Anda di halaman 1dari 21

Pajak Tangguhan dan

Rekonsiliasi Laporan
Keuangan
Rekonsiliasi Fiskal
Rekonsiliasi fiskal terjadi karena adanya perbedaan
pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi komersial
dan fiskal dalam menghitung penghasilan kena pajak.
Sehingga, laporan keuangan yang disusun berdasarkan SAK
harus disesuaikan atau dikoreksi fiscal terlebih dahulu
berdasarkan UU Perpajakan dalam menghitung PKP.
• Dari sudut pandang akuntansi, Beda Tetap/Permanen
(yang disebabkan karena perbedaan konsep) dan Beda
Waktu/Sementara (disebabkan oleh perbedaan alokasi
atau saat pengakuan)

• Dari sudut pandang fiscus, Koreksi Positif (jika


menambah laba fiskal) dan Koreksi Negatif (jika
mengurangi laba fiskal)
Hal-hal yang menyebabkan
adanya Koreksi Fiskal :
1. Adanya perbedaan antara SAK dengan Peraturan
Perpajakan (beda Konsep, Beda Pengukuran dan Beda
Metode Pengalokasian/Saat Pengakuan)
2. Adanya Penghasilan tertentu yang bukan merupakan
objek pajak; atau telah dikenakan PPh bersifat final
(Official Assessment System)
3. Adanya Kompensasi Kerugian Fiskal
4. Adanya harga yg tidak wajar karena hubungan istimewa

PPh ps 4 (1); 4(2); 4(3); 6; 9; 11/11A


Beda Tetap
1. Beda konsep, yaitu perbedaan pengakuan Penghasilan
maupun beban/biaya karena konsep akuntansi dan pajak yang
berbeda, misal:
• Penghasilan bukan objek pajak
• Dikecualikan dari objek pajak
• Penghasilan objek pajak final
• Non-deductible expenses, dll
2. Beda Penghitungan, yaitu perbedaan ketika Fiskus (memiliki
kewenangan untuk) menetapkan kembali besarnya
penghasilan dan/atau biaya karena adanya pengaruh
hubungan istimewa. Misal: penjualan atau pembelian kepada
atau dari perusahaan afiliasi harus arm’s length principle
Beda Sementara
1. Perbedaan cara alokasi biaya, yaitu perbedaan dari metode
alokasi biaya karena perbedaan ketentuan antara komersial dan
fiskal, misal:
• Biaya penyusutan: bisa muncul koreksi apabila akuntansi
menggunakan taksiran umur atau metode yang tidak sama dengan
ketentuan fiskal (garis lurus atau saldo menurun)
• Penilaian persediaan: fiskus hanya memperbolehkan wajib pajak
menggunakan harga pokok, dan hanya metode FIFO atau Rata-Rata
• Pengakuan kerugian piutang, fiskus hanya boleh menggunakan
metode langsung (kecuali jenis usaha tertentu, mis. Lembaga
Keuangan), dll
Penghasilan
Penghasilan
(income/revenue)

Objek PPh Dikecualikan Sbg Objek PPh Objek PPh Final Bukan Objek PPh
Psl. 4 (1) Huruf k Psl. 4 (2) Psl. 4 (3)
Psl. 4 (1)

Sesuai UU Tidak
Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi Koreksi


negatif positif negatif negatif negatif
Biaya
Beban
(cost/expense)

Dapat Dikurangkan Tidak dapat dikurangkan


Psl.6 (1) Ps.9 (1)

