Anda di halaman 1dari 49

Balanced scorecard slide 1 KELOMPOK 6

Annisa Claudia (201920471011067)


Aziza Ratna Sari (201920471011069)
Salma Lutfia Azzahra (201920471011085)
Yusma Indayana (201920471011095)
2

03/24/2020

Balanced scorecard slide 4

DIARE ANAK
DIARE ANAK

DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI
DEFINISI
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi
PREVALENSI lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering
(biasanya 3 kali atau lebih) dalam 1 hari (Depkes RI, 2011).
PATOFISIOLOGI Diare adalah buang air besar (BAB) dengan konsistensi feces lebih cair dengan
frekuensi >3 kali sehari, Kecuali pada neonatus (bayi < 1 bulan) yang mendapatkan
ASI biasanya buang air besar dengan frekuensi lebih sering (5-6 kali sehari) dengan
KLASIFIKASI
konsistensi baik dianggap normal (Riskesdas, 2018).

MANIFESTASI
DIARE ANAK

Alergi Imunodefisiensi
DEFINISI

ETIOLOGI
Keracunan Malabsorbsi
EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI

PATOFISIOLOGI
Infeksi Bakteri Infeksi Virus/Parasit

KLASIFIKASI

MANIFESTASI (Depkes RI., 2011).


5
DIARE ANAK
Epidemiologi Menurut WHO

DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI

PATOFISIOLOGI Menurut data dari WHO tahun 2013, diare masih menjadi
penyebab kematian terbesar kedua pada balita. Tiap tahunnya
diare menyebabkan kematian pada 760.000 balita di seluruh
KLASIFIKASI dunia (Prajnyaswari & Putri, 2018).

MANIFESTASI
Prevalensi Diare Pada Balita Menurut
DIARE ANAK Provinsi Tahun 2013-2018

DEFINISI

ETIOLOGI
Pada tahun 2018
EPIDEMIOLOGI terjadi
peningkatan
signifikan diare
pada balita di
PREVALENSI setiap provinsi.

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

MANIFESTASI
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi Diare Pada Balita di Provinsi
DIARE ANAK Jawa Timur Tahun 2013-2018

DEFINISI

ETIOLOGI
Pada tahun
2018 terjadi
peningkatan
EPIDEMIOLOGI rata-rata
diare pada
tiap kab/kota
di provinsi
PREVALENSI jawa timur.

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

MANIFESTASI (Riskesdas, 2018)


Prevalensi Diare Menurut Karakteristik
DIARE ANAK Tahun 2018

DEFINISI

ETIOLOGI
Prevalensi diare
terbesar ada pada
data kelompok
EPIDEMIOLOGI umur 1-4 tahun
dengan persentase
sebesar 11,5%
menurut diagnosis
PREVALENSI dan 12,8%
menurut diagnosis
atau gejala.
PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

MANIFESTASI
(Riskesdas, 2018)
Prevalensi Diare Pada Balita Menurut
DIARE ANAK Karakteristik Tahun 2018

DEFINISI

ETIOLOGI
Prevalensi diare
terbesar ada pada
data kelompok
EPIDEMIOLOGI umur 12-23 bulan
dengan persentase
sebesar 15%
PREVALENSI menurut diagnosis
dan 16,6%
menurut diagnosis
atau gejala.
PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI

MANIFESTASI
(Riskesdas, 2018)
DIARE ANAK

DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI

PATOFISIOLOGI Pada dasarnya diare terjadi ketika terdapat gangguan


transportasi air dan elektrolit dalam lumen usus.
KLASIFIKASI Mekanisme patofisiologi dari diare dapat berupa osmosis,
sekretori, inflamasi, dan perubahan motilitas (Sweetser,
2012)
MANIFESTASI
DIARE ANAK
DIARE OSMOTIK
Karena meningkatnya tekanan osmotik intralumen dari
usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik malabsorbsi umum dan defek dalam absorbsi
mukosa usus (defisiensi disakaride, malabsorbsi
DEFINISI glukosa/galaktosa (IDAI, 2011)

DIARE SEKRETORIK
ETIOLOGI Karena meningkatnya sekresi air dan elektrolit dari usus
akibat penurunan absorbsi. Secara klinis, yang khas pd diare
ini adalah diare dg jumlah yang sangat banyak, diare ini
akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan
EPIDEMIOLOGI atau minum. Diare ini biasanya disebabkan enterotoksin pd
infeksi Vibrio chlorea atau E. Coli (Sweetser, 2012)

PREVALENSI DIARE INFLAMATORIK


Inflamasi pd dinding usus mengakibatkan kerusakan
mukosa usu, shg produksi mukus berlebih, eksudasi air &
PATOFISIOLOGI elektrolit kedalam lumen, serta gangguan absorpsi air
elektrolit shg terjadilah diare. Inflamasi terjadi pd infeksi
disentri Shigella atau bukan infeksi (kolitis ulseratif dan
penyakit Chron) (Sweetser, 2012)
KLASIFIKASI MOTILITAS
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas
motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi yang
MANIFESTASI abnormal di usus halus. Penyebabnya antara lain: diabetes
mellitus, pasca vagotomi, hipertiroid (Simadibrata, 2006)
DIARE ANAK

Menurut (Thapar & Sinderson, 2004) Rotavirus sebagai


penyebab peningkatan rawat inap bahkan ematian
DEFINISI pada anak-anak akibat diare, memiliki lebih dari satu
mekanisme dalam proses terjadinya diare.

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

Target dari virus ini adalah enterosit absortif matang


PREVALENSI yang sedang melakukan regenerasi dan munculnya sel
kripta sekretori yang belum matang. Hal ini
menyebabkan penurunan absorpsi dan peningkatan
PATOFISIOLOGI sekresi pada usus. Selain itu juga menyebabkan
hilangnya enzim pencernaan pd brush order shg terjadi
malabsorbsi. ↑ isi lumen memicu ↑ aktivasi peristaltik
usus, yg berkontribusi terjadinya diare
KLASIFIKASI

MANIFESTASI
DIARE ANAK

DIARE AKUT Gejala : tinja Berhenti/bera Akibat infeksi


DEFINISI cair,
01 (Wijaya, 2010) mendadak,
disertai
khir dalam
beberapa
jam-beberapa
virus, infeksi
bakteri,
akibat
Terjadi mendadak lemah,
ETIOLOGI dan berlangsung < kadang
hari makanan
2 minggu demam atau
muntah
EPIDEMIOLOGI

PREVALENSI DIARE KRONIS Diare kronik/ Gejala : demam,


02 (Wijaya, 2010) berulang
keadaan
suatu Dapat berupa
gejala fungsional
BB menurun,
malnutrisi,
PATOFISIOLOGI Diare yg melebihi bertambahnya atau akibat suatu anemia dan
jangka waktu 15 hari kekerapan dan penyakit berat meningkatnya
keenceran tinja LED
sejak awal diare
KLASIFIKASI

MANIFESTASI
DIARE ANAK
Konsistensi tinja
Berat badan Turgor kulit ≥ 2 Anak tampak encer berlendir
menurun, nafsu detik, mulut dan gelisah dan suhu atau berdarah
DEFINISI makan kulit menjadi badannya (Enterohemorrhagi
menurun, mata kering meningkat c E. Coli)
cekung
ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI Anak Mengalami Warna tinja


mengalami gangguan gizi tampak
Penurunan hipoglikemia akibat kehijauan akibat
PREVALENSI jumlah buang kurangnya Gejala : demam,
dan dehidrasi tercampurnya
air kecil dengan Dapat berupa
akibat diare asupan denganBB
gejala fungsional cairan menurun,
warna gelap makanan malnutrisi,
PATOFISIOLOGI berat atau akibat suatuempedu
anemia dan
penyakit berat meningkatnya
LED
KLASIFIKASI

(Octa, dkk, 2014; Simadibrata, 2009; Widjaja, 2002)


MANIFESTASI
DIARE ANAK Diare

Riwayat &
Pemeriksaan Fisik
TATALAKSANA Diare Akut (<14 Diare Kronik
hari) (>14 hari)

Tidak ada demam atau Demam atau gejala


TERAPI NON
gejala sistemik sistemik
FARMAKOLOGI
Terapi simtomatik Periksa feses untuk WBC /
a. Penggantian cairan / RBC / ova dan parasit
TERAPI
elektrolit
FARMAKOLOGI
b. Loperamide,
difenoksilat, atau Negatif Positif
absorben
S-O-A-P c. Diet
Terapi Gunakan terapi antibiotik
Dipiro ed. 9 simtomatik dan simtomatik yang tepat
Diare Kronis

DIARE ANAK Berlangsung> 14 hari

Kemungkinan penyebab:
a. Infeksi usus
b. Penyakit radang usus
TATALAKSANA c. Malabsorpsi
Riwayat dan
pemeriksaan
d. Tumor hormonal sekretorik
fisik
f. Gangguan motilitas

TERAPI NON
FARMAKOLOGI Pilih studi diagnostik yang sesuai
Sebagai contoh,
a. Kultur tinja / ova / parasit / WBC / RBC / lemak
b. Sigmoidoskopi
TERAPI
c. Biopsi usus
FARMAKOLOGI

Tidak ada diagnosis, terapi simtomatik


a. Hidrasi berulang Diagnosa
S-O-A-P b. Hentikan induser obat potensial a. Obati penyebab spesifik
c. Sesuaikan diet
d. Loperamide atau adsorben Dipiro ed. 9
DIARE ANAK

TATALAKSANA Cairan dan Elektrolit ORALIT


Terapi terpenting pada
diare akut adalah rehidrasi, Oralit adalah obat
lebih disenangi melalui yang digunakan
rute oral dengan larutan untuk mengatasi
TERAPI NON yang mengandung air,
kondisi kekurangan
FARMAKOLOGI garam, dan gula. Terapi
rehidrasi oral (oral elektrolit dan
rehydration therapy/ORT) mineral di dalam
merupakan pemberian tubuh akibat
TERAPI cairan melalui mulut untuk
dehidrasi yang
mencegah atau mengoreksi
FARMAKOLOGI dehidrasi akibat diare. terjadi akibat diare.

S-O-A-P
DIARE ANAK

Antim adso antisk lainn


TATALAKSANA
otilitas rben retori ya
TERAPI NON

Diphenoxyl ●
Kaolin- Bismut
● ●
Enzim
FARMAKOLOGI ate, pectin

Loperamid subsalic (laktas
mixture
e ylate
TERAPI ●
Paregoric

Polycarbo ●
e)
FARMAKOLOGI phil

Opium
Attapulgit Octreoti

Probio
tincture

S-O-A-P

Difenoxin e de tik
Antimotil
DIARE ANAK itas

TATALAKSANA

Contoh
Obat :
TERAPI NON Diphenoxylate
FARMAKOLOGI Loperamide
Difenoxin
Mekanisme Kerja
Obat antiperistaltic
memperpanjang waktu
TERAPI feses berada di dalam
usus, sehingga
FARMAKOLOGI mengurangi jumlah cairan
yang hilang dalam feses.

S-O-A-P
DIARE ANAK

Diphenoxylate HCl/Atropine Sulfate

TATALAKSANA

TERAPI NON Rute / Dosis:


FARMAKOLOGI Efek samping : DEWASA: Dosis awal:
Mulut kering; mual; PO 5 mg qid. Dosis
muntah; individual.
ketidaknyamanan perut; ANAK 2-12 th : PO 0,3
TERAPI
sembelit. hingga 0,4 mg / kg / hari
FARMAKOLOGI
dalam 4 dosis terbagi

S-O-A-P

A to z drug fact
DIARE ANAK

Loperamide

TATALAKSANA
Rute / Dosis:
Diare Akut
DEWASA: PO 4 mg diikuti oleh 2 mg
setelah BAB; tidak melebihi 16 mg / 24
TERAPI NON jam.
FARMAKOLOGI Efek samping : ANAK-ANAK:
8-12 th (> 30 KG): 2 mg (3 kali sehari).
Nyeri perut; distensi 6-8 th (20-30 KG): 2 mg bid
atau ketidaknyamanan; 2-5 th (13-20 KG): Hari pertama: 1 mg
tid. Dapat menurun untuk
sembelit; mual; muntah; menyesuaikan status gizi dan hidrasi
TERAPI
mulut kering. setelah 24 jam; biasanya 0,1 mg / kg
FARMAKOLOGI setelah setiap BAB tetapi tidak
melebihi rekomendasi dosis total hari
pertama pada hari apa pun.
Diare kronis
DEWASA: PO 4-8 mg bid/qid

S-O-A-P
DIARE ANAK Menyerap
Mekanisme
Mekanisme Kerja
Menyerap kelebihan
Kerja
kelebihan cairan
cairan dalam
dalam
tinja
tinja dan meningkatkan pembentukan
dan meningkatkan pembentukan
tinja.
tinja. Contoh
Contoh Obat
Obat ::
Hati-hati
Hati-hati dalam
dalam penggunaan obat
obat ini,
penggunaanKaolin-Pektin:
ini,
karena Kaolin-Pektin: Guanistrep,
Guanistrep,
karena dapat
dapat menyerap
menyerap nutrisi
nutrisi dan
dan
obat
obat lain
lain sehingga
sehingga dapat menurunkanKoltin,
dapat menurunkan Koltin, Dianos
Dianos
efektivitasnya Attapulgit:
efektivitasnya Attapulgit: Biodiar,
Biodiar,
Entrostop,
Entrostop, Akita
Akita

Adsorbe
TATALAKSANA n

TERAPI NON
FARMAKOLOGI

TERAPI
FARMAKOLOGI

S-O-A-P
DIARE ANAK

Guanistrep

TATALAKSANA
Dosis:
Kontraindikasi :
Bayi : 6-12 bulan :
Hipersensitif,
TERAPI NON Indikasi : sehari 1x 1 sendok
Penderita obstruksi 
FARMAKOLOGI Untuk pengobatan takar
usus, Penderita
simtomatik pada Anak 1-3th : sehari
yang harus
diare karena 2x 1 sendok takar
menghindari konsti
penyebab yang Anak 3-10 th :
TERAPI pasi
tidak diketahui sehari 2-3x 2
FARMAKOLOGI
secara jelas sendok takar
Efek Samping :
Dewasa : 3-4x 2
Hampir tidak ada
sendok takar
S-O-A-P
DIARE ANAK

Entrostop

TATALAKSANA
Dosis :
Dewasa dan
anak-anak > 12
TERAPI NON tahun : 2 tablet Kontraindikasi
Indikasi :
FARMAKOLOGI setiap diare, : Hipersensitif
Untuk
maksimal 12 terhadap
mengurangi Efek Samping :
tablet dalam 24 attapulgitte dan
keluhan pada jam. Konstipasi
pectin,
TERAPI diare non Anak-anak 6-12 penderita
FARMAKOLOGI spesifik tahun : 1 tablet
konstipasi.
setiap kali diare,
maksimal 6 tablet
dalam 24 jam
S-O-A-P
DIARE ANAK

TATALAKSANA
Mekanisme kerja :
Meningkatkan
absorbsi usus terhadap Contoh obatnya :
TERAPI NON Antisecretory cairan dan elektrolit Bismuth subsalicylate,
FARMAKOLOGI dimana efeknya yaitu Octreotide
dapat menyebabkan
berkurangnya diare
TERAPI
FARMAKOLOGI

S-O-A-P
DIARE ANAK

Bismuth subsalicylate

TATALAKSANA
Rute / Dosis
DEWASA: PO 2 tablet (masing-masing 262
mg) atau 30 ml suspensi q 30-60 menit prn
TERAPI NON (maksimum 8 dosis / hari).
ANAK 9-12 th: PO 1 tablet atau 15 ml suspensi
FARMAKOLOGI
q 30 hingga 60 menit prn (maksimum 8 dosis /
hari).
ANAK 6-9 th: tablet PO atau suspensi 10 ml q
30 hingga 60 menit prn (maksimum 8 dosis /
TERAPI
hari).
FARMAKOLOGI ANAK 3–6 th: tablet PO atau suspensi 5 ml q
30 hingga 60 menit prn (maksimum 8 dosis /
hari).
ANAK <3 YR: Konsultasikan dengan dokter.
S-O-A-P
DIARE ANAK

Probiotik

TATALAKSANA

TERAPI NON
FARMAKOLOGI

TERAPI
FARMAKOLOGI

S-O-A-P

Dipiro et al., 2016.


DIARE ANAK ANTIBIOTIK
Organisme Antibiotik Pilihan Pertama Antibiotik Pilihan Kedua

Campylobacter, Ciprofloxacin 500 mg oral 2 kali Salmonella/Shigella


Shigella atau sehari, 3-5 hari Ceftriaxone 1 gram IM/IV sehari
Salmonella spp. TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari
TATALAKSANA
Campilobacter spp
Azithromycin 500 mg oral 2 kali sehari
Erythromycin 500 mg oral 2 kali sehari,
5 hari
TERAPI NON
FARMAKOLOGI Vibrio Cholera Tetracycline 500 mg oral 4 kali Resisten tetracycline
sehari, 3 hari Ciprofloxacin 1 gram oral 1 kali
Doxycycline 300 mg oral, dosis Erythromycin 250 mg oral 4 kali sehari,
tunggal 3 hari.
TERAPI
Traveler’s diarrhea Ciprofloxacin 500 mg 2 kali sehari TMP-SMX DS oral 2 kali sehari, 3 hari.
FARMAKOLOGI
Clostridium difficile Metronidazole 250-500 mg 4x Vancomycin 125 mg 4 kali sehari, 7-14
sehari, 7-14 hari, oral atau IV hari.

S-O-A-P

Amin., 2015.
DIARE ANAK
Antibiotik Mekanisme Kerja
Gol Fuoroquinolone Memasuki bakteri dengan cara difusi pasif melalui kanal protein terisi air pada
membran luar.kemudian menghambat replikasi DNAgirase (topoisomerase II)
dan topimerase IV selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri.Pengikatan
quinolone pada enzim dan DNA membentuk komplek 3 molekul yang
TATALAKSANA menghambat langkah releasing dan dapat menyebabkan kematian sel dengan
menginduksi pembelahan DNA.

Metronidazole Berinteraksi dengan DNA menyebabkan hilangnya struktur DNA heliks dan
kerusakan rantai DNA mengakibatkan penghambatan sintesis protein dan
TERAPI NON kematian sel pada organisme yang rentan.
FARMAKOLOGI
Tetracyline Memasuki bakteri dengan cara difisi pasif maupun oleh mekasisme protein
pengankut tergantung energi yang menuju membran sitoplasma dalam bakteri
dengan memekatkan tetrasiklin secara intraseluler. Tetrasiklin berikatan secara
TERAPI reversible dengan subunit 30s pada ribosom bakteri hingga menghalangi akses
aminoacyl-tRNA menuju komplek m-RNA ribosom pada lokasi aseptor.
FARMAKOLOGI Sehingga sintesis bakteri terhambat.

Erytromycin Menghambat sintesis protein kuman dengan cara berikatan secara reversible
dengan ribosom subunit 50S bakteri sehingga memblok ikatan tRNA dan
mencegah translokasi .
S-O-A-P

Harvey,Richard A;Champe,Pamela C. 2002.


DIARE ANAK

TATALAKSANA

TERAPI NON
FARMAKOLOGI S-O-A-P
TERAPI
FARMAKOLOGI

S-O-A-P
PROFIL PASIEN
No. RM 12.80.XX.XX
Nama/ umur An. M.R./ 2th (L/P)
BB/ TB/ LPT 9.7 kg/ 91.0 cm/0.497 m2
Alamat Gresik
Riwayat Alergi Tidak ada
Alasan MRS Rujukan Diare
Riwayat Penyakit TB paru tuntas pengobatan (November 2019), melena
Tgl MRS/KRS 20 Februari 2020/ belum
Status Pasien Umum
Nama dokter Prof. Dr. HSMS. Dr. Sp A (K)
Nama Apoteker Heidi, S.Farm
PERKEMBANGAN DIAGNOSA
20 – Februari - 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

21 – Februari – 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

22 – Februari - 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

23 – Februari – 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

24 – Februari - 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

25 – Februari – 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia + Underweight + Severely Wasted

26 – Februari – 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia

27 – Februari - 2020 ●
Prolonged Diarrhea + Hipoalbumin + Hiponatremia + Hipokalsemia
PROFIL TERAPI
Tanggal Pemberian Obat
No 20/ 21/ 22/ 23/ 24/
Nama Obat dan dosis regimen
. 2 2 2 2 2 25/2/20 26/2/20 27/2/20
/20 /20 /20 /20 /20
Infus KAEN 3B 1000mL (500mL/12 500mL/ 24 500mL/ 24 500mL/ 24
1. √ √ √ √ √
jam); IV jam jam jam
Infus NaCl 15% 5mL/24 jam
2. √ √
(bersama KAEN)
Injeksi Ca Glukonas 10% 10mL 1x
3. √
IV/8 jam
Transfusi albumin 20% 20mL/24 jam
4. √
IV
Injeksi Metranidazole 100mg/ 8 jam
5. √ √ √ STOP
IV
Probiotik (Lacto-B)1 sachet/ 12 jam
6. √ √ √ √ √ √ √ √
a.c; Per Oral
Zinc 20 mg syrup/ 24 jam ac; Per
7. √ √ √ √ √ √ √ √
Oral
Parasetamol 120 mg/ 5 mL sirup;
8. prn prn prn prn Prn prn prn prn
Per Oral; Obat pada pasien (prn)
DATA PENUNJANG
-Riwayat Infus RL, Injeksi Santagenik, Injeksi Ondansentron, Smecta, Renalit,
pengobatan: Infusi PZ
-Hasil RO/ USG Radiologi FOB tidak ada kelainan
CT scan/ MRI
-Hasil Kultur : Advis: Urine lengkap (20/02/2020) namun tidak direalisasikan
FL, FL Patologi menggunakan data lab RS. Danisa
DATA KLINIK
Tanggal
DATA KLINIK
No.
(yang penting) 20/2/20 21/2/20 22/2/20 23/2/20 24/2/20 25/2/20 26/2/20 27/2/20

1. Suhu (36-37oC) 36,9-27,4 37,0-39,0 37,2-38,4 37,0-38,9 37,1-39,2 36,5-38,4 36,3-38,5 37,3-38,7

2. Nadi (60-105x/ menit) 120-132 90-132 108-140 118-132 98-145 116-153 113-135 111-139
3. RR (12-20x) 20-28 20-24 20-26 20-24 21-22 20-24 22-24 24

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
4. Tek. Darah (mmHg) 110/70 110/70
data data data data data data

5. SpO2 (%) 96-99 96-99 90-98 96-98 96-98 90-98 84-98 96-98
6. Nyeri (WBFs) 0 0 0 0 0 0 0 0
7. Diare 20x 8x 5x 5x 5x 5x 5x 3x
DATA LABORATORIUM
Tanggal
DATA
No. LABORATORIUM Nilai Normal 20/2/2 23/2/2 24/2/2
DATA LAB Nilai Normal 20/2/20
(yang penting) 0 0 0
Darah Lengkap Urine Lengkap
1. Hb (10,5-14,0 g/dL) 10,1 SG 1,005
2. Leukosit (5-14,5 x 103 /μL) 9130 pH (4-9) 5
(150-450 x
3. Trombosis 131000 Warna Kuning jernih
103/μL)
4. K (3,7-5,6 mEq/L) 3,9 Feses Lengkap
Warna Kuning
5. Na (136-145 mEq/L) 128 128
lembek
6. Cl (95-105 mEq/L) 97 Eritrosit (0-4/HPF) 6,8
7. Ca (8,7-9,8 mEq/L) 6,7 6,7 WBC (0-4/HPF) 6-8
(0,12-1,06
8. SCr 0,41
mg/dL)
(90-150
9. CCr 45,35
ml/menit)
10. SGOT (20-60 U/L) 16
11. SGPT (6-45 U/L) 5
12. Albumin (3,7-5,5 g/dL) 1,9 2,4
Andropoulos, D.B.,2012; Pagana, Pagana, Pagana,
DFP 2 – Lembar Pengkajian Obat
Rekomendasi/ Tindak
Kode Masalah Uraian Masalah
Saran Lanjut
S= Pasien gizi buruk tanpa edema. P = Konsultasi I=
O = Pasien telah diterapi untuk mengatasi hipoalbumin dengan dengan dokter Konsultasi
transfusi albumin 1x (21/2/20), namun Albumin pasien pada untuk dilakukan dengan
(24/2/20) masih rendah. Pasien telah diberikan nutrisi yang pemeriksaan dokter.
dibutuhkan oleh bagian gizi dan dokter. albumin.
A = Pasien dapat diberikan albumin lagi bila terlihat gejala fisik
(seperti edema). Perlu memantauan kadar albumin.
S = Pasien lemas. P = Rekomendasi I=
O = Pasien telah diterapi untuk mengatasi hipokalsemi dengan pada dokter Konsultasi
1b Ada indikasi, Ca Glukonas 1x (20/2/20), namun Ca ++ pasien pada (23/2/20) penambahan dengan
tidak ada terapi masih rendah. terapi Ca dokter.
7 Lama A = Perlu penegakan diagnosa penyebab diare dan dilakukan Glukonas
pemberian terapi yang sesuai agar Ca++ meningkat secara otomatis. Pasien
dapat diberikan terapi Ca Glukonas lagi dan dipantau kadar Ca +
+
hingga stabil.
DFP 2 – Lembar Pengkajian Obat
Rekomendasi/ Tindak
Kode Masalah Uraian Masalah
Saran Lanjut
S= Pasien lemas P = Konsultasi I=
O = Pasien telah diterapi KAEN 3B + NaCl 15% untuk dengan dokter Konsultasi
mengatasi hiponatremi (21/2/20). Natrium yang dan perawat dengan
diberikan excess namun data menunjukkan tidak ada terkait dokter dan
perbaikan nilai natrium (23/2/20). Pemberian volume pemeriksaan perawat.
KAEN diturunkan dan NaCl 15% dihentikan. kadar Natrium
A = Perlu penegakan diagnosa penyebab diare dan pasien.
dilakukan terapi yang sesuai agar Na+ meningkat secara
otomatis. Perlu penilaian SE kadar Natrium ulang.
Potensi terjadi hipernatremia.
Perhitungan Natrium
Perhitungan Kebutuhan Awal:
• (154mEq-128mEq) : (0,6x9,7 kg+1 L) = 3,8 mEq/ L dalam 24 jam
• 3,8 mEq/L / 24 jam = 0,16 mEq/ L jam.
• 1000 mL/ 24 jam = 41,6 mL/ jam
Perhitungan Defisit Natrium
• Serum Natrium = 128 mEq/ L
• BB = 9,7 kg
Defisit natrium = (135 - serum Na) x 0,6 x BB (kg)
= (135-128) x 0,6 x 9,7 kg
= 40,7 mEq/L
Cairan yang diberikan pada pasien adalah Cairan KA-EN 3B mengandung
Natrium sebanyak 50 mEq/L
Selisih kebutuhan natrium dan cairan yang masuk
40,7 – 50,0 = 9,3 mEq/L (Pemberian Natrium Excess)
Perhitungan Natrium
Karena serum Natrium pasien belum naik, maka ditambahkan NaCl 15% 5 mL.
Perhitungan kebutuhan:
• (2560 mEq-128mEq) : (0,6x9,7 kg+0,005 L) = 417,5 mEq/ L dalam 24 jam
• Maksimum kenaikan Natrium per hari adalah 12 mEq/ L, sedangkan KAEN 3B di
awal telah menaikkan 3,8 mEq/L dalam 24 jam.
• 12mEq/L - 3,8 mEq/L = 8,2 mEq/ L dalam 24 jam.
• Laju NaCl 15% = 8,2 mEq/L x 5 mL : 417,5 mEq/ L = 0,098 mL/ 24 jam
• Laju NaCl 15% = 0,049 mL/12 jam.
• Cairan yang diberikan pada pasien adalah Cairan KA-EN 3B mengandung Natrium
sebanyak 50 mEq/L dan cairan NaCl 15% 5 mL mengandung Natrium sebanyak
2,56 mEq/L sehingga total Natrium yang masuk ke tubuh sebesar 52,56 mEq/L
Perhitungan Defisit Natrium
• Serum Natrium = 128 mEq/ L
• BB = 9,7 kg
Defisit natrium = (135 - serum Na) x 0,6 x BB (kg)
= (135-128) x 0,6 x 9,7 kg
= 40,7 mEq/L
Cairan yang diberikan pada pasien adalah Cairan KA-EN 3B mengandung
Natrium sebanyak 50 mEq/L dan NaCl 15% mengandung 2560 mEq/L.
Selisih kebutuhan natrium dan cairan yang masuk
40,7 – 2610,0 = 2569,3 mEq/L (Pemberian Natrium Berlebih)
DFP 2 – Lembar Pengkajian Obat
Rekomendasi/ Tindak
Kode Masalah Uraian Masalah
Saran Lanjut
S= Pasien mengalami diare. P = Konsultasi I=
O = Pasien diberikan Probiotik 1 sachet/ 12 jam a.c. dengan dokter Konsultasi
20/ 21/ 22/ 23/ 24/ 25/ 26/ 27/
untuk dengan
2 2 2 2 2 2 2 2 meningkatkan dokter dan
Tanggal /20 /20 /20 /20 /20 /20 /20 /20 frekuensi ahli gizi.
sian penggunaan
g
4 Interval probiotik untuk
Frek diare
Pemberian Namun pada20x 8x
realitas, 5x 5x
keluarga 5x
pasien 5x 5x
memberikan 3x
diare
probiotik 1 kali sehari 1 sachet saja.
A = Perlu penegakan diagnosa penyebab diare dan
dilakukan terapi yang sesuai agar frekuensi diare
menurun secara otomatis. Dosis Probiotik untuk diare
dapat disesuaikan 1 sachet 3-4 kali sehari bila tidak ada
perbaikan (MIMS Online, 2020); (DiPiro, 2015)
DFP 2 – Lembar Pengkajian Obat
Rekomendasi/ Tindak
Kode Masalah Uraian Masalah
Saran Lanjut
S = Pasien mengalami diare hingga 27 Februari 2020. P= I=
Pasien memiliki riwayat TB paru tuntas pengobatan Rekomendasi Konsultasi
(November 2019). pada dokter dengan
O = Advis dilakukan Kultur Urine Lengkap namun tidak pemeriksaan dokter.
dilakukan. Pasien diberikan infus Metronidazole dari RS. rapid test dan/
Danisa dan RSUD Dr. Soetomo total 6 hari dan sudah atau kultur
7 Lama
dihentikan. Tidak tampak tanda SIRS pada pasien lewat darah.
Pemberian
data WBC.
A = Perlu peninjauan penyebab diare pasien. Melihat
riwayat penyakit TB paru dan prolonged diare, dapat
dicurigai perlunya pemeriksaan rapid test (HIV).
Penyebab diare dapat dicari dengan kultur darah untuk
penggunaan antibiotik yang tepat.
DFP 3 – ESO Potensial
Evaluasi
Hari/ Manifestasi Nama Regime
No. Cara Mengatasi ESO
Tanggal ESO Obat n Dosis Tgl. Uraian

Pasien tidak mengalami mual


muntah. Akan tetapi, lebih baik
Obat bisa diberikan 15 menit
Kamis/ direkomendasikan konsumsi zink
Mual, setelah makan. Mual dan muntah
20 mg/ 15 menit setelah makan untuk
1. 20 februari muntah Zinc yang parah, bisa diatasi dengan 25/2/2020
24 jam menghindari ESO mual muntah.
2020 (Medscape) pemberian antimuntah seperti
Absorbsi zink tidak tergantung
domperidon.
makanan sehingga tidak masalah
jika diberikan setelah makan
Perut kembung dapat dicegah
dengan pemberian minyak telon/
Perut
minyak kayu putih dan minuman
Kamis/ kembung dan 1 Pasien tidak mengalami ESO
Probioti hangat. Perut kembung dapat
2. 20 februari flatulent sachet/ 25/2/2020 kembung. Pasien hanya lemas
c berakibat pada penurunan nafsu
2020 (Williams, 12 jam akibat dari diare
makan, sehingga pada pasien diare
2010)
dengan gizi buruk ini tidak boleh
kehilangan nafsu makan.
DFP – 4 RENCANA KERJA FARMASI DAN LEMBAR PEMANTAUAN
20 21 22 23 24 25 26 27
Tujuan Rekomendasi Parameter yang Hasil Akhir yang Frekuensi
Farmakoterapi Terapi dipantau diinginkan Pemantauan 09.00 09.00 09.00 09.00 09.00 09.00 09.00 09.00

KAEN 3B Kadar K+ K+ (3.7 – 5.6) 3 hari sekali 3.9 - - 3.9 - - - -

Menyeimbangkan
elektrolit pasien Kadar Na+ Na+(136-145) 3 hari sekali 128 - - 128 - - - -
NaCl 15%
Kadar Cl- Cl-(95-105) 3 hari sekali 97 - - - - - - -

Terapi Kalsium Ca glukonas 10% Kadar Ca2+ Ca2+ (8.7-9.8) 3 hari sekali 6.7 - - 6.7 7.3 - - -

Mengatasi
Transfusi Albumin (3.7-
hipoalbumin pada Albumin 3 hari sekali 1.9 - - - 2.4 - - -
albumin 5.5)
pasien

36,9- 37,0- 37,2- 37,0- 37,1- 36,5- 36,3- 37,3-


Suhu Suhu (36.6-370C) Setiap hari
27,4 39,0 38,4 38,9 39,2 38,4 38,5 38,7

Sebagai antibiotik Injeksi


Nadi Nadi (60-105) Setiap hari 120-132 90-132 108-140 118-132 98-145 116-153 113-135 111-139
empiris Metronidazole
RR RR (12-20) Setiap hari 20-28 20-24 20-26 20-24 21-22 20-24 22-24 24
WBC (5-14.5 x
WBC 3 hari sekali 9130 - - - - - - -
103)
Mengatasi diare Probiotik 3x
Frekuensi diare Tidak diare Setiap hari 20x 8x 5x 5x 5x 5x 5x
pasien Zink (siang)
Mengatasi demam 36.9- 37.2- 37- 37,0- 37,1- 36,5- 36,3-
Paracetamol suhu Suhu (36.6-370C) Setiap hari 37-39 0C
pasien 37.40C 38.40C 38.90C 38,9 0C 39,2 0C 38,4 0C 38,5 0C
DFP 5 – Edukasi Pasien
Hari dan
No. Uraian Rekomendasi/ saran Evaluasi
Tanggal
Pemberian Probiotik (Lacto-
Pemberian probiotik (Lacto-B) dilarutkan Keluarga pasien
B) 1 sachet/ 12 jam sebelum
Kamis, dulu dalam air putih sebelum makan tiap memahami
1. makan. Obat langsung
20-02-2020 12 jam. Penyimpanan terbaik di lemari penjelasan yang
diserahkan pada keluarga
pendingin. diberikan
pasien.
Pemberian sirup zinc sulfat 1 sendok Keluarga pasien
Pemberian sirup zinc sulfat
Kamis, takar (5mL) sebelum makan tiap 8 jam. memahami
2. 20 mg/5 mL tiap 8 jam
20-02-2020 Sirup dapat disimpan selama 35 hari penjelasan yang
sebelum makan.
setelah dibuka (USP, 2019). diberikan
Keluarga pasien
Pemberian sirup parasetamol 1 sendok
memahami
Kamis, Pemberian sirup parasetamol takar (5 mL) sesudah makan (bila
3. penjelasan yang
20-02-2020 120 mg/5 mL (bila demam). demam). Sirup dapat disimpan selama 35
diberikan
hari setelah dibuka (USP, 2019).
DFP 5 – Pemberian Informasi kepada Perawat
Hari dan
No Uraian Rekomendasi/ saran Evaluasi
Tanggal
Pemberian Metronidazol dilakukan
Pemberian injeksi Perawat
melalui infus IV dengan laju
Kamis, Metronidazol memahami
1. 5mL/menit. Pastikan cairan jernih
20-02-2020 100mg/20ml tiap 8 penjelasan yang
dan tidak berwarna sebelum
jam diberikan
diberikan.
Pemberian Ca-glukonas infus IV
dengan dicampur dengan KA-EN
Perawat
Pemberian Ca- 50mL/jam atau diberikan secara
Kamis, memahami
2. glukonas 10%/ 10mL injeksi IV. Bila diberikan secara
20-02-2020 penjelasan yang
tiap 8 jam injeksi IV harus diinjeksikan dengan
diberikan
pelan (10%/10mL) injeksi selama
minimal 3 menit
DAFTAR PUSTAKA
Balanced scorecard slide 10
A to Z Drug Facts
Amin. 2015. Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. CDK-230/ vol. 42 no. 7
Andropoulos, D.B., 2012. Gregory’s Pediatric Anaesthesia Fifth Edition. Blackwell Publishing Ltd.
DiPiro, J.T., DiPiro, C.V., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., 2015. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. United States: McGraw Hill Education.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Fabel, H. Patricia and Shealy, M. Kayce. 2017. Chapter 36: Diarrhea, Constipation, and Irritable Bowel Syndrome. In: T. J. Dipiro, R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M.
Harvey,Richard A.,Champe,Pamela C. 2002. Farmakologi Ulasan Bergambar edisi 4. Medscape
IDAI. 2011. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi jilid 1 . Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Laporan Nasional RISKESDAS 2018 . Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018 . Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Hasil Utama RISKESDAS 2018 Provinsi Jawa Timur . Jakarta: Balitbang Kemenkes RI
Octa, D. R. L., Maita., E., Maya S. & Yulviana,R.. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: Cv Budi Utama.
Pagana KD, Pagana TJ, Pagana T.N., 2015. Mosby’s Diagnostic and Laboratory Test Reference . Missouri: Elsevier Mosbys
Posey. eds. Pharmacotherapy A Pathophysiologic Appproach. New York : Mc Graw Hill education .
Prajnyaswari & Putri. 2018. Gambaran Riwayat Kejadian Diare Pada Balita Dan Pelaksanaan PHBS Dalam Tatanan Rumah Tangga Di Desa Gegelang Kecamatan Manggis Tahun 2013 .
Intisari Sains Medis.Volume 9, Number 1: 10-18
Simadibrata, M., 2009. Diare Akut dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna publishing.
Sweetser, S. 2012. Evaluating the Patient With Diarrhea: A Case-Based Approach . US National Library of Medicine National Institutes of Health, 87(6): 596–602.
Thapar N, Sanderson IR. 2004. Diarrhoea In Children: An Interface Between Developing And Developed Countries. Lancet. 363: 641–53.
WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: World Health Organization
Wijaya AA, 2010. Evaluasi Penggunaan Antibiotika Untuk Penyakit Diare Pada Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar . Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah, Surakarta.
Widjaja, MC. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita . Jakarta: Kawan pustaka.

Anda mungkin juga menyukai