DAMAYANTI
A 171 011
Reguler pagi A 2017
UJI STERILITAS & PIROGEN
UJI STERILITAS
cara pengujian untuk mengetahui suatu sediaan
atau bahan farmasi atau alat-alat kesehatan yang
dipersyaratkan harus dalam keadaan steril.
sediaan dan peralatan tersebut harus bebas dari
mikroorganisme.
TUJUAN
air
pelarut
zat aktif
peralatan
penyimpanan
KUALITATIF
1. LAL (Limulus amebocyte lysate)
ng/ml
2. Rabbit (dengan menggunakan kelinci sebagai hewan coba)
Prinsip uji pirogenitas menggunakan kelinci adalah dengan injeksi
intravena ke tubuh kelinci di bawah kondisi tertentu dan selanjutnya
dipantau dan dicatat temperatur 3 kelinci dalam jangka waktu tertentu.
Pengujian pirogenitas menggunakan kelinci masih menjadi pilihan utama
karena:
Farmakope Indonesia edisi III telah menetapkan salah satu metode pengujian
pirogenitas dengan prosedur sebagai berikut:
a. Pengujian dilakukan dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci yang
disebabkan penyuntikan intravena sediaan uji steril
b. Hewan percobaan digunakan kelinci yang selama seminggu sebelum
pengujian tidak menunjukkan penurunan bobot badan. Kelinci tidak dapat di
gunakan uji pirogenitas jika :
1. Tiga hari sebelumnya telah di gunakan untuk
pengujian pirogenitas dan memberikan hasil
negatif.
2. Tiga minggu sebelumnya telah di gunakan
untuk pengujian pirogenitas sediaan uji tidak
memenuhi syarat.
3. Telah di gunakan kapan saja untuk pengujian
pirogenitas dan rata- rata kelompok kelinci
melebihi 1, 2 o C.
c. Alat Termometer digunakan termometer atau
thermometer listrik dengan ketelitian skala 0,1 oC dan
dapat dimasukkan ke dalam rektum kelinci sedalam lebih
kurang 5 cm. Alat suntik dibuat dari kaca atau bahan lain
yang cocok, tahan pemenasan pada suhu 250oC.
d. Sediaan uji. Dibuat dari zat uji dengan melarutkan atau
mengencerkan dengan larutan NaCl P steril bebas
pirogen atau jika zat berupa larutan yang sesuai dapat
langsung di gunakan.
e. Cara
1 jam sebelum pengujian masukkan kelinci ke dalam
kotak kelinci sedemikian rupa sehingga kelinci tertahan
dengan letak leher yang loggar, badannya bebas hingga
kelinci dapat duduk dengan bebas.
f. Pengujian utama
Lakukan pengujian dengan menggunakan
sekelompok hewan percobaan terdiri dari 3
ekor kelinci. Hangatkan sediaan uji hingga
suhu lebih kurang 38,5o, suntikkan perlahan-
lahan ke dalam vena auricularis tiap kelinci.
Kecuali dinyatakan lain, waktu penyuntikan
tidak melebihi 4 menit dan volume sediaan uji
tidak kurang dari 0,5 ml dan tidak lebih dari 1,
0 ml/ kg BB. Jika pengujian gagal, ulangi
pengujian hingga 4 kali, tiap kali menggunakan
1 kelompok yang terdiri dari 3 ekor kelinci.
g. Penafsiran hasil
Suhu awal tiap kelinci adalah suhu rata-rata 2 pembacaan suhu dengan
interval 30 menit dan di lakukan 40 menit sebelum penyuntikan sediaan uji.
Suhu maksimum adalah suhu tertinggi yang di catat selama 3 jam setelah
penyuntikan sediaan uji. Catat suhu badan kelinci dengan interval tidak
lebih dari 30 menit di mulai 90 menit sebelum penyuntikan hingga 3 jam
setelah penyuntikan sediaan uji. Selisih antara suhu inisial dan suhu
maksimum tiap kelinci dinyatakan sebagai suhu respon. Jika suhu respon
negatif, dianggap nol, kelinci di katakan memenuhi syarat jika perbedaan
suhu awal antara kelinci yang satu dengan kelinci yang lain tidak lebih dari
1o. Kelinci dinyatakan tidak memenuhi syarat jika, perbedaan suhu awalnya
lebih besar dari 0,2o, suhu awal lebih kecil dari 38,0o dan tidak lebih besar
dari 39,8o. Sediaan uji dinyatakan memenuhi syarat jika jumlah respon tidak
memenuhi kolom 2 dan dinyatakan tidak memenuhi syarat jika jumlah
respon melebihi kolom 3 untuk tiap keompok. Jika jumlah respon terletak
antara kolom 2 dan kolom 3, pengujian diulang jika pengujian ke empat
jumlah respon melebihi 6,60o sediaan uji dinyatakan tidak memenuhi syarat.
KUANTITATIF
1. Polarografi
2. Elektroforesis
3. Fotokolrimetri
4. Spektrometri
BATAS UJI STERILITAS
TERIMAKASIH