Anda di halaman 1dari 33

Khanisyah Erza Gumilar

KSM Obstetri-Ginekologi
RS Universitas Airlangga
Hepatitis – B (100%)
- kasus bumil dalam pengawasan, dirujuk ke RS

- bersalin di faskes oleh nakes

- HB0 dan HBIg < 24 jam; pemeriksaan serologis HBsAg dan


atau virologi saat bayi usia 9-12 bulan
- anak pemeriksaan serologis HBsAg (-)

HIV (100%)
- Bumil mendapat ARV-FDC 1x sehari seumur hidup

- Bersalin di faskes oleh nakes

- Bayi dari ibu positif mendapat ARV profilaksis dalam 24 jam,


EID, DBS saat mulai 6 minggu
- Anak hasil DBS dan EID (-), sehat tanpa ARV

Kemenkes RI, 2017


Sifilis (100%)
- Bumil diobati dengan Benzatin Penicillin G
sesuai dosis dan aturan
- Bersalin di faskes oleh nakes
- Anak titer RPR (-) atau sama denga titer ibu
anak sehat, tanpa cacat atau kematian

Kemenkes RI, 2017


 Hepatitis: Inflamasi liver, dapat disebabkan virus hepatitis
(A,B,C, D dan E)
 Mengapa Hepatitis B ???
Terbanyak: sekitar 2 milyar penduduk terinfeksi Hepatitis
B, 248 juta merupakan karier kronik
Menjadi isu global karena insiden tinggi dan komplikasi
yang berat
Asia tenggara merupakan daerah endemis
Hepatitis B kronis: asimptomatik, tidak tahu jika terinfeksi
 dapat menularkan virus sepanjang hidupnya
Hepatitis B lebih infeksius 50-100 kali dari HIV
Skrining, vaksinasi dan imunoglobulin  ‘cost saving’
dibandingkan perawatan penyakit liver berat saat dewasa
(sirosis, kanker )
 Penularan infeksi hepatitis B: darah, hubungan sexual, jarum
suntik, tato, transmisi vertikal
 Mayoritas infeksi terjadi pada saat persalinan (Transmisi
Vertikal)
 HBV dewasa: 95% sembuh, 5% kronis
 HBV anak (<5 tahun): 90% kronis, asimptomatik  40%
morbiditas, 25% mortalitas (karena sirosis dan kanker liver)
 Infeksi Akut
oPenyebab utama ikterus pada kehamilan
oGejala hepatitis (+)
oJarang menjadi berat, tidak berhubungan
dengan mortalitas ibu dan teratogenitas
janin
 Infeksi Kronis
oTidak ada gejala sama sekali
oHanya diketahui dari evaluasi serologi
 HBsAg  surface
menunjukkan ada tidaknya virus Hep-B dalam tubuh
 HBeAg  envelope
menunjukkan replikasi virus  infeksius
 HBsAb / Anti HBS  Hepatitis-B surface Antibody
menunjukkan ada tidaknya kekebalan
 HBcAb /Anti HBC  Hepatitis-B core Antibody
menunujukkan periode “jendela”. Diperiksa dengan
IgM anti HBc
 IgM anti HBc  Immunoglobulin-M anti HBc
menunjukkan kronis atau akut suatu infeksi
 HBV DNA  Hepatitis-B Virus DNA
menunjukkan jumlah virus di dalam tubuh
 Pada Ibu dengan HBsAg (+)
 Transmisi hepatitis B dari Ibu ke janin / bayi (90%)
 Terjadi dalam rahim (transplasenta), saat persalinan dan saat
nifas
 Transmisi paling sering terjadi saat persalinan (90%) karena
paparan sekret, darah jalan lahir dengan mukosa bayi
 Transmisi berhubungan dengan HBeAg (+) (replikasi tinggi)
dan viral load (HBV DNA > 106 IU/mL)
 SC ≠proteksi terhadap transmisi vertikal (paparan darah)
 breastfeeding diperbolehkan jika sudah mendapat vaksinasi
 Prevensi hepatitis B menjadi prioritas
 Universal precaution
 Universal screening
 Vaksinasi semua orang susceptible
 Penurunan transmisi signifikan terjadi setelah
dilakukan skrining hepatitis B rutin dan penggunan
vaksinasi pasif dan aktif untuk janin pada Ibu dengan
HBsAg(+)
 HIV - AIDS
 Mengapa HIV ???
Terbanyak: Bersaing dengan Hepatitis-B
Menjadi isu global karena insiden tinggi dan
komplikasi yang berat
Afrika dan Asia tenggara merupakan daerah
endemis
HIV (+) : asimptomatik, tidak tahu jika terinfeksi
 dapat menularkan virus sepanjang hidupnya
Skrining dan ARV  lebih dini tahu lebih baik
DITJEN P2P KEMENKES 2016
DITJEN P2P KEMENKES 2016
DITJEN P2P KEMENKES 2016
DITJEN P2P KEMENKES 2016
DITJEN P2P KEMENKES 2016
 Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia
reproduksi

 pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan


pada perempuan dengan HIV

 pencegahan penularan HIV dari ibu hamil dengan


HIV ke bayi yang dikandungnya

 Dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada


ibu dengan HIV beserta anak dan keluarganya

Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di FKTP, KEMENKES 2016


TUJUAN
Mencegah terjadinya kasus baru HIV pada bayi

Teknis Pelaksanaan
 Integrasi dengan KIA, KB dan Konseling remaja

 Rapid test HIV pada bumil, PUS dan Risti

 Pemberian ARV pada bumil

 Konseling bumil HIV

 Metode persalinan (ARV teratur >6 bulan dan VL <


1000 pada minggu ke-36)

Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di FKTP, KEMENKES 2016


 ARV Profilaksis pada bayi (1hari s.d 6
minggu)
 Profilaksis cotrimoxazole (6 minggu – 12
bulan)
 Laktasi..???  SuFor Saja (mixed feeding tidak
direkomendasikan)

Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di FKTP, KEMENKES 2016


 Maternal
◦ Korioamnionitis
◦ Postpartum endometritis
◦ Infeksi Luka

 Fetal
◦ Persalinan Prematur

Maternal Fetal Evidence Based Guideline 3rd edition, 2017


 Screening
◦ Rapid Test adalah WAJIB untuk diperiksakan

 Prinsip Penanganan
◦ Tujuan terapi yaitu mencapai HIV-1 RNA level <1000
copies/mL
◦ Risiko transmisi perinatal mencapai <2% dengan Terapi
ARV efektif, SC elektif sesuai indikasi dan menghindari
laktasi*
 Preconception Counseling
 Prenatal Care

Kualitas Hidup, menjaga sistem imun,


menekan replikasi virus dan mencegah
transmisi vertikal
Maternal Fetal Evidence Based Guideline 3rd edition, 2017
Keterangan: AZT/ZDV: zidovudin; 3TC: lamivudin; FTC: emtricitabin; NVP:
nevirapin; EFV: efavirens; TDF: tenovofir
◦ Terapi ARV yang sesuai (menghindari teratogenik)
◦ Profilaksis Infeksi oportunistik
◦ CD4 level dan viral load
◦ Imunisasi
◦ Status gizi, suplementasi (folic acid)
◦ Skrining STD
◦ Kesiapan pasangan dan keluarga

◦ Mulitidisiplin ilmu
◦ Obstetri (Feto Maternal), Internis dan Spesialis lain yang
terkait

Maternal Fetal Evidence Based Guideline 3rd edition, 2017


 Gunakan data viral load terbaru!!!
 >1000 copies/mL sebaiknya dilakukan SC
elektif 38mgg dengan penambahan
profilaksis zidovudine

 Women with HIV infection who have access to an


adequate supply of infant formula or other suitable
source of nutrition should not breast-feed
 If access to an alternate nutrition source is not
sufficient to completely replace breast-feeding,
then exclusive breast-feeding is preferable
Maternal Fetal Evidence Based Guideline 3rd edition, 2017
 Tetap Lanjutkan ARV sesuai dengan regimen
sebelum hamil

 All HIV-exposed infants should receive postpartum


ART drugs to reduce perinatal transmission of HIV.
 Infant prophylaxis should be initiated as soon as
possible postdelivery.
 HIV diagnostic testing to establish or rule out HIV
infection as early as possible

Maternal Fetal Evidence Based Guideline 3rd edition, 2017


 Sifilis meningkatkan virulensi HIV pada ODHA
 Infeksi sifilis meningkatkan risiko transmisi
HIV 3-5kali
 Dapat menyebabkan abortus, pematuritas,
BBLR, sifilis kongenital
 Dini: lahir s.d 2 tahun
 Lanjut: persisten hingga lebih dari 2 tahun
pasca natal
 Asimtomatik >50% kasus
 Keratitis interstisial, limfadenopati,
hepatosplenomegaly, neurosifilis, dll
 Akuisita
Sifilis Dini: Primer, Sekunder, laten dini
Sifilis Lanjut: Laten lanjut, tersier
 Congenital
Sifilis Dini
Sifilis Lanjut
 Diagnosis pasti: darkfield microscope, PCR,
antibody fluoresen
 Tidak sensitif pada specimen darah

 Manifestasi klinis + tes Serologi

 Skrining: Tes Non-Trepanoma  RPR / VDRL

 Diagnosis: Tes Treponema  TPHA, TPPA, TP Rapid


Stadium Terapi
Primer Benzatin benzyl penicillin 2,4 juta IU IM tiap minggu
selama 3x berturut-turut;
Sekunder Procain Benzyl Penicilin 600.000 IU tiap hari selama
30 hari
Laten
Alergi Penisilin
Eritromisin 4x500mg selama 14 hari
Ceftriaxone 1x1g IM selama 10-14 hari
Azitromisin 2g sekali per oral
 Vaksinasihepatitis B wajib harus dilakukan pada
bayi baru lahir

 Universal Screening (HBsAg)  lebih ideal jika


dilakukan dan diketahui prakonsepsi

 BerikanHBIg (imunisasi pasif) dan vaksinasi


hepatitis B pada semua bayi yang lahir dari Ibu
HBsAg (+)

 Lakukan vaksinasi pada seseorang yang


susceptible
 Universal Precaution adalah KEWAJIBAN

 Universal Screening (Rapid Test)  lebih


ideal jika dilakukan dan diketahui
prakonsepsi

 Periksakan Triple screening HepB – HIV -


SIfilis

Anda mungkin juga menyukai