Anda di halaman 1dari 24

JOURNAL READING:

DIAGNOSIS AND TREATMENT OF


URTICARIA IN PRIMARY CARE
MALEK ASLAN, NECMETTIN A
Christian Rivandika
1820221081

Pembimbing
dr. Reni Fajarwati, Sp.KK
PENDAHULUAN

 Urtikaria adalah penyakit yang dikarateristikan dengan eritema, edema,


bercak urtikaria yang segera hilang dan gatal, dan menutupi kulit dan
membran mukosa
 Dikenal juga sebagai biduran oleh orang awam. Sangat umum terjadi.
8,8 – 20% masyarakat mengalami serangan urtikaria paling tidak sekali
semasa hidupnya. Urtikaria bisa muncul pada segala usia dan jenis
kelamin tapi lebih sering muncul pada dewasa muda
KLASIFIKASI

 Urtikaria Akut Spontan


 Urtikaria Kronis Spontan (CSU)
 Urtikaria Fisik
 Episodik Urtikaria Kronis
PATOFISIOLOGI

 Mekanisme utama dari pembentukan urtikaria adalah pelepasan


berbagai macam mediator dari sel mast. Reaksi hipersensitivitas tipe 1
dependen imunoglobulin E sering terlihat pada urtikaria akut
 Antigen masuk kedalam tubuh dan berikatan dengan antibodi spesifik
pada sel dan dan basofil, menyebabkan pelepasan berbagai macam
mediator, terutama histamin. Hasilnya, edema akibat eritema dan
peningkatan permeabilitas yang didahului vasodilatasi.
ETIOLOGI

 Obat-obatan
 Makanan
 Alergen respirasi  Faktor psikogenik
 Infeksi  Penyakit sistemik
 Urtikaria kontak  Urtikaria fisik
 Gigitan serangga  Keturunan
 Idiopatik urtikaria
MANIFESTASI KLINIS

 Bercak urtikaria memiliti tiga karakteristik sperti kemerahan, melepuh,


dan gatal. Terkadang, sensasi terbakar bisa muncul. Lesi dapat muncul
dimana saja ditubuh dan pemulihan sekitar 2 – 3 jam tanpa
meninggalkan bekas. Penyembuhan spontan bisa berlangsung hingga 1
hari.
 Pada angioedema, khususnya pada daerah kelopak mata dan mukosa
bibir. Bida muncul pembengkakan kulit yang mendadak
 Dermografisme adalah eritema dan edema yang terjadi sekitar 10 – 20
menit setelah memberikan trauma buatan ke kulit
DIAGNOSIS DAN DIFERENSIAL
DIAGNOSIS
 Sangatlah penting untuk mendapatkan anamnesis yang mendetail dari
pasien urtikaria untuk mendapatkan etiologi. Pasien perlu ditanyakan
onset, perjalanan penyakit, lokalisasi lesi, keluhan sistemik, riawayat
makanan, stres, dan penggunaan obat
 .Pemeriksaan lab rutin dan tes alergi tidak diperlukan pada urtikaria
akut. Pada guidline yang di publis di Amerika Serikat, dilaporkan tidak
ada bukti untuk menunjang diagonosis
 drug eruption, ruam akibat virus, penyakit jaringan ikat, penyakit foto
sensitif, urtikaria pigmentosa, urtikaria vaskulitis, dan beberapa
penyakit sindrom
TATALAKSANA

Langkah Dasar pada Tatalaksana


 Mengeleminasi dari etiologi yang diketahui dan menghindari pencetus
merupakan langkah awal dari penanganan. Jika pasien mengatakan
keluhan muncul pada waktu tertentu seperti setelah mengkonsumsi
obat atau makanan, maka pasien harus meghindarai mengkonsumsi
lebih lanjut. Jika ada gejala infeksi yang terlihat maka harus segera
ditangani.
 Pada penanganan urtikaria (dengan atau tanpa angioedema), tujuannya
adalah untuk meredakan pruritus dan angioedema, jika ada.
Diperkirakan dua pertiga dari urtikaria akut bisa membaik dengan
sendirinya.
TATALAKSANA

H1 Antihistamin
 Agen generasi pertama (mis, diphenhyramine,chlorpheniramine,
hydroxyzine, cyclizine, dimenhydrinate, doxepin, doxamine, meclizine,
promethazine, dll)
 Agen generasi kedua (cetirizine, loratadine, fex- ofenadine,
desloratadine, levocetirizine, ebastine, and bilastine).
TATALAKSANA

H2 Antihistamin
 H2 termasuk ranitidine, nizatidine, famotidine, and cimetidine
 Kombinasi antihistaminH1 dan H2 mungkin lebih efektif untuk urtikaria
akut daripada antihistamin H1 saja. Namun, penggunaan antihistamin
H2 dalam beberapa tahun ini telah dihapus dari beberapa pedoman.
TATALAKSANA

Kortikosteroid sistemik
 prednison diberikan delama rata-rata 5-10 hari dengan dosis harian 30-
60. Pada anak, dosis harian prednison 0.5-1 mg/kg (maksimal 60
mg/hari) dan dosis diturunkan dan dihentikan dalam 5-7 hari.
 Glukokortikoid tidak menghambat degranulasi sel mast, tetapi mereka
mungkin bertindak dengan menerkan beberapa mekanisme inflamasi.
Glukokortikoid tidak dianggap perlu untuk urtikaria terisolasi. Namun,
glukokortikoid sistemik harus dipertimbangkan dalam kasus angioedem
yang signifikan atau jika simtom menetap lebih dari beberapa hari dan
tidak dapat dikontrol dengan antihistamin.
TATALAKSANA

Siklosporin
 Dibandingkan dengan kortikosteroid sistemik, siklosporin (5mg.kg.hari)
telah dilaporkan menyebabkan remisi yang lebih cepat dan jangka
panjang
 Dalam hal ini terapi pemeliharaan dapat di pertahankan pada dosis 1.5-
2mg/kg/hari hingga 2 tahun
TATALAKSANA

Omalizumab
 Omalizumab, antibodi moniklonal (anti-IgE IgG) melawan IgE, aman dan
efektif pada banyak pasien, tetapi teralalu mahal dan tampaknya tidak
memiliki efek perbaikan penyakit dalam jangka panjang
 Obat ini diberikan secara subkutan dengan dosis 300 mg setiap 28 hari
selama 6 bulan
TATALAKSANA

Antagonis reseptor leukotrien (LTRA)


 Zafirlukast dan montelukast belum diteliti dalam pengobatan urtikaria
akut. Tidak ada penelitian doubleblind plasebo-control dengan LTRA.
Ulasan sistematis menunjukan bahwa mereka lebih efektif daripada
plasebo
TABEL 2. Algorit ma pengobatan untuk urtikaria direkomendasikan oleh EAACI, GA2LEN, EDF, WOA [3]
 
Lini Pertama
Antihistamin H1 Generasi Kedua
⬇ Jika gejalanya bertahan lebih dari 2 minggu
 
Lini Kedua
Peningkatan dosis antihistamin generasi kedua hingga 4 kali
⬇ Jika gejalanya menetap untuk 1-4 minggu tambahan
 
Lini Ketiga
Tambahkan omalizumab, montelukast atau cyclosporine
Jika gejalanya tidak dapat dikontrol, terapi kortikosteroiddapat digunakan sampai dengan 10 hari.
 
 
EAACI: European Academy of Allergology and Clinical Immunology; EDF: European Dermatology Forum; GA2LEN: Global Allergy
and Asthma Euro- pean Network; WAO: World Allergy Organization.
TATALAKSANA

Pengobatan urtikaria pada anak-anak


 Antihistamin H1 generasi baru direkomendasikan sebagai pilihan pertama
dalam pengobatan urtikaria karena profil keamanan jangka panjang yang
lebih baik. Anti-histamin H1 generasi pertama tidak boleh digunakan karena
memiliki efek sedatif yang kuat dan penurunan kemampuan psikomotorik
anak-anak. Dosis antihistamin dapat ditingkatkan hingga 2 kali dengan
hitungan berat badan anak dalam kasus refrakter terhadap dosis standar
 Cyclosporine telah digunakan pada anak yang tidak responsif terhadap
terapi antihistamin seperti pada orang dewasa telah ditemukan sangat
efektif. Kortikosteroid sistemik dapat digunakan maksimal 10 hari pada
pasien anak yang mengalami serangan angioedem atau urtikaria berat
yang menyebar luas
TATALAKSANA

Pengobatan Urtikaria selama kehamilan dan menyusui


 Pada pedoman tatalaksana terbaru, dinyatakan bahwa algoritma
tatalaksana klasik dapat diterapkan pada tatalaksana urtikaria selama
kehamilan. Kategori B kehamilan diiindikasikan untuk chlorpheniramine,
loratadine, cetirizine and levocetirizin dan kategori C untuk semua
antihistamin lainnya
TATALAKSANA

Pengobatan angioedem
 Angioedem tidak hanya dilihat sebagai pembengkan pada kulit dan bibir
tetapi terkadang juga menyebabkan pembengkakan pada lidah dan
laring dan dapat mengancam jiwa
 Tatalaksana standar dari pasien tanpa gangguan nafas adalah
antihistamin H1 dan H2 dan kortikosteroid sistemik
 Jika pasien memiliki penyempitan jalan nafas atau hipotensi , epinefrin
harus diberikan secara intramuskular dengan dosis 0.2-0.5 mg.
Kesimpulan

 Urtikaria adalah ruam gatal akut dan kronik yang dapat menyebabkan
iritasi. Angioedem dapat menyertai urtikaria, dan jarang, dapat
berakibat fatal. Meskipun disebabkan banyak faktor etiologi seperti
infeksi, obat-obatan, makanan, dan idiopatik. Pada tatalaksana pasien,
jika ditemukan faktor etiologi atau pemicu , harus dihindari dan pasien
harus diperingatkan untuk kemungkinan urtikaria fisik. Meskipun
antihistamin digunakan pada pengobatan langkah pertama, berbagai
agen telah digunakan termasuk kortikosteroid, omalizumab, dan
cyclosporine

Anda mungkin juga menyukai