Sesuai UU Tidak Sesuai UU

over under

Koreksi Koreksi Koreksi positif


positif negatif
Yang Merupakan Objek PPh (Pasal 4
Ayat 1)
1. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa, kecuali
ditentukan lain oleh Undang-Undang PPh
2. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan
3. Laba usaha
4. Keuntungan penjualan atau pengalihan harta (capital gain)
5. Penerimaan kembali pajak yang semula telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
6. Bunga, termasuk premium, diskonto, dan jaminan karena pengembalian utang
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun
8. Royalti
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta  
10.Penerimaan atau perolehan pembayaran secara berkala
11.Keuntungan karena pembebasan utang
Yang Merupakan Objek PPh (Pasal 4
Ayat 1)
12.Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
13.Premi asuransi yang diterima atau diperoleh perusahaan asuransi dari
para peserta asuransi (pemegang polis)
14.Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
15.Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
16.Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak
17.Penghasilan dari usaha berbasis syariah;
18.Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang
mengatur mengenai ketentuan umum dan tata cara perpajakan; dan
19.Surplus Bank Indonesia.
PENGHASILAN-PENGHASILAN YANG
DIKENAKAN PPh. FINAL (Psl 4 Ayat 2)
1. Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan
lainnya, bunga obligasi, dan SUN, dan bunga
simpanan yang dibayar kepada anggota koperasi
WPOP
2. Hadiah undian
3. Penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas
lainnya
4. Penghasilan dari pengalihan harta atau persewaan
berupa tanah dan/atau bangunan, jasa konstruksi,
usaha real estate.
5. Penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan
Yang Merupakan Bukan Objek PPh
[pasal 4 ayat 3]
1. bantuan/sumbangan, termasuk zakat
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga, badan pendidikan, badan sosial,
termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi, yang menjalankan usaha
mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
peraturan menteri keuangan
3. warisan
4. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana yang
dimaksud psl.2 ayat (1) huruf (b) sebagai pengganti saham atau sbg
pengganti penyertaan modal
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yg
diterima atau diperoleh dlm bentuk natura dan atau kenikmatan dari
wp/pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan wp, wajib pajak yang
dikenakan pajak secara final, atau wp yang menggunakan norma
perhitungan khusus, sebagaimana dimaksud psl 15.
Yang Merupakan Bukan Objek
PPh
[pasal 4 ayat 3]
6. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi
7. dividen/bagian laba yang diterima/diperoleh :
• perseroan terbatas wp dalam negeri
•koperasi
• bumn/bumd dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
bertempat kedudukan di indonesia dengan syarat : dividen berasal dari
cadangan laba yg ditahan,dan bagi pt, bumn/bumd yang menerima dividen
,kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah
25% dari jumlah modal yang disetor
8. iuran yang diterima/diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh menkeu baik yg dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
9. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf (g), dalam bidang-bidang tertentu yg ditetapkan dg
keputusan menteri keuangan.
Yang Merupakan Bukan Objek PPh
[pasal 4 ayat 3]
10. bagian laba yang diterima/diperoleh anggota dari :
perseroan komanditer yg modalnya tidak terbagi atas
saham-saham
•persekutuan
•perkumpulan
•firma
•kongsi
termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi
kolektif.
Yang merupakan biaya deductible
(pasal 6 (1))
1. biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha;
2. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas
pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 (satu) tahun;
3. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
4. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam
perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan;
5. kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
7. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat;
9. sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur
dengan Peraturan Pemerintah;
10.sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
Yang merupakan biaya deductible
(pasal 6 (1))
11.biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
12.sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
13.sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga sesuai ketentuan;
14.kerugian yang dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun;
15.Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk Wajib Pajak orang pribadi.
16.Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada hubungannya dengan upaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, misalnya:
17.pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang saham,
18.pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi
peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi,
Yang merupakan biaya non-
deductible (pasal 9)
1. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang
saham, sekutu, atau anggota;
3. pembentukan atau pemupukan dana cadangan, dengan syarat tertentu;
4. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna,
dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
5. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan
dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan
minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Yang merupakan biaya non-
deductible (pasal 9)
6. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai
imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
7. harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan;
8. Pajak Penghasilan;
9. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
10.gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
11.Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
Pajak Taguhan
Pajak tangguhan diatur dalam PSAK No.
46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan
1. Diakui sebagai kewajiaban jika pada masa mendatang akan terjadi
pembayaran pajak yang lebih besar.
Contoh:
perusahaan menggunakan metode penyusutan yang berbeda antara
akuntansu dan fiscal. Jika beban penyusutan asset tetap yang diakui
secara fiscal lebih besar dari pada komersial, selisih tersebut akan
mengakibatkan beban pajak kini menjadi lebih kecil, tetapi
mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih besar secara
komersial dimasa mendatang. Sehingga selisih tersebut menghasilkan
kewajiban pajak tangguhan.
2.

Anda mungkin juga menyukai