BY : NOVIANA
1. Esensi dan Urgensi Geopolitik
Kepulauan Natuna
Indonesia melakukan protes saat wilayah Natuna yang menjadi
kepulauan Riau mendadak muncul di peta terbaru Laut China. Saat
ini Natuna merupakan wilayah kabupaten di Indonesia yang berdiri
tahun 1999. Klaim sepihak oleh China membuat Indonesia naik
pitam, apalagi beberapa saat yang lalu China melakukan klaim
sepihak juga terhadap kepulauan Spratly dan Paracel yang
merupakan bagian dari wilayah negara Filipina. Lalu pemerintah
Indonesia melakukan protes dan terus mengusahakan segala
upaya termasuk perundingan terhadap klaim sepihak yang
dilakukan China terhadap kepulauan Natuna.
Sejarah Geopolitik
Geopolitik pertama kali digagas oleh Frederick Ratzel(Jerman, 1844-1904) .
Ratzel menyatakan bahwa “Negara dalam hal- hal tertentu dapat
disamakan dengan organisme, yaitu mengalami fase kehidupan dalam
kombinasi dua tau lebih antara lahir, tumbuh, berkembang, mencapai
puncak, surut, kemudian mati”. Inti ajaran Ratzel ini adalah mempelajari
fenomena geografi dari aspek politik
pendapat dari Karl Houshiffer(Jerman, 1869-1964)mengenai geopolitik ini
juga disebut atau dikenal dengan Teori Ekspansionisme. Karl Houshoffer
dalam teori ekspansionismenya mengajarkan paham geopolitik ini sebagai
ajaran ekspansionisme dalam bentuk politik geografi yang mempunyai
titik berat pada persoalan- persoalan strategi perbatasan, ruang hidup dari
bangsa dan juga tekanan rasial, ekonomi dan sosial sebagai faktor yang
mengharuskan pembagian baru kekayaan di dunia. Intinya mempelajari
fenomena politik dari aspek geografi.
Sejarah Geopolitik Indonesia
Letak negara merupakan salah satu penentu bagaimana cara mengelola negara
tersebut. Salah satu kelemahan geopolitik di Indonesia adalah negara ini berbentuk
kepulauan. Namun, Indonesia memiliki letak yang sangat strategis dalam jalur laut
perdagangan dunia yakni Selat Malaka. Dengan adanya jalur ini seharusnya
Indonesia bisa memanfaatkannya sebagai penambah anggaran negara yang mampu
menyejahterakan rakyat. Namun, sampai saat ini Indonesia masih menyia-nyiakan
peluang untuk memanfaatkan ruang strategis ini.
Presiden Joko Widodo sebagai presiden ke-7 mempromosikan slogan “Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia” dengan realisasi pembangunan Tol Laut dengan cara
membangun pelabuhan-pelabuhan yang layak khususnya di daerah jalur
perdagangan di Sumatera. Namun, imlpementasi dalam pembangunan ini ternyata
tidak sesuai dengan slogannya. Menurut Menteri Kelautan Susi Pudjiastuti,
pemerintah tidak memiliki cetak biru mengenai konsep pembangunan ini. Tidak
memiliki masterplan, kata Susi, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) yang dipegang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
merupakan warisan dari pemerintahan sebelumnya.
KESIMPULAN