuclei sehat, ia akan
menempel pada
sarang Bila kuman menetap di saluran napas atau
tuberkulosis jaringan paru, jaringan paru
pneumonia kecil berkembang biak dalam
dan disebut sitoplasma makrofag
sarang primer
atau afek primer Kuman akan di
atau sarang Sarang primer limfangitis serang netrofil,
(fokus) Ghon lokal + limfadenitis dan makrofag
regional = kompleks
primer (Ranke).
Sembuh sama sekali

Sembuh dengan
Kompleks primer meninggalkan sedikit bekas

Berkomplikasi dan menyebar


Tuberkulosis sekunder Sarang dini ini mula-
mula juga berbentuk
sarang pneumonia
kecil

infeksi eksogen
dari usia muda
menjadi TB usia Dalam 3-10 minggu
tua (elderly sarang ini menjadi
tuberculosis) tuberkel

Direabsorpsi kembali dan sembuh


tanpa meninggalkan cacat
jumlah kuman,
virulensi-nya dan
Sarang yang mula-mula meluas,
imunitas pasien, sarang
tetapi segera menyembuh dengan
dini ini dapat menjadi
serbukan jaringan fibrosis
2. CA PARU

Pemeriksaan penunjang

1. Foto thorax posterior


– anterior (PA) dan
lateral serta Tomografi
dada
2. Laboratorium
3. Histopatologi
4. Pemeriksaan Biologi
Molekuler
Epidemiologi
Etilogi
 Lombard dan Doering (1928), telah
 Belum diketahui melaporkan tingginya insiden kanker
 Sangat berhubungan paru pada perokok dibandingkan degan
dengan kebiasaan merokok yang tidak merokok
GEJALA KLINIS CA PARU
1. Lokal :
• Batuk
• Hemoptisis,
• Mengi (wheezing, stridor)
• kavitas
2. Invasi lokal :
• Nyeri dada
• Dispnea
• sindrom vena cava superior,
sindrom Horner
• suara serak
3. Gejala penyakit metastasis
4. Sindrom paraneoplastik
5. Asimptomatik
PATOGENESIS CA PARU

Etiologi percabangan segmen/ cilia hilang dan


sub bronkus deskuamasi

pengendapan
karsinogen

Metaplasia

hyperplasia

Displasia
3. BRONKIEKTASIS
Pemeriksaan penunjang
Etiologi
1. Foto toraks dada  ring
shadow 1. belum diketahui dengan
2. CT-scan  sig net ring jelas
3. Pemeriksaan sputum, kultur 2. dapat timbul secara
sputum, pewarnaan kongenital maupun
didapat.

Epidemiologi

1. Insidens perempuan lebih


tinggi dibandingkan laki-
laki.
2. ditemui pada perempuan
usia > 50 tahun yang
tidak merokok
GEJALA KLINIS BRONKIEKTASIS

1. Batuk, khasnya
batuk produktif
berlangsung
kronik, disertai
produksi sputum
2. Hemoptisis
3. Sesak napas
(dispnea), mengi
4. Demam berulang
PATOGENESIS BRONKIEKTASIS

Pseudomonas
aeruginosa atau proses peradangan dan merusak dinding
Haemophilus bronkus
influenza

menghasilkan pigmen, protease, dan toksin


yang dapat merusak epitel pernapasan dan
klirens mukosilier

Proses inflamasi dan gangguan klirens mukosilier


hipotesis “Vicious menyebabkan kolonisasi bakteri mudah terjadi
Cycle’ sehingga terjadi infeksi berulang

neutrofil dan
mediator lain keluar
4. PNEUMONIA
Pemeriksaan penunjang Etiologi
1. Foto toraks (PA/lateral)
2. Pemeriksaan laboratorium

Epidemiologi
Penyebaran kasus pneumonia
dipengaruhi oleh lingkungan hidup
pasien, pekerjaan, riwayat perjalanan,
pajanan dengan binatang pelihaaan,
dan adanya kontak dengan individu
yang sakit.
PATOFISIOLOGI PNEUMONIA

• Proses patogenesis pneumonia terkait dengan 3 faktor yaitu


1. keadaan (imuitas) inang
2. Mikroorganisme yang menyerang pasien
3. Lingkungan yang berinteraksi satu sama lain.
GEJALA KLINIS PNEUMONIA

1. infeksi saluran nafas atas akut


selama beberapa hari
2. Demam,
3. Menggigil
4. suhu tubuh meningkat - 40oC,
5. Sesak nafas,
6. Nyeri dada,
7. Batuk dengan dahak kental,
8. nyeri perut, kurang nafsu
makan, dan sakit kepala
5. MIKOSIS PARU

Pemeriksaan penunjang Etiologi

1. Pemeriksaan 1. Candida albicans


mikroskopis 36,67%
2. Biakan
3. Serologi
Epidemiologi

1. 3,35% mikosis paru


pada pasien dengan
gejala batuk kronik
dan berdahak.
GEJALA KLINIS MIKOSIS PARU

1. Batuk, batuk
kronik dengan
dahak
2. kadang-kadang
sesak napas
3. Batuk darah
4. Sakit dada
5. Demam
PATOGENESIS MIKOSIS PARU
6. PPOK (BRONKITIS KRONIK)

Pemeriksaan penunjang Etiologi

1. Tes Spirometri 1. Dapat dipicu oleh berbagai faktor


2. COPD Assessment seperti merokok, pajanan
Test lingkungan pekerjaan, polusi udara,
3. Pemeriksaan dll.
radiologis
Epidemiologi

1. Kedua jenis kelamin dan semua


usia dapat terkena,
2. Bronkitis kronik 4 sampai 10 kali
lebih sering pada perokok berat
PATOGENESIS BRONKITIS KRONIK

iritasi kronik oleh


bahan-bahan yang hipersekresi mucus di
terhirup, misalnya asap saluran napas besar
rokok

Seiring dengan menetapnya bronkitis


kronik, juga terjadi peningkatan mencolok
jumlah sel goblet di saluran napas kecil-
bronkus kecil dan brokiolus sehingga
terjadi produksi mucus yang berlebihan
yang ikut menyebabkan obstruksi saluran
napas.
GEJALA KLINIS PPOK (BRONKITIS KRONIK)

1. Gejala utama batuk berdahak yang menetap


2. Selama bertahun-tahun, tidak ada gangguan pernapasan lain,
tetapi akhirnya pasien mengalami sesak jika beraktivitas
(berolahraga)
ABSES PARU

Pemeriksaan penunjang Etiologi


Kelompok bakteri
1. Laboratorium anaerob
2. Radiologi  radiolusen dalam  Kelompok bakteri
aerob
bayangan infiltrat yang padat  Kelompok jamur
 Parasit, amuba
GEJALA KLINIS ABSES PARU

1. Badan terasa lemah


2. Tidak nafsu makan
3. Penurunan berat badan
4. Batuk kering
5. Keringat malam
6. Demam intermitten bisa
disertai menggigil dengan
suhu tubuh mencapai
39,40C atau lebih
7. Nyeri dada
PATOGENESIS ABSES PARU

• Terjadinya abses paru biasanya melalui dua cara yaitu


1. Aspirasi
2. Hematogen
Penatalaksanaan
Nonmedikamentosa Medikamentosa

TB paru • Ketaatan pasien minum • INH (Isoniazid): dosis 5-


regimen obat 10 mg/KgBB/hr
• Rifampisin: dosis 450-600
mg/hr
• Etambutol: dosis 15
mg/kgBB/hr
• Streptomisin: dosis 20
mg/kgBB/hr
• Pirazinamid: dosis 15-40
mg/KgBB/hr

Ca paru • Bedah
• Kemoterapi
• Obat Anti Kanker

Bronkiektasis • Pengobatan konservatif


dan pengobatan
pembedahan
Non medika mentosa Medikamentosa
Pneumonia • istirahat • Penisilin
• hidrasi • Klindamisin
• teknik bernapas • Piperasilin –
• Tazobaktam

PPOK (bronkitis) • Rehabilitasi, terapi • Bronkodilatator


oksigen, ventilator. • Obat golongan
simpatomimetik
• Golongan antikolinergik
Mikosis • Mikosis sistemik adalah
amfoterisin B, flusitosin,
ketokonasol, itrakonasol
dan flukonasol
Abses paru • istirahat yang cukup • Klindamisin diberikan
•Diet bubur biasa dengan mula-mula dengan dosis
tinggi kalori tinggi protein 3x600 mg intravenous,
kemudian 4x300 mg
oral/hari
PROGNOSIS DAN PENCEGAHAN

• Tiap kemungkinan penyakit memiliki prognosis yang berbeda-beda


• Tindakan pencegahan dilakukan untuk meminimalisir kemungkinan perjalanan penyakit
menjadi lebih buruk.
KESIMPULAN

• Pada kasus ini, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang sesuai, maka akan mungkin
didapatkan diagnosis yang tepat dari pasien. Dengan adanya pemeriksaan penunjang yang
memadai untuk tiap kemungkinan penyakit yang dicurigai, working diagnosis akan
mengarah lebih tepat. Pada kasus ini, dikarenakan hasil pemeriksaan penunjang yang
spesifik yang diminta yaitu pemeriksaan BTA belum keluar, maka pasien belum dapat
didiagnosis sebagai tuberkulosis paru, untuk itu penting untuk membuat beberapa daftar
kemungkinan penyakit yang mungkin dari gejala klinik yang dikeluhakan pasien
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai