Anda di halaman 1dari 19

AGAMA DAN BUDI

PEKERTI
Kelompok 7

Anggota :
1. Ayu Setyowati (201810300991)
[ Pendidikan Matematika]
2. Kaesta Uri Winggi (201810500038)
[Pendidikan IPA]
Latar Belakang
 Diera zaman globalisasi seperti sekarang ini
pendidikan sangat dibutuhkan bagi seluruh kalangan
manusia di dunia, karena tanpa adanya pendidikan
manusia akan mudah melakukan hal-hal yang
dilarang oleh hukum islam maupun hukum negara
yang bisa atau dapat merugikan diri sendiri maupun
orang lain, dan tanpa ilmu manusia akan merugi.
 Degradasi moral merupakan wacana yang telah lama
kita dengar. Degradasi moral adalah penurunan
tingkah laku manusia akibat tidak mengikuti hati
nurani karena kurangnya kesadaran diri terhadap
kewajiban. Kenyataan sosial yang berkembang di
masyarakat tentang timbulnya dekadensi moral yang
semakin menghawatirkan. Dimana perilaku baik
semakin terkikis dan tertutupi oleh kebohongan.
A. Pengertian Agama

Agama merupakan sebuah kepercayaan yang


dianut oleh seseorang. Agama adalah sebuah
ajaran atau sistem yang mengatur tata cara
peribadatan kepada Tuhan dan hubungan antar
manusia. Dalam ajaran sebuah agama, setiap
penganutnya diajari agar saling hidup rukun
dengan sesama manusia.

Di Negara Kesatuan Republik Indonesia


terdapat enam agama yang diakui dan dilindungi.
Yaitu agama islam, katholik, Kristen, budha, hindu
dan konghucu. Keenam pemeluk agama tersebut
diakui dan dilindungi oleh undang-undang untuk
bebas melaksanakan ajaran dari kepercayaan
mereka. .Indonesia merupakan sebuah negara
B. Fungsi Ajaran Agama dalam Kehidupan
Bermasyarakat

Ajaran agama memegang peran yang sangat


penting. Penyampaian ajaran agama yang tepat
dan sesuai, maka seseorang akan dapat hidup
rukun dan saling menghormati dengan warga
yang memeluk agama lain.
Dengan demikian, fungsi agama untuk
menciptakan kerukunan dan kedamaian akan
terwujud, sehingga akan menjadikan Indonesia
sebagai negara yang kuat. Selain itu, sebuah
agama juga berfungsi memberikan pengajaran
moral kepada manusia. Sebuah ajaran agama
pasti menanamkan kepada umatnya untuk
berbuat baik dengan sesama makhluk hidup dan
jika mereka tidak melakukannya,.
C. Pentingnya Menganut Sebuah
Ajaran Agama

Seseorang yang beragama pasti akan berbuat


kebaikan, karena mereka tahu bahwa semua
perilaku akan dipertanggungjawabkan di
hadapan Tuhan. Oleh Karena itu maka seseorang
dianjurkan memeluk agama agar berperilaku
terpuji sesama umat manusia.
D. Pentingnya Agama
Mengapa agama diperlukan?
 Seorang yang beragama islam pasti meyakini
keberadaan Allah dan mempelajari apa saja yang
diperintahkan dan yang dilarang, Allah yang
memberikan ruh dan kehidupan, Untuk itu kita sebagai
hamba allah mengabdikan seluruh hidup kita untuk
patuh kepada perintah-perintah Allah dan mencari
ridhaNya.
 Agama lah yang membimbing kita kepada moral,
perilaku dan cara hidup yang diridhai Allah. Allah telah
menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang patuh
kepada agama berada di jalan yang benar, sedangkan
yang lainnya akan tersesat.
 Dia yang dadanya terbuka untuk Islam mendapat
cahaya dari Tuhannya. Sungguh celaka orang-orang
Bagaimana cara menjalankan agama
?

 Orang yang beriman kepada Allah dan


menghambakan diri kepadaNya, mengatur
hidupnya agar sesuai dengan seruan Allah dalam
Al-Qur’an. Dia menjadikan agama sebagai
petunjuk hidupnya. Patuh kepada hal-hal yang
baik menurut hati nuraninya, dan meninggalkan
segala yang buruk yang ditolak hati nuraninya.
 Allah menyatakan dalam Al-Qur’an bahwa Dia
menciptakan manusia agar siap untuk
menghidupkan agamaNya: Maka, teguhkanlah
pengabdianmu kepada Agama yang benar yang
Allah ciptakan untuk manusia. Tiada yang mampu
merubah ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
(Surat Ar-Rum: 30)
Dapatkah moral tegak tanpa agama?

 Pada lingkungan masyarakat yang tak beragama,


orang cenderung melakukan beragam tindakan
yang tak bermoral. Perbuatan buruk seperti
penyogokkan, perjudian, iri hati atau berbohong
merupakan hal yang biasa. Hal demikian tidak
terjadi pada orang yang ta’at kepada agama.
Mereka tidak akan melakukan perbuatan buruk
karena mengetahui bahwa ia harus
mempertanggungjawabkan semua tindakannya di
akhirat kelak.
 Seseorang yang mengatakan, Saya ateis namun
tidak berjinah cenderung melakukannya jika
perjinahan di lingkungan tertentu dianggap normal.
Di negara yang tak beragama, pada kondisi
tertentu maling pun bisa dianggap sah-sah saja.
Seorang yang beragama tak akan berperilaku
Mereka yang teguh dengan keyakinannya kepada
Allah dan tidak mengingkari janji; yang
menghubungkan apa yang diperintahkan Allah
untuk menghubungkannya dan takut kepada
Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk;
mereka yang sabar untuk mencari perjumpaan
dengan Tuhan mereka, dan mendirikan shalat dan
menafkahkan sebagian harta yang kami berikan
kepadanya secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan, menolak kejahatan dengan
kebaikan. Merekalah yang mendapat kedudukan
yang tinggi. (Surat Ar-Rad: 20-22)
Apa yang terjadi dengan sistem sosial jika
tidak ada agama?

 Konsep pertama yang akan hilang pada sebuah


lingkungan tak beragama adalah konsep keluarga.
Nilai-nilai yang menjaga keutuhan keluarga seperti
kesetiaan, kepatuhan, kasih-sayang dan rasa hormat
akan ditinggalkan sama sekali. Harus diingat bahwa
keluarga merupakan pondasi dari sistem
kemasyarakatan. Jika tata nilai keluarga runtuh,
maka masyarakat pun akan runtuh. Bahkan bangsa
dan negara pun tidak akan ada lagi, karena seluruh
nilai moral yang menyokongnya telah musnah. Lebih
jauh lagi, tak akan ada lagi rasa hormat dan kasih-
sayang terhadap orang lain. Ini mengakibatkan
anarki sosial.
 Namun bagi mereka yang menjalankan standar
moral Al-Qur’an, menghargai orang lain merupakan
pengabdian kepada Allah. Mereka tak mengharapkan
Apa manfaat material dan spiritual  bagi
masyarakat jika mereka taat pada Al-Quran?

 Pengertian agama di sini adalah cara hidup yang


bermoral. Cara hidup yang disukai Allah. Cara hidup
yang terbebas dari takhyul-takhyul dan mitos-mitos,
dan sepenuhnya di bawah bimbingan Al-Qur’an.
Agama menciptakan lingkungan moral yang sangat
aman dan nyaman. Orang tidak lagi melakukan
tindakan yang merugikan ataupun berbuat kerusuhan.
Orang-orang yang memegang nilai-nilai moral siap
bangkit bagi bangsa dan negaranya serta tidak
hendak berhenti untuk berkorban. Orang-orang
semacam ini selalu berusaha untuk kesejahteraan dan
keamanan negaranya.
 Di dalam masyarakat yang mengamalkan moral Al-
Qur’an, orang-orangnya sangat menghargai satu sama
lain. Setiap orang selalu berusaha agar orang lain
merasa nyaman dan aman, karena menurut ajaran
islam, solidaritas, persatuan dan kerjasama
telah beriman sebelum mereka datang, mencintai
mereka yang datang kepada mereka untuk berhijrah,
dan tak terbetik keinginan di hati mereka akan barang-
barang yang diberikan kepada mereka, melainkan
mendahulukan mereka dibanding dirinya sendiri
meskipun mereka sendiri sangat membutuhkannya.
Siapa yang terpelihara dari ketamakan, mereka itulah
orang-orang yang beruntung. (Surat Al-Hashr: 9)

Dalam lingkungan yang orang-orangnya takut


kepada Allah, akan berusaha untuk kesejahteraan
masyarakat. Tak seorang pun bersikap boros. Setiap
orang bekerja sama dan bersatu padu sambil
memperhatikan kepentingan orang lain. Hasilnya
berupa masyarakat yang kaya dengan tingkat
kesejahteraan yang tinggi.
Masyarakat demikian kaya akan moral dan material.
Kekacauan yang mengandung sikap memberontak
sama sekali sirna. Setiap orang dapat mengekang hawa
nafsunya dan setiap masalah diselesaikan dengan cara
E. Pengertian Budi Pekerti
Secara etimologi, budi pekerti berasal dari dua kata, yaitu
budi dan pekerti. Kata budi berarti nalar, pikiran atau watak.
Sedangkan pekerti berarti penggawean, watak, tabiat atau
akhlak.Kata pekerti dari kata dasar kerti berarti perbuatan.
Kata ini berasal dari akar kata kr berarti membuat. Jadi, budi
budi bekerti berarti kesadaran perbuatan atau tingkah laku
seseorang. Kedua unsur ini memiliki pertalian erat.

Maksudnya, budi terdapat pada batin manusia, sifatnya


yang kasat mata, tidak kelihatan. Budi seseorang baru
tampak apabila seseorang telah melakukan sesuatu ke
dalam bentuk pekerti. Budi pekerti yang dimaksud adalah
penanaman dan pengembangan nilai, sikap dan perilaku
peserta didik sesuai dengan nilai-nilai budi pekerti luhur.
Seperti: sopan santun, berdisiplin, bertanggung jawab,
ikhlas, jujur dan lain sebagainya
F. Budi Pekerti dalam Islam
 Istilahbudi pekerti dalam kajian Islam lebih dikenal
dengan akhlak. Dalam bahasa Arab akhlak artinya
tabiat, perangai, kebiasaan. Dalam pembahasan
mengenai pendidikan budi pekerti kiranya belum
begitu banyak yang membahas secara spesifik.
Biarpun ada dengan menggunakan istilah moral atau
akhlak. Hal itu karena akhlak sangat berkaitan dengan
moral. Jika pengertian agama dan moral tersebut
dihubungkan satu dengan lainnya tampak saling
berkaitan dengan erat.
 Menirut Fazlur Rahman sebagaimana ditulis Said Agil
Husain AL Munawar dalam buku Aktualisasi Nilai-nilai
Qur'ani Dalam Sistem Pendidikan Islam mengatakan
bahwa:"Inti ajaran agama adalah moral yang
bertumpu pada keyakinan kepercayaan kepada Tuhan
(habl min Allah) dan keadilam serta berbuat baik
Dalam sebuah hadits Nabi dijelaskan juga bahwa
Bu'istu li-utammima makarim al-akhlaq. (aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang
mulia/memperbaiki akhlak).
Kalau kita perhatikan, memang banyak sekali nilai-
nilai ajaran moral yang terkandung dalam Al-Qur'an
maupun hadits. Hal ini merupakan perilaku moralitas
individu terhadap kehidupan sosial atau berdampak
pada kehidupan sosial (beretika sosial). Dengan
landasan nili-nilai ajaran Islam.

Dalam QS. Al-Ahzab ayat 21: “Sesungguhnya telah


ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.”
Dalam konteks pendidikan, hadits dan ayat
tersebut mengandung dua isyarat. Pertama bahwa
tujuan utama pendidikan yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW, adalah pendidikan budi pekerti
yang mulia (karimah) dan terpuji (mahmudah).
Tentu saja sumber budi pekerti disini adalah apa
yang tertulis dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Kedua, dalam proses pendidikan budi pekerti itu,
beliau tidak saja membuang tradisi yang dianggap
sebagai perilaku yang baik menurut masyarakat
setempat. Karena itulah beliau menggunakan
istilah “menyempurnakan” bukan mengganti.
Dapat disimpulkan bahwa ajaran budi pekerti
beliau adalah “memelihara yang lama yang baik
dan mengambil yang baru yang lebih baik.”
G. HUBUNGAN AGAMA DAN MORAL
Setiap agama mengandung suatu ajaran moral.
Ajaran moral yang terpendam dalam suatu agama
dapat dipelajari secara kritis, metodis, dan sistematis
dengan tetap tinggal dalam konteks agama itu.
Agama menjelaskan dan menunjukan nilai-nilai bagi
pengalaman manusia yang sangat penting. Melalui
agama, kehidupan lebih dapat dipahami dan secara
pribadi lebih bermakna. Nilai moral sendiri merujuk
kepada nilai-nilai kemanusiaan, itu tidak serta merta
berarti bahwa nilai-nilai moral yang bersumber pada
agama.
Moral sebagai kumpulan aturan tingkah laku
memiliki hubungan erat dengan agama. Dalam
perilaku sehari-hari motivasi yang terpenting dan
terkuat bagi perilaku moral adalah agama. Agama,
juga seperti umumnya kebudayaan merupakan
upaya membangun manusia berakhlak mulia dan
H. Pentingnya Budi Pekerti
Budi pekerti sangat penting bagi setiap orang
oleh karena itu pendidikan budi pekerti wajib di
pelajari oleh siapapun. Budi pekerti secara
operasional merupakan suatu prilaku positif yang
dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang
diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil
sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya
cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan
menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi
tamu, cara makan dan minum, dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga
diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan
kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam
lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama
terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat,
norma, aturan. Krama sopan santun, kelakukan,
tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama
KESIMPULAN :
Pada hakikatnya budi pekerti ialah suatu sifat yang telah
meresap dalam jiwa dan telah menjadi kepribadian, hingga
dari situ timbul berbagai macam perbuatan dengan cara
mudah dan spontan tanpa dibuat dan tanpa memerlukan
pemikiran.
Islam yang ajaran intinya berpijak pada prinsip keutuhan
(tauhid) menolak segala fikiran dan tindakan yang berbau
sekuler, yang memisahkan antara ajaran agama dan
falsafah hidup berbangsa dan bernegara, karena
sekularisasi akan melahirkan kepribadian yang pecah (split
personality).
Demi keseimbangan pendidikan, manusia tidak ingin hanya
mengedepankan aspek pendidikan material, tetapi juga
pendidikan moral-spiritual.
Pembelajaran agama dibutuhkan agar kita mempunyai
akhlak yang baik yang sesuai tuntunan agama.

Anda mungkin juga menyukai