Anda di halaman 1dari 65

GA-ETT PADA TUMOR

ADNEXA PADAT
Anestesi
Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani
an- "tidak, tanpa" dan aesthētos, "persepsi,
kemampuan untuk merasa"), secara umum
berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit
ketika melakukan pembedahan dan berbagai
prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Anestesi yang sempurna harus
memenuhi 3 syarat (Trias Anestesi) yaitu :
 Hipnotik, hilang kesadaran
 Analgetik, hilang perasaan sakit
 Relaksan, relaksasi otot-otot
Anestesi Umum
Anestesi umum atau general anestesi
merupakan suatu keadaan dimana hilangnya
kesadaran disertai dengan hilangnya perasaan sakit
di seluruh tubuh akibat pemberian obat-obatan
anestesi dan bersifat reversible. Anestesi umum
dapat diberikan secara intravena, inhalasi dan
intramuskular.
Indikasi Anestesi Umum
 Pada bayi dan anak-anak
 Pembedahan pada orang dewasa dimana anestesi
umum lebih disukai oleh ahli bedah walaupun
dapat dilakukan dengan anestesi lokal
 Operasi besar
 Pasien dengan gangguan mental
 Pembedahan yang lama
 Pembedahan yang dengan lokal anestesi tidak
begitu praktis dan memuaskan
 Pasien dengan obat-obatan anestesi lokal pernah
mengalami alergi.
Persiapan Pre-Anestesi
 Anamnesis :
Riwayat tentang apakah pasien pernah mendapat
anestesia sebelumnya, alergi, mual-muntah, nyeri
otot, gatal-gatal atau sesak nafas.
 Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan keadaan gigi, tindakan buka mulut,
lidah yang relatif besar sangat penting untuk
mengetahui apakah akan menyulitkan tindakan
laringoskopi intubasi. Pemeriksaan rutin lain secara
sistematik tentang keadaan umum.
Lanjutan...
 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin yang sebaiknya
dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap (Hb,
leukosit, masa perdarahan dan masa pembekuan)
dan urinalisis. Pada pasien yang berusia di atas 50
tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan foto toraks
dan EKG.4,5
Lanjutan...
 Klasifikasi status fisik
Klasifikasi yang lazim digunakan untuk menilai
kebugaran fisik seseorang ialah yang berasal dari
The American Society of Anesthesiologists (ASA) :
ASA 1 : pasien sehat organik, fisiologik,
psikiatrik, biokimia
ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik
ringan atau sedang
ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik
berat, sehingga aktivitas rutin terbatas
Lanjutan...
ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat
tak dapat melakukan aktivitas rutin dan
penyakitnya merupakan ancaman
kehidupannya setiap saat
ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan
dengan atau tanpa pembedahan
kehidupannya tidak akan lebih dari 24 jam.
Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan
darurat dengan mencantumkan tanda darurat ( E
= EMERGENCY ), misalnya ASA IE atau IIE
Lanjutan...
 Penilaian Mallampati
Dalam anestesi, skor Mallampati, digunakan untuk memprediksi
kemudahan intubasi. Hal ini ditentukan dengan melihat anatomi
rongga mulut, khusus, itu didasarkan pada visibilitas dasar uvula,
pilar faucial.Klasifikasi tampakan faring pada saat mulut terbuka
maksimal dan lidah dijulurkan maksimal menurut Mallampati dibagi
menjadi 4 grade :
 Grade I :Pilar faring, uvula, dan palatum mole
terlihat jelas
 Grade II :Uvula dan palatum mole terlihat sedangkan
pilarg faring tidak terlihat
 Grade III : Hanya palatum mole yang terlihat
 Grade IV : Pilar faring, uvula, dan palatum mole tidak
terlihat
Tahapan Anestesi
Terdiri dari 4 stadium yaitu :
 Stadium I (Stadium Analgesia/ Stadium
Disorientasi) : Dimulai dari induksi sampai
hilangnya kesadaran.Ditandai dengan
hilangnya refleks bulu mata

 Stadium II (Stadium Excitement/ Stadium


Delirium) : Dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan bernafas teratur. Ditandai
dengan hilangnya refleks kelopak mata. Pada
stadium ini bisa terjadi batuk, nafas panjang,
melawan/ berontak dan muntah
Lanjutan...
 Stadium III (Stadium Surgical Anestesia) : Dimulai dari pernafasan
yang teratur sampai henti nafas (respiratory arrest). Stadium ini
terdiri atas :
◦ Plane 1 : dari permulaan nafas teratur hingga berhentinya gerakan bola
mata
◦ Plane 2 : dari berhentinya gerakan bola mata hingga permulaan dari
paralise otot interkostal
◦ Plane 3 : dari permulaan hingga komplit paralise dari otot-otot interkostal
◦ Plane 4 : dari paralise otot interkostal yang komplit hingga paralise
diafragma

 Stadium IV (Stadium Overdosis) :Dimulai dari permulaan paralise


diafragma hingga henti jantung (cardiac arrest). Stadium ini
sangat berbahaya apabila terjadi. Ini terjadi karena overdosis
obat-obatan anestesi
Premedikasi Anestesia
Premedikasi ialah pemberian obat 1-2 jam
sebelum induksi anestesi. Tujuan premedikasi:4,5
◦ Meredakan kecemasan dan ketakutan
◦ Memperlancar induksi anestesi
◦ Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus
◦ Mengurangi refleks yang tidak diharapkan
◦ Mengurangi isi cairan lambung
◦ Mengurangi rasa sakit
◦ Menghilangkan efek samping dari obat sebelum dan
selama anestesi
◦ Menurunkan basal metabolisme tubuh
Obat-Obatan Premedikasi
 Obat-obat premedikasi yang sering
digunakan:
◦ Sulfas atropin
Dosis dewasa 0,025-0,5 mg, dosis anak < 3 tahun : 1/8
mg
◦ Valium
Dosis 0,2-0,6 mg/kgBB
◦ Pethidine
Dosis i.v 0,2-0,5 mg/kgBB, dosis i.m 1-2 mg/kgBB
Induksi Anestesia
Induksi anestesi ialah tindakan untuk
membuat pasien dari sadar menjadi tidak sadar,
sehingga memungkinkan dimulainya anestesia dan
pembedahan. persiapan induksi anestesi sebaiknya
kita ingat kata STATICS :
S = Scope
Stetoskop, untuk mendengarkan suara paru dan jantung.
Laringo-Scope, pilih bilah atau daun (blade) yang sesuai dengan
usia pasien. Lampu harus cukup terang
T = Tubes
Pipa trakea, pilih sesuai usia. Usia < 5 tahun tanpa balon
(cuffed) dan > 5 tahun dengan balon (cuffed)
Lanjutan...
A = Airway
Pipa mulut-faring (Guedel, orotracheal airway) atau pipa hidung-
faring (naso-tracheal airway). Pipa ini untuk menahan lidah saat
pasien tidak sadar untuk menjaga supaya lidah tidak menyumbat jalan
nafas
T = Tape
Plester untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I = Introducer
Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus plastik (kabel) yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya pipa trakea mudah dimasukkan
C = Connector
Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S = Suction
Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya
Teknik Anestesi Umum
 Teknik anestesi umum ada 3, yaitu :
◦ Anestesi umum intravena merupakan salah satu teknik
anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesia parenteral langsung ke
dalam pembuluh darah vena.

◦ Anestesi umum inhalasi merupakan salah satu teknik


anestesia umum yang dilakukan dengan jalan
memberikan kombinasi obat anestesia inhalasi yang
berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap
dengan obat-obat pilihan yaitu N2O, Halotan, Enfluran,
Isofluran, Sevofluran, Desfluran dengan kategori
menggunakan sungkup muka, Endotrakeal Tube nafas
spontan, Endotrakeal tube nafas terkontrol.
Lanjutan...
◦ Anestesi imbang merupakan teknik anestesia
dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan
baik obat anestesia intravena maupun obat
anestesia inhalasi atau kombinasi teknik anestesia
umum dengan analgesia regional untuk mencapai
trias anestesia secara optimal dan berimbang.
Obat-Obatan Anestesia Umum
 Gas Anestesia
◦ N2O
N2O merupakan salah satu gas anestetim yag tak berwarna, bau
manis, tak iritasi, tak terbakar, dan pemberian anestesia dengan N2O
harus disertai oksigen minimal 25%.
 Halotan
Halotan merupakan gas yang baunya enak dan tak merangsang
jalan napas, maka sering digunakan sebagai induksi anestesi
kombinasi dengan N2O.
 Isofluran
Isofluran berbau tajam, kadar obat yang tinggi dalam udara
inspirasi menyebabkan pasien menahan napas dan batuk. Setelah
premedikasi, induksi dicapai dalam kurang dari 10 menit, di mana
umumnya digunakan barbiturat intravena untuk mempercepat
induksi.
Lanjutan...
 Desfluran
Merupakan cairan yang mudah terbakar tapi tidak
mudah meledak, bersifat absorben dan tidak korosif
untuk logam.Karena sukar menguap, dibutuhkan
vaporiser khusus untuk desfluran.
 Sevofluran
Sama halnya dengan desfluran, sevofluran
terhalogenisasi dengan fluorin. Peningkatan kadar
alveolar yang cepat membuatnya menajdi pilihan
yang tepat untuk induksi inhalasi yang cepat dan
mulus untuk pasien anak maupun dewasa.
Lanjutan...
 Obat Anestesia Intravena
 1. hipnosis
 Golongan barbiturat (pentotal)
 Suatu larutan alkali dengan kerja hipnotiknya kuat sekali dan induksinya cepat (30-
40 detik) dengan suntikan intravena tetapi dalam waktu singkat kerjanya habis, Cara
pemberiannya dimulai dengan test dose 25-75 mg, kemudian sebagai induksi
diteruskan dengan pemberian 150-300 mg selang waktu pemberian 15-20
detik (untuk orang dewasa)
 Benzodiazepin
 Keunggulan benzodiazepine dari barbiturate yaitu rendahnya tingkat
toleransi obat, tidak menginduksi enzim mikrosom di hati. Dosis :
Diazepam : induksi 0,2 – 0,6 mg/kg IV, Midazolam : induksi : 0,15 – 0,45 mg/kg IV.
 Ketamin
 Ketamin mempunyai sifat analgesik, anestestik dan kataleptik dengan kerja singkat.
Dosis ketamin adalah 1-2 mg/kgBB IV atau 3-10 mg/kgBB IM.
Lanjutan...
 Meridipin
◦ Meperidin hanya digunakan untuk menimbulkan
analgesia.
◦ Sediaan yang tersedia adalah tablet 50 dan 100
mg ; suntikan 10 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 75
mg/ml, 100 mg/ml. ; larutan oral 50 mg/ml.
Sebagian besar pasien tertolong dengan dosis
parenteral 100 mg. Dosis untuk bayi dan anak ; 1-
1,8 mg/kg BB.
Lanjutan...
 2. Analgetik
 Morfin
◦ Efek analgesi morfin timbul berdasarkan 3 mekanisme ; (1) morfin
meninggikan ambang rangsang nyeri ; (2) morfin dapat mempengaharui emosi,
artinya morfin dapat mengubah reaksi yang timbul dikorteks serebri pada
waktu persepsi nyeri diterima oleh korteks serebri dari thalamus ; (3) morfin
memudahkan tidur dan pada waktu tidur ambang rangsang nyeri meningkat.
◦ Dosis anjuran untuk menghilangkan atau mengguranggi nyeri sedang adalah
0,1-0,2 mg/ kg BB. Untuk nyeri hebat pada dewasa 1-2 mg intravena dan
dapat diulang sesuai yamg diperlukan.
 Fentanil
◦ Dosis fentanyl adalah 2-5 mcg/kgBB IV. Fentanyl merupakan opioid sintetik
dari kelompok fenilpiperidin dan bekerja sebagai agonis reseptor μ. Fentanyl
banyak digunakan untuk anestetik karena waktu untuk mencapai puncak
analgesia lebih singkat, efeknya cepat berakhir setelah dosis kecil yang
diberikan secara bolus, dan relatif kurang mempengaruhi kardiovaskular.
Lanjutan...
3. Pelumpuh Otot (Muscle Relaxant)
◦ Obat pelumpuh otot adalah obat/ zat anestesi yang
diberikan kepada pasien secara intramuskular atau
intravena yang bertujuan untuk mencapai relaksasi
dari otot-otot rangka dan memudahkan
dilakukannya operasi.
Lanjutan...
 Pelumpuh otot depolarisasi
 Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin,
tetapi di celah saraf otot tidak dirusak oleh kolinesterase,
sehingga cukup lama berada di celah sipnatik, sehingga
terjadilah depolarisasi ditandai oleh fasikulasi yang
disusul relaksasi otot lurik. Yang termasuk golongan ini
adalah suksinilkolin, dengan dosis 1-2 mg/kgBB IV.
 Pelumpuh otot non-depolarisasi
 Pelumpuh otot non-depolarisasi berikatan dengan
reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tak menyebabkan
depolarisasi, hanya menghalangi asetilkolin
menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat bekerja.
Intubasi Endotrakeal
Yang dimaksud dengan intubasi endotrakeal ialah
memasukkan pipa pernafasan yang terbuat dari portex ke
dalam trakea guna membantu pernafasan penderita atau
waktu memberikan anestesi secara inhalasi.
Indikasi Intubasi Endotrakeal
◦ Menjaga jalan nafas yang bebas oleh sebab apapun
◦ Mempermudah ventilasi positif dan oksigenasi
◦ Pencegahan terhadap aspirasi dan regurgitasi
◦ Operasi-operasi pada kepala, leher, mulutm hidung dan
tenggorokan
◦ Pada banyak operasi abdominal, untuk menjamin pernafasan
yang tenang dan tak ada ketegangan
◦ Pada operasi intrathorakal, supaya jalan nafas selalu terkontrol
◦ Untuk mencegah kontaminasi trakea
◦ Bila dipakai controlled ventilation maka tanpa pipa endotrakeal
dengan pengisian cuffnya dapat terjadi inflasi ke dalam gaster
◦ Pada pasien-pasien yang mudah timbul laringospasme
◦ Pada pasien-pasien dengan fiksasi vocal cord
Lanjutan...
 Keberhasilan intubasi tergantung pada 3 hal
penting yaitu :
◦ Anestesi yang adekuat dan relaksasi otot-otot
kepala, leher dan laring yang cukup
◦ Posisi kepala dan leher yang tepat
◦ Penggunaan apparatus yang tepat untuk prosedur
tersebut
Lanjutan...
 Alat-alat intubasi endotrakeal
◦ Pipa endotrakea
Berfungsi mengantar gas anestesik langsung ke dalam trakea
dan biasanya dibuat dari bahan standar polivinil-klorida.
Cara memilih pipa endotrakea untuk bayi dan anak kecil :
Diameter dalam pipa trakea (mm) = 4 + ¼ umur (thn)
Panjang pipa orotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)
Panjang pipa nasotrakeal (cm) = 12 + ½ umur (thn)
Lanjutan...
 Laringoskop
 Fungsi laring ialah mencegah benda asing masuk paru.
Laringoskop ialah alat yang digunakan untuk melihat
laring secara langsung supaya kita dapat memasukkan
pipa trakea dengan baik dan benar. Secara garis besar
dikenal dua macam laringoskop :
 Bilah lurus (straight blades/ Magill/ Miller)
 Bilah lengkung (curved blades/ Macintosh)
Kesulitan Dalam Teknik Intubasi
 Otot-otot leher yang pendek dengan gigi
geligi yang lengkap
 Mulut yang panjang dan sempit dengan arcus

palatum yang tinggi


 Gigi incisivum atas yang menonjol (rabbit

teeth)
 Kesulitan membuka mulut
 Uvula tidak terlihat (malapati 3 dan 4)
 Abnormalitas pada daerah servikal
 Kontraktur jaringan leher
Komplikasi Pada Intubasi Endotrakeal
 Memar & oedem laring
 Strech injury
 Non specific granuloma larynx
 Stenosis trakea
 Trauma gigi geligi
 Laserasi bibir, gusi dan laring
 Aspirasi
 Spasme bronkus
Pemulihan Pasca Anestesia
 Pemulihan Pasca Anestesi ◦ Tekanan darah menyimpang 20-
50 % dari normal, 1
observasi di ruang Recovery
◦ Tekanan darah menyimpang
room (RR).4,7,8
>50% dari normal, 0
 Nilai Warna  Kesadaran  
◦ Merah muda, 2
◦ Sadar, siaga dan orientasi, 2
◦ Pucat, 1
◦ Bangun namun cepat kembali
◦ Sianosis, 0 tertidur, 1
 Pernapasan ◦ Tidak berespons, 0
◦ Dapat bernapas dalam dan  Aktivitas  
batuk, 2
◦ Seluruh ekstremitas dapat
◦ Dangkal namun pertukaran digerakkan, 2
udara adekuat, 1
◦ Dua ekstremitas dapat
◦  Apnoea atau obstruksi, 0 digerakkan,1
 Sirkulasi ◦ Tidak bergerak, 0
Definisi Tumor Adneksa
 Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan
abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian 
ovarium dan uterus yang biasanya terjadi ber
samaan. 
Etiologi Tumor Adneksa
 Penyebab tumor adneksa tidak diketahui
secara pasti tetapi kebanyakan
diakibatkan  karena infeksi yang menjalar ke
atas dari uterus, peradangan ini menyebar ke
ovarium dan tuba fallopi dimana kuman itu
masuk ke dalam organ pelviks selama
hubungan seksual, persalinan aborsi, 
sebagai akibat dari tindakan (kerokan, laparat
omi,dan sebagainya).
Patofisiologi Tumor Adneksa
 Tumor adneksa kebanyakan diakibatkan oleh infeksi yang me
njalarsampai ke tuba fallopi sehingga menyebabkan perlengke
tan dan penyempitan yang menyebabkn berbagai macam gang
guan dan terjadi pertumbuhanyang ganas. Jenis tumor yang p
aling sering adalah adenokarsinoma mungkin juga ditemukan 
endotelioma atau limposarkoma. secara histopatologik
adenokarsinoma dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan :
 a.       Jenis tumor dengan pertumbuhan papiler : tumor belum
mencapai otot tuba.
 b.      Jenis tumor dengan pertumbuhan papillo alvioler : tumor
telah memasuki jaringan otot.
 c.       Jenis tumor dengan pertumbuhan alveo meduller
:terlihat mitosis
yang atopic dan infasi sel ganas ke saluran limpa. 
Gambaran Klinik
 Pada awalnya penyakit tidak menimbulkan
gejala. Mula-mula keluhan samar-samar
seperti : perasaan lelah, makan sedikit, terasa
cepat kenyang dan sering kembung,
kemudian timbul demam dan rasa nyeri pada
uterus bagian kiri dan kanan. Diikuti dengan
gejala perdarahan pervagina mungkin juga
disertai pengeluaran getah vagina yang
bercampur dengan darah.
Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan pelvic     
 Test papanicolau
 Ultra sound / USG     
 Endoskopi
Penatalaksanaan
 Penangana utama yang dianjurkan adalah :
TAH + BSO + OM + APP ( Total Abdominal
Hysterektomy + Bilateral Salfingo
Oophorektimy + Omentektomy +
Appendektomi
 Terapi alternatif : instilasi phospor 32

Radioaktif atau kemoterapi profilaksis, tetapi


radioktif hanya dikerjakan pada tumor jenis
histology keganasan tertentu.
Pencegahan
 Sebelum seseorang terkena penyakit yang
cukup ganas ini lebih baik melaksanakan
tindakan pencegahan dengan cara : 
a.Hindari pasangan koitus yang sering
berganti.  
b.Pemeriksaan pap smear minimal sekali
setahun
Kesimpulan
 Anestesi (pembiusan; berasal dari bahasa Yunani an- "tidak, tanpa"
dan aesthētos, "persepsi, kemampuan untuk merasa"), secara umum
berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa
sakit pada tubuh.
 Tumor adneksa adalah tumbuhnya jaringan abnormal pada sistem
reproduksi yaitu pada tuba fallopi kemudian ovarium dan uterus yan
g biasanya terjadi bersamaan. Tumor adneksa merupakan tumor
ganas primer di tuba fallopi yang lebih sekunder berasal dari tumor
ganas ovarium atau uterus. Tumor adneksa adalah tumbuhnya
jaringan abnormal pada sistem reproduksi yaitu pada tuba fallopi
kemudian ovarium dan uterus yang biasanya terjadi bersamaan
LAPORAN KASUS
 ANAMNESA PRIBADI
◦ Nama : Diana Yolanda Fitri Siregar
◦ Umur : 22 tahun
◦ Jeniskelamin :Perempuan
◦ Alamat : Jl.Menteng 2 Gang Bayar Medan
Denai
◦ Agama : Islam
◦ Suku :Batak
◦ BB : 48kg
 No RM :01.00.00.94
 ANAMNESA PENYAKIT
 Keluhanutama :Benjolan diperut
 Telaah : Hal ini disadari os sejak ±1bulan ini. Os

merasakan adanya benjolan diperut hanya pada pagi hari


saja, kemudian hilang. Ketika os pegang perut terasa keras
dan nyeri riwayat keluar darah diluar siklus haid tidak
dijumpai, riwayat haid memanjang tidak dijumpai, riwayat
keputihan tidak dijumpai, riwayat perut dikusuk tidak
dijumpai, riwayat minum jamu-jamuan tidak dijumpai.
Riwayat trauma pada perut dijumpai 1 tahun yang lalu. BAB
sulit dijumpai selama 1 minggu ini.
 RPT : Tidak jelas
 RPO : Tidakjelas
 KEAADAAN PRA BEDAH
 Status Present
 Sensorium : Compos mentis
 KU/KP/KG :Sedang/sedang/ sedang
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Frekuensi nadi : 80 x/i
 Frekuensi nafas : 18 x/i
 Temperatur : 36,8oC
 Anemis : (-)
 Ikterik : (-)
 Sianosis: (-)
 Dipsnoe: (-)
 Oedem : (-)
  
Status Lokalisata

Kepala
Mata: RC (+/+),pupil isokor,konjungtiva palpebra
inferior anemis(-/-)
Hidung: Dalam batas normal
Telinga: Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi: Sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : SP = vesikuker ST = (-)
 Abdomen
 Inspeksi:Membesar Simetris
 Palpasi : Soepel, teraba massa padat, mobile,
permukaan rata, nyeri tekan (-), pole atas setentang
pusat, pole bawah setentang simfisis.
 Perkusi : Timpani
 Auskultasi : Peristaltik (+)
 Ekstremitas superior : Tidak terdapat kelainan
 Ekstremitas inferior : Tidak terdapat kelainan
 Genitalia eksterna : Tidak terdapat kelainan
 Anus : tidak terdapat kelainan
PemeriksaanPenunjang

 Darah rutin :
 Hb/Ht/L/Tr : 14/ 41,9/ 7.360/338.000
 KGD adr : 97, 53 mg/dl
 Na/K/Cl: 148/ 5,4/114
 RFT : Ur/Cr =8,89/0,64
 Bil tot/ Bil direct: 0,6/ 0,23
 SGOT/SGPT/ALP: 14,82/13, 14/ 65,08
 Alb : 3,9
 HST
 PT/INR/APTT : 12,9 (14,6)/1,03(1-1,3) /32,4(32,9)
 Foto thorax : Tidak tampak kelainan pada Cor
dan Pulmo
 EKG : Sinus Ritme
 USG : Uterus tampak berukuran 5,6x 3,9 cm
endometrium normal disamping uterus (melekat
dengan uterus) tampak massa hipoechoic
berukuran 13x 8cm. Kesan tumar adnexa padat
dd myoma uteri.
 BNO-IVP : Fungsi ekskresi jkedua ginjal baik.
Tidak tampak batu ataupun tanda-tanda
bendungan traktus urinarius.
KEADAAN PRA BEDAH (FOLLOW UP ANASTHESI)

 KEADAAN PRA BEDAH (FOLLOW UP


ANASTHESI)
 B1 (Breath)
 Airway : Clear
 Frekuensi pernafasan : 18 x/i
 Suara pernafasan : Vesikuler
 Suara tambahan : (-)
 Riw.asma/sesak/batuk/alergi : -/-/ -/ -
 B2 (Blood)
 Akral : Hangat
 Tekanan darah : 100/60 mmHg
 Frekuensi nadi : 80 x/i
 T/V : Cukup
 Temperatur : 36,5oC
 Konj.palp inf pucat/hiperemis/ikterik:-/-/-
 B3 (Brain)
 Sensorium : Compos mentis
 RC : +/+
 Pupil : Isokor
 Reflek fisiologis :+
 Reflek patologis :-
 Riw.kejang/ muntah proyektil/ nyeri kepala/

pandangan kabur : -/ -/ -/ -
 B4 (Bladder)
 Urin :+
 Volume : Cukup
 Warna : Kuning
 Kateter :-
 B5 (Bowel)
 Abdomen :MembesarSimetris
 Peristaltic : (+)
 Mual/muntah : -/-
 BAB/flatus : -/-
 NGT :-
 MMT : 00.00
 B6 (Bone)
 Fraktur :-
 Luka :-
 Oedem :-
Diagnose
 Status fisik : ASA I
 Rencana tindakan : Salphyngooforektomi
Dextra
 Rencana anastesi : GA-ETT
Anastesi

Persiapan pasien
 Pasien puasa sejak pukul 00.00
 Pemasangan infus pada dorsum manus

dekstra dengan cairan RL


Persiapan alat
 Stetoskop
 Tensi meter
 Meja operasi dan perangkat operasi
 ETT no 7,5
 Laringoskop
 Suction set
 Abocath no 20
 Infus set
 Spuit 3 cc,5 cc,10 cc
Obat – obat yang dipakai
 Premedikasi : Midazolam 3 mg, Fentanyl 100 mcg
 Medikasi :
 Propofol 100 mg
 Rocuronium 50 mg
 Fentanyl 50 mcg
 Sulfas atropin 0,5 mg
 Prostigmin 1 mg
 Ketorolac 30 mg
 Ondansentron 10 mg
 Transamin 500ml
Urutan pelaksana ananastesi

 Cairan pre operasi :RL 200 ml


 Prosedur anastesi :
 Pasien dibaringkan di meja operasi dalam posisi supine
 Infuse RL terpasang di lengan kanan
 Pemasangan tensimeter dilengan kiri
 Pemasangan oksimetri di ibu jari kiri pasien
 Pemasangan elektroda : pengukuran frekuensi nadi dan
frekuensi nafas
 Teknik anastesi :posisi kepala head up pre oksigenase
5’-10’ inj. Propofol 100 mg sleep non apnoe
Injeksi Rocuronium 15 mg insersi ETT no 7,5
SP ka =ki fiksasi.
DURANTE OPERASI

 Mempertahankan dan monitor cairan infuse


 Memonitor saturasi O2, tekanan

darah,nadi,dan nafas setiap 15 menit


Jam TD Nadi RR SpO2 Medikasi
(mmHg) (x/menit) (x/menit) (%)
09.25 110/70 90 16 99
09.40 120/80 100 16 99 Fentanyl 50
mcg,
Propofol 10
mg
Ondansetron
10 mg
Transamin
500 mg
09.55 120/80 100 16 100 Rocuronium
10mg
10.10 100/70 100 16 100
10.25 120/90 100 16 100 Fentanyl
50mcg,
Propofol 10
mg
10.40 100/70 90 16 100 Rocuronium
10mg
Ketorolac
30mg
10.55 100/70 80 16 100
11.10 110/70 80 16 100 Sulfas atropine 0,5
mg
Neostigmin
1 mg
Monitoring perdarahan
 Kassa basah :12 x 10 =120 cc
 Kassa ½ basah :17 x 5 = 85 cc
 Suction :250cc
 Handuk :50
 Total :1050cc
 Infuse RL o/t regio dorsum manus dextra
 Pre operasi : RL 200ml
 Durante operasi : RL 1000 cc, PRC 150 cc
 Urine output durante operasi : 300 cc
KETERANGAN TAMBAHAN

 Diagnose pasca bedah : Post


Salphyngooforektomi dextra a/i kista ovarium
dextra
 Lama anastesi : 09.10-11.10
 Lama operasi : 09.20-10.55
 EBV :65 x 48 = 3.120
 10% =312 cc, 20 % = 624 cc, 30% = 936 cc
INSTRUKSI POST OPERASI
 Injeksi Ketorolac30 mg/ 8 jam
 Injeksi Metoclopramid 10 mg/8 jam
 Antibiotik dan terapi lain sesuai TS bedah
 Oksigen 1-2l/i
 Pantau Vital sign per 15 menit selama 2 jam di RR
 Cek Hb, bila Hb < 7 lapor ke dokter jaga
 TD < 90 mmHg atau > 160 mmHg, HR <60x/i atau
HR>120 x/i, RR<10 x/i atau >32x/i, T < 35 C,
atau T > 38 C, lapor dokter jaga
 Pantau urin output, bila <0,5 cc/kgBB/jam, lapor
dokter jaga
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai