Anda di halaman 1dari 51

ALTERNATIF

PENYELESAIA
N SENGKETA
KELOMPOK 2
BISNIS
SENGKETA
BISNIS
Pertentangan atau konflik yang terjadi
antara individu – individu atau kelompok –
kelompok yang mempunyai hubungan atau
kepentingan yang sama atas suatu objek
kepemilikan, yang menimbulkan akibat
hukum antara satu dengan yang lain
Sengketa di
kelompokkan
menjadi dua:

Sengketa Sosial Sengketa Hukum


berhubungan dengan tradisi, suatu sengketa yang
etika, tata karma, dan susila menimbulkan akibat hukum
yang hidup dan berkembang dikarenakan adanya
dalam ruang lingkup suatu pelanggaran terhadap aturan-
masyarakat tertentu aturan hukum positif atau
aturan-aturan hukum positif
yang dilanggar karena dianggap
bertentangan dengan hak dan
kewajiban seseorang
CARA
PENYELESAIAN
SENGKETA
BISNIS

LITIGASI NON-LITIGASI
mekanisme penyelesaian mekanisme penyelesaian
sengketa melalui jalur sengketa diluar pengadilan
pengadilan
LITIGASI

Sisi positif Sisi Negatif


1. Hukum yang berlaku adalah sistem 1. Partner asing belum memberikan
hukum Indonesia kepercayaan kepada efektivitas
2. Berlangsung di wilayah Republik hukum di Indonesia
Indonesia 2. Proses peradilan memakan
waktu yang lama.
3. Proses dilakukan terbuka untuk
umum
Lembaga
penyelesaian
sengketa bisnis
1. Pengadilan Karakteristik
Umum
Pengadilan Negeri berwenang
1. Prosesnya sangat formal
2. Keputusan dibuat oleh pihak
memeriksa sengketa bisnis ketiga yang ditunjuk oleh
negara (hakim)
3. Para pihak tidak terlibat
dalam pembuatan
keputusan
4. Sifat keputusan memaksa
dan mengikat (Coercive and
binding)
5. Orientasi ke pada fakta
hukum (mencari pihak yang
Lembaga
penyelesaian
sengketa bisnis
2. Pengadilan Karakteristik
Niaga
Pengadilan khusus yang berada
1.
2.
Prosesnya sangat formal
Keputusan dibuat oleh pihak
di lingkungan pengadilan umum ketiga yang ditunjuk oleh
yang mempunyai kompetensi negara (hakim)
untuk memeriksa dan 3. Para pihak tidak terlibat
dalam pembuatan keputusan
memutuskan Permohonan
4. Sifat keputusan memaksa dan
Pernyataan Pailit dan Penundaan mengikat (coercive and
Kewajiban Pembayaran Utang binding
(PKPU) dan sengketa HAKI. 5. Orientasi pada fakta hukum
(mencari pihak yang salah)
6. Proses persidangan bersifat
terbuka
NON-LITIGASI
ADR (Alternative
Dispute Resolution)
ALASAN PERLUNYA ADR:
● Adanya tuntutan dunia bisnis.
● Adanya berbagai kritik yang dilontarkan
kepada lembaga peradilan.
● Peradilan pada umumnya tidak responsif.
● Keputusan pengadilan tidak menyelesaikan
masalah.
● Kemampuan para hakim bersifat generalis.
● Adanya berbagai ungkapan yang mengurangi
citra pengadilan.
● Pencegahan terjadinya sengketa akan
memperkecil sengketa.
Dasar Hukum
Alternativ Dispute
Resolution/ADR
1. Dasar filosofi yaitu pancasila.
2. Reglement op de Burgerlijke Rechvordering
(RV) atau pengaturan Arbitrase.
3. Konvensi Washinton/dengan UU No 5/1968.
4. Konvensi New York dan Keppres No :
34/1981.
5. UU No : 14/1970 sekarang UU No : 4/2004.
6. Tahun 1977 didirikan BANI.
7. UU Nomor 30/1999 tentang Arbitrase.
Dalam UU No. 30 Tahun 1999, ada
lima macam cara penyelesaian
sengketa di luar pengadilan yaitu
1. Konsultasi
2. Negosiasi.
3. Mediasi.
4. Konsiliasi.
5. Arbitrase.
1.
Merupakan suatu tindakan yang bersifat
personal antara suatu pihak tertentu, yang
KONSULT
disebut dengan klien dengan pihak lain yang
merupakan pihak konsultan, yang
ASI
memberikan pendapatnya kepada kliennya
untuk memenuhi keperluan dan kebutuhan
kliennya tersebut
2.
NEGOSIA
SI
Adalah Suatu upaya penyelesaian
Negosiasi terdiri dari beberapa elemen yang merupakan
prinsip-prinsip umum, yaitu : (Alan Fowler )

sengketa pihak tanpa melalui 1. Negosiasi melibatkan dua pihak atau lebih.
2. Saling membutuhkan keterlibatan
proses peradilan dengan tujuan 3. Pihak-pihak yang bersangkutan menggapgap negosiasi
untuk mencapai kesepakatan adalah cara pemecahan yang baik dibanding yang lain
bersama atas dasar kerja sama 4. Masing-masing pihak harus beranggapan bahwa ada
kemungkinan untuk membujuk pihak lain untuk
yang lebih harmonis dan kreatif memodifikasi posisi awal mereka.
5. Setiap pihak harus mempunyai harapan akan sebuah
hasil akhir yang mereka terima dan suatu konsep tentang
seperti apakah hasil akhir itu.
6. Masing-masing pihak harus mempunyai suatu tingkat
kuasa atas kemampuan pihak lain untuk bertindak.
7. Proses negosiasi itu sendiri pada dasarnya merupakan
salah satu interaksi diantara orang-orang, terutama antar
komunikasi lisan yang langsung, walaupun kadang
dengan elemen tertulis yang penting.
Model Negosiasi

1. Positional
Dalam model positional ada 2 hal yang penting
yaitu :
a. Hard Negosiator (kompetetitif);
b. Soft Negosiator;
2. Interest Based
Didasarkan pada kepentingan bersama (joint
problem solving)
Tahap-tahap dalam
bernegosiasi
1. Tahapan sebelum negosiasi dimulai
2. Tahap berlangsungnya negosiasi
3. Tahap setelah negosiasi
disimpulkan
1. Tahapan sebelum
negosiasi dimulai
Berlaku prinsip-prinsip dasar tahap pra
negosiasi,
1. Pokok persoalan apa yang cenderung
timbul dalam konteks kerja yang umum
yang memerlukan negosiasi.
2. Siapa yang terlibat dalam negosiasi ?
3. Apakah negosiasi itu perlu ?
4. Bagaimana kualitas hubungan diantara
pihak-pihak itu?
2. Tahap
berlangsungnya
negosiasi
Pada tahap ini, beberapa hal yang perlu
diperhatikan oleh negosiasi, yaitu :
1. Menetapkan persoalan.
2. Menetapkan posisi awal.
3. Argumentasi.
4. Menyelidiki kemungkinan.
5. Menetapkan proposal.
6. Menetapkan dann menanda tangani
persetujuan.
3. Tahap setelah
negosiasi disimpulkan
Para pihak perlu melakukan beberapa langkah
sebagai berikut :
1. Memasukkan program pelaksanaan kedalam
persetujuan itu.
2. Adakan tim bersama untuk meninjau
pelaksanaan.
3. Pastikan informasi dan penjelasan yang
memadai.
Negosiasi

Faktor-Faktor
Strategi dan Taktik
Negosiasi, Bernegosiasi
1. Bersaing
2. Berkompromi
1. Kekuatan tawar 3. Pemecahan masalah
menawar. (Menurut Garry
2. Pola tawar menawar. Goodparter)
1. Withdrawal/Avoidance
3. Strategi dalam tawar 2. Smoothing/Accommodation
3. Compromise
menawar. 4. Force/Competition
5. Problem Solving
(Menurut James G.
Patterson)
3.
MEDIASI
Proses dimana pihak luar yang tidak
memihak (impartial) dan netral bekerja
dengan pihak yang bersengketa untuk
membantu mereka memperoleh kesepakatan
perjanjian secara memuaskan.
Beberapa elemen mediasi antara lain :
1. Penyelesaian sengketa sukarela.
2. Intervensi/bantuan.
3. Pihak ketiga yang tidak berpihak.
4. Pengambilan keputusan oleh para pihak
secara konsesus.
5. Partisipasi aktif.
Keuntungan-keuntungan
dari metode penyelesaian
melalui mediasi sebagai
berikut :
1. Keputusan yang hemat.
2. Penyelesaian secara cepat.
3. Hasil yang memuaskan bagi seluruh pihak.
4. Kesepakatan komprehensif dan customize.
5. Praktek dan belajar prosedur penyelesaian
masalah secara kreatif.
6. Tingkat pengendalian lebih besar dan hasil
yang bisa didengar.
7. Pemberdayaan individu.
8. Keputusan-keputusan yang bisa
dilaksanakan.
9. Melestarikan hubungan yang sudah berjalan.
10.Keputusan yang berlaku tanpa mengenal
waktu.
Tujuan
penyelesaian
konflik melalui
1. Untuk
mediasi
menghasilkan suatu
rencana/kesepakatan kedepan yang dapat
diterima dan dijalankan oleh para pihak
yang bersengketa.
2. Untuk mempersiapkan para pihak yang
bersengketa untuk menerima konsekuensi
dari keputusan yang mereka buat.
3. Mengurangi kekhawatiran dan dampak
negatif lainnya dari suatu konflik.
Mediator yang dipilih atau
yang ditunjuk akan
membantu penyelesaian
konflik, seperti :
1. Sebagai katalisator (mendorong suasana yang
kondusif).
2. Sebagai pendidik (memahami kehendak,
aspirasi, prosedur kerja, dan kendala usaha para
pihak).
3. Sebagai penerjemah (harus berusaha
menyampaikan dan merumuskan usulan pihak
yang satu kepada pihak yang lain).
4. Sebagai nara sumber (mendaya gunakan
informasi).
5. Sebagai penyandang berita jelek (para pihak
dapat emosional).
6. Sebagai agen realitas (terus terang dijelaskan
bahwa sasarannya tidak mungkin dicapai melalui
suatu proses perundingan).
7. Sebagai kambing hitam (pihak yang
Tipe-Tipe Mediator

Mediator hubungan sosial.

Mediator autoritatif.

Mediator mandiri.
Tahap-tahap
mediasi

1. Tahap pertama, pembentukan forum


2. Tahap kedua, saling mengumpulkan
dan membagi informasi
3. Tahap ketiga, tawar menawar
penyelesaian masalah.
4. Tahap keempat pengambilan
keputusan.
Tahap pertama,
pembentukan forum
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
• Rapat gabungan.
• Pernyataan pembukaan oleh mediator,
dalam hal ini yang dilakukan adalah:
• mendidik para pihak;
• menentukan pokok-pokok aturan main;
• membina hubungan dan kepercayaan.
• Pernyataan para pihak, dalam hal ini yang
dilakukan adalah:
• dengar pendapat (hearing);
• menyampaikan dan klarifikasi
informasi;
• cara-cara interaksi.
Tahap kedua,
saling mengumpulkan dan
membagi informasi
Dalam tahap ini kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dengan mengadakan rapat-rapat
terpisah yang bertujuan untuk:
1. Mengembangkan informasi selanjutnya;
2. Mengetahui lebih dalam keinginan para
pihak ;
3. Membantu para pihak untuk dapat
mengetahui kepentingannya ;
4. Mendidik para pihak tentang cara tawar
menawar penyelesaian masalah.
Tahap ketiga,
tawar menawar
penyelesaian masalah.
Dalam tahap ketiga yang dilakukan mediator
mengadakan rapat bersama atau lanjutan rapat
terpisah, dengan tujuan untuk:
1. Menetapkan agenda.
2. Kegiatan pemecahan masalah.
3. Menfasilitasi kerja sama.
4. Identifikasi dan klarifikasi isu dan masalah.
5. Mengembangkan alternatif dan pilihan-
pilihan.
6. Memperkenalkan pilihan-pilihan tersebut.
7. Membantu para pihak untuk mengajukan,
menilai dan memprioritaskan kepentingan-
kepentingannya.
Tahap keempat
pengambilan
keputusan.
Dalam tahap ini, kegiatan-kegiatan yang dilakukan
sebagai berikut:
1. Rapat-rapat bersama.
2. Melokalisasikan pemecahan masalah dan
mengevaluasi pemecahan masalah.
3. Membantu para pihak untuk memperkecil
perbedaan-perbedaan.
4. Mengkonfirmasi dan klarifikasi kontrak.
5. Membantu para pihak untuk memperbandingkan
proposal penyelesaian masalah dengan alternatif
di luar kontrak.
6. Mendorong para pihak untuk menghasilkan dan
menerima pemecahan masalah.
7. Mengusahakan formula pemecahan masalah
berdasarkan “win-win solution” dan tidak ada satu
pihakpun yang merasa kehilangan muka.
8. Membantu para pihak untuk mendapatkan
Taktik Mediator

1. Taktik menyusun rangka/keputusan.


2. Taktik untuk mendapatkan wewenang dan kerja sama.
3. Taktik mengendalikan emosi dan menciptakan suasana yang tepat.
4. Taktik yang bersifat informatif.
5. Taktik pemecahan masalah.
6. Taktik menghindarkan rasa malu.
7. Taktik pemaksaan.
Teknik-Teknik Mediator
• Membangun kepercayaan.
• Menganalisis konflik.
• Mengumpulkan informasi.
• Berbicara secara jelas.
• Mendengarkan dengan penuh perhatian.
• Meringkas/merumuskan ulang pembicaraan para pihak.
• Menyusun aturan perundingan.
• Mengorganisir pertemuan perundingan.
• Mengatasi emosi para pihak.
• Memanfaatkan “Causus/bilik kecil.
• Mengungkapkan kepentingan yang masih tersembunyi.
• Membujuk salah satu pihak/para pihak “BATNA”.
• Menyusun kesepakatan.

30
KONSI
LIASI
Proses penyelesaian
sengketa yang
melibatkan pihak ketiga
yang netral dan tidak
memihak dengan tugas
sebagai fasilitator untuk
menemukan para pihak
agar dapat dilakukan
penyelesaian sengketa
ARBITR
ASE
Arbitrase adalah suatu proses di mana dua
pihak atau lebih menyerahkan sengketa mereka
kepada satu orang atau lebih yang imparsial
(disebut arbiter) untuk memperoleh suatu
putusan yang final dan mengikat.

Dari pengertian itu terdapat tiga hal yang harus


dipenuhi, yaitu :
1). adanya suatu sengketa; 2). kesepakatan
untuk menyerahkan ke pihak ketiga; dan 3).
putusan final dan mengikat akan dijatuhkan
JENIS
ARBITR
ASE
1.Arbitrase Ad Hoc
(Volunter
Arbitrase)

2.Arbitrase
Institusional
(Lembaga
Arbitrase)
Syarat – Syarat
Arbitrase
dinyatakan perjanjian tertulis
arbitrase harus memuat :

1. Masalah yang dipersengketakan


2. Nama lengkap dan tempat tinggal
para pihak;
3. Nama lengkap dan tempat tinggal
arbiter atau majelis arbiter;
4. Tempat arbiter atau majelis arbiter
akan mengambil keputusan;
5. Nama lengkap Sekretaris;
6. Jangka waktu penyelesaian
sengketa;
7. Pernyataan kesediaan dari arbiter,
dan
8. Pernyataan kesediaan dari para
pihak yang bersengketa untuk
Nomor 30 Tahun 1999 suatu
perjanjian arbitrase tidak menjadi
batal dengan alasan – alasan
sebagai berikut :

1. Meninggalkan salah satu pihak;


2. Bangkrutnya salah satu pihak;
3. Novasi;
4. Insolvensi salah satu pihak;
5. Pewarisan;
6. Berlakunya syarat – syarat
hapusnya perikatan pokok
Bilamana pelaksanaan perjanjian
tersebut dialih tugaskan pada
pihak ketiga dengan persetujuan
pihak yang melakukan perjanjian
arbitrase tersebut; atau
Biaya
Arbitrase
Pasal 76 dan Pasal 77 Undang –
Undang Nomor 30 Tahun 1999
telah mengatur ketentuan biaya
arbitrase yang ditentukan oleh
arbiter dan pihak yang membayar
biaya arbitrase tersebut.
Dikatakan bahwa arbiter bertugas
menentukan biaya arbitrase yang
meliputi biaya–biaya sebagai
berikut :
1. honorarium arbiter;
2. biaya perjalanan dan biaya
lainnya yang dikeluarkan oleh
arbiter ;
3. biaya saksi dan / atau saksi
ahli yang diperlukan dalam
pemeriksaan sengketa;
4. biaya administrasi.
Kelebihan
dan
Kekurang
an
Arbitrase
PEMBUKTIAN
SECARA PERDATA
Didalam pembahasan ini, pembuktian
dikhususkan pada ranah Hukum Acara
Perdata yang dimana ada kaitannya
dengan tugas hakim dalam
mengkonstatirkan peristiwa atau fakta
yang diajukan para pihak.
Kebenaran yang  diperoleh dari
pembuktian berhubungan langsung
dengan keputusan yang adil oleh hakim.
Ada hal atau peristiwa yang dikecualikan
atau tidak perlu diketahui oleh hakim,
diantaranya :

1. Peristiwanya memang dianggap tidak


perlu diketahui oleh atau tidak mungkin
diketahui oleh hakim.
2. Hakim secara ex officio dianggap
mengenall peristiwanya, sehingga tidak
perlu dibuktikan lebih lanjut.
3. Pengetahuan tentang pengalaman.
Seperti yang dijelaskan dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata bahwa
pembuktian pada umumnya diatur dalam
Buku Empat tentang Pembuktian dan
Daluarsa pasal 1865 “Setiap orang yang
mengaku mempunyai suatu hak, atau
menunjuk suatu peristiwa untuk
meneguhkan haknya itu atau untuk
membantah suatu hak orang lain, wajib
membuktikan adanya hak itu atau
kejadian yang dikemukakan itu.

Terdapat juga hal yang perlu dibuktikan


diluar yang telah dikecualikan diatas,
Membuktikan dalam pembahasan hukum
acara dikenal mempunyai arti yuridis
Bila dalam tujuan pembuktian
ilmiah adalah semata-mata untuk
mengambil kesimpulan, tujuan
pembuktian yuridis adalah untuk
mengambil keputusan yang
bersifat definitive, yakni
keputusan yang pasti, dan tidak
meragukan serta mempunyai
keputusan hukum. Putusan
pengadilan harus objektif
sehingga tidak ada pihak yang
merasakan terlalu rendah kadar
keadilannya dari pihak lainnya.
Mengenai apa dan siapa
yang dibuktikan dan
membuktikan maka yang
harus dibuktikan adalah
peristiwanya

hakim dalam proses


perdata haruslah
menemukan peristiwanya
atau hubungan hukumnya
kemudian menerapkan
hukum terhadap peristiwa
yang tersebut, kaitan
antara peristiwa dan
hukum yang ada tersebut.
Dari peristiwa tersebut yang
harus dibuktikan adalah
kebenarannya dimana
kebenaran itu haruslah
kebenaran formil, yang
artinya hakim tidak boleh
melampaui batas yang
diajukan oleh yang
berperkara, maka hakim
tidak melihat kepada bobot
atau isi, akan tetapi kepada
luas daripada pemeriksaan
oleh hakim
Beban
Pembuktian
Ada beberapa teori tentang
beban pembuktian yang dapat
merupakan pedoman bagi hakim
:

1. Teori Pembuktian yang bersifat


menguatkan belaka (bloot
affirmatief)
2. Teori Hukum Subjektif
3. Teori Hukum Objektif
4. Teori Hukum Publik
5. Teori Hukum Acara
Alat Bukti

Alat bukti ( bewijsmiddel) memiliki macam-macam bentuk


dan juga jenisnya, yang memiliki kemampuan untuk
menjelaskan dan juga memberikan keterangan tentang
masalah yang diperkarakan di pengadilan. Berdasarkan
keterangan dan penjelasan dari alat bukti itulah hakim
melakukan penilaian, pihak mana yang paling sempurna
pembuktiannya.
Macam-macam Alat Bukti

Alat bukti tertulis


Alat bukti kesaksian
Alat bukti persangkaan
Alat bukti pengakuan
Alat bukti sumpah
Pemeriksaan setempat
Saksi ahli/Pendapat ahli
THANKS

Anda mungkin juga menyukai