Anda di halaman 1dari 23

CLARISA

DAMAYANTI
A 171 011
Reguler pagi A 2017
UJI STERILITAS & PIROGEN
UJI STERILITAS
 cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan
atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang
dipersyaratkan harus dalam keadaan steril.
 sediaan dan peralatan tersebut harus bebas dari
mikroorganisme.
TUJUAN

 Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), uji


sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah
suatu bahan atau sediaan farmasi yang diharuskan
steril memenuhi syarat sesuai dengan uji sterilitas
seperti yang tertera pada masing-masing
monografi, aman untuk penggunaannya sesuai
dengan prosedur pengujian sterilitas sebagai
bagian dari pengawasan mutu pabrik, seperti yang
tertera dalam sterilisasi dan jaminan sterilitas
bahan, serta tidak mengandung mikroorganisme
atau faktanya terkontaminasi.
METODE

 Inokulasi langsung ke dalam media uji.


 Teknik penyaringan membran.
INOKULASI LANGSUNG KEDALAM MEDIA
UJI
 dengan menambahkan bahan uji kedalam
media kemudian diinkubasi selama 14 hari
dengan pengamatan pada hari ke 3,4 atau 5,
hari ke 7 atau 8, dan pada hari terakhir
pengujian
PROSEDUR

1. Encerkan biakan bakteri dan jamur tidak kurang


dari galur mikroba seperti pada uji fertilitas.
2. Inokulasi media dengan uji sterilitas dengan 10
mikroba hingga 100 mikroba viabel, gunakan
volume media seperti yang tertera dalam Tabel
Jumlah untuk bahan cair pada pemilihan
specimen uji dan masa inkubasi.
3. Tambahkan sejumlah tertentu bahan ke dalam
setengah dari jumlah wadah yang mengandung
inokulum dan media.
4. Inkubasi wadah pada suhu dan kondisi seperti yang
tertera dalam tabel selama tidak kurang dari 7
hari.
TEKNIK PENYARINGAN MEMBRAN

 digunakan untuk bahan cair yang dapat diuji


dengan cara inokulasi langsung ke dalam
media uji, uji tidak kurang dari volume dari
jumlah seperti yang tertera pada pemilihan
spesimen uji dan masa inkubasi.
PROSEDUR
o Tahap I
Amati adanya pertumbuhan mikroba seperti
kekeruhan dan atau pertumbuhan pada permukaan
pada isi semua wadah dalam interval waktu tertentu
dan pada akhir periode inkubasi. Jika tidak terjadi
pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat
o Tahap II

Jumlah specimen yang diuji minimal 2 kali jumlah


tahap I. jika tidak ditemukan pertumbuhan mikroba,
bahan yang diuji tidak memenuhi syarat. Jika
ditemukan pertumbuhan mikroba, bahan yang diuji
tidak memenuhi syarat
PIROGEN
 Substansi pirogenik yang paling poten adalah
konstituen dari dinding sel (lipopolisakarida)
bakteri gram negatif.
 Pirogen juga dapat didefinisikan sebagai
produk metabolisme mikroorganisme hidup
atau mikroorganisme mati yang
memgakibatkan respon piretik atau demam
ketika diinjeksikan.
JENIS - JENIS
 Pirogen Endogen
 Pirogen Eksogen
SIFAT – SIFAT PIROGEN

 Thermostabil, sehingga hanya dapat


dihilangkan dengan pemanasan pada suhu
650ºC selama 1 menit, 250ºC selama 15
menit atau 180ºC selama 4 jam
 Larut dalam air. Sehingga tidak bisa
memakai penyaring bakteri
 Tidak dipengaruhi oleh bakterisida yang
biasa
 Tidak menguap, destilasi biasa ada yang
ikut bersama percikan air
 Berat molekul (BM) antara 15.000 –
4.000.000; dan
 Ukuran umumnya 1 – 50µm.
SUMBER-SUMBER PIROGEN

 air
 pelarut
 zat aktif
 peralatan
 penyimpanan
KUALITATIF
1. LAL (Limulus amebocyte lysate)

memperkirakan konsentrasi endotoksin bakteri yang mungkin ada

dalam contoh bahan. Pengujian ini pada prinsipnya merupakan

koagulasi protein yang ada dalam reagensia LAL oleh endotoksin.

