Anda di halaman 1dari 61

IZIN LINGKUNGAN &

JENIS USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


YANG WAJIB MEMILIKI AMDAL

Megamendung, 13 April 2017

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


Jenis Usaha dan/atau Kegiatan yang
Wajib Memiliki Amdal
(Permen 5/2012)
Gambar 1 Gambar 2

Rencana kegatan/usaha mana yang wajib memiliki dokumen


Amdal??
Gambar 3 Gambar 4
proses
penyeleksian
apakah suatu Penapisan
rencana dalam
usaha/kegiatan Amdal??
wajib Amdal atau
tidak
AMANAH UU NO. 32 TAHUN 2009: PENGATURAN JENIS
USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL

Pasal 22 ayat (1)


wajib
berdampak
Setiap Usaha dilengkapi
penting bagi
dan/atau Kegiatan dengan
lingkungan
Amdal

Pasal 23 ayat (1): Pasal 22 ayat (2):


9 (sembilan) Kriteria 7 (Tujuh) Kriteria
Usaha dan/atau kegiatan Dampak Penting
yang berdampak Penting
No Kriteria Usaha dan/kegiatan yang berdampak penting
(ps 23 UU 32/2009)
1 Pengubahan bentuk lahan dan bentang alam
2 Eksploitasi SDA terbarukan/ tidak terbarukan
3 Proses dan kegiatan yang secara potensial dapat menimbulkan pencemaran dan/atau
kerusakan lingkungan hidup serta pemborosan dan kemerosotan SDA dalam
pemanfaatannya
4 Proses dan kegiatan yang hasilnya dapat mempengaruhi lingkungan alam, lingkungan
buatan, serta lingkungan sosial budaya
5 Proses dan kegiatan yang hasilnya akan mempengaruhi pelestarian kawasan
konservasi sumber daya alam dan/atau perlindungan cagar budaya
6 Introduksi Jenis tumbuh-tumbuhan, hewan dan jasat renik
7 Pembuatan dan penggunaan bahan hayati dan non hayati

8 Kegiatan yang berisiko tinggi dan/atau mempengaruhi pertahanan negara

9 Penerapan teknologi yang diperkirakan mempunyai potensi besar untuk


mempengaruhi LH
KRITERIA DAMPAK PENTING
(PS 22 UU 32/2009)

No Kriteria Dampak