Pengujian tersebut ialah dinyatakan positif apabila terjadi

pembentukan gel dan dinyatakan negatip bila tidak terjadi

pembentukan gel. Pembentukan gel akan terjadi apabila kandungan

endotoksin dalam contoh sediaan lebih besar daripada sensitivitas

reagen yang dinyatakan dalam Endotoksin Unit per ml (EU/ml) atau

ng/ml
 2. Rabbit (dengan menggunakan kelinci sebagai hewan coba)
 Prinsip uji pirogenitas menggunakan kelinci adalah dengan injeksi
intravena ke tubuh kelinci di bawah kondisi tertentu dan selanjutnya
dipantau dan dicatat temperatur 3 kelinci dalam jangka waktu tertentu.
Pengujian pirogenitas menggunakan kelinci masih menjadi pilihan utama
karena:

 Farmakope Indonesia edisi III telah menetapkan salah satu metode pengujian
pirogenitas dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pengujian dilakukan dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci yang
disebabkan penyuntikan intravena sediaan uji steril
b. Hewan percobaan digunakan kelinci yang selama seminggu sebelum
pengujian tidak menunjukkan penurunan bobot badan. Kelinci tidak dapat di
gunakan uji pirogenitas jika :
1. Tiga hari sebelumnya telah di gunakan untuk
pengujian pirogenitas dan memberikan hasil
negatif.
2. Tiga minggu sebelumnya telah di gunakan
untuk pengujian pirogenitas sediaan uji tidak
memenuhi syarat.
3. Telah di gunakan kapan saja untuk pengujian
pirogenitas dan rata- rata kelompok kelinci
melebihi 1, 2 o C.
c. Alat Termometer digunakan termometer atau
thermometer listrik dengan ketelitian skala 0,1 oC dan
dapat dimasukkan ke dalam rektum kelinci sedalam lebih
kurang 5 cm. Alat suntik dibuat dari kaca atau bahan lain
yang cocok, tahan pemenasan pada suhu 250oC.
d. Sediaan uji. Dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau
mengencerkan dengan larutan NaCl P steril bebas
pirogen atau jika zat berupa larutan yang sesuai dapat
langsung di gunakan.
e. Cara
1 jam sebelum pengujian masukkan kelinci ke dalam
kotak kelinci sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan
dengan letak leher yang loggar, badannya bebas hingga
kelinci dapat duduk dengan bebas.
f. Pengujian utama
Lakukan pengujian dengan menggunakan
sekelompok hewan percobaan terdiri dari 3
ekor kelinci. Hangatkan sediaan uji hingga
suhu lebih kurang 38,5o, suntikkan perlahan-
lahan ke dalam vena auricularis tiap kelinci.
Kecuali dinyatakan lain, waktu penyuntikan
tidak melebihi 4 menit dan volume sediaan uji
tidak kurang dari 0,5 ml dan tidak lebih dari 1,
0 ml/ kg BB. Jika pengujian gagal, ulangi
pengujian hingga 4 kali, tiap kali menggunakan
1 kelompok yang terdiri dari 3 ekor kelinci.
g. Penafsiran hasil
Suhu awal tiap kelinci adalah suhu rata-rata 2 pembacaan suhu dengan
interval 30 menit dan di lakukan 40 menit sebelum penyuntikan sediaan uji.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang di catat selama 3 jam setelah
penyuntikan sediaan uji. Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak
lebih dari 30 menit di mulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam
setelah penyuntikan sediaan uji. Selisih antara suhu inisial dan suhu
maksimum tiap kelinci dinyatakan sebagai suhu respon. Jika suhu respon
negatif, dianggap nol, kelinci di katakan memenuhi syarat jika perbedaan
suhu awal antara kelinci yang satu dengan kelinci yang lain tidak lebih dari
1o. Kelinci dinyatakan tidak memenuhi syarat jika, perbedaan suhu awalnya
lebih besar dari 0,2o, suhu awal lebih kecil dari 38,0o dan tidak lebih besar
dari 39,8o. Sediaan uji dinyatakan memenuhi syarat jika jumlah respon tidak
memenuhi kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat jika jumlah
respon melebihi kolom 3 untuk tiap keompok. Jika jumlah respon terletak
antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian diulang jika pengujian ke empat
jumlah respon melebihi 6,60o sediaan uji dinyatakan tidak memenuhi syarat.
KUANTITATIF
1. Polarografi

2. Elektroforesis

3. Fotokolrimetri

4. Spektrometri
BATAS UJI STERILITAS
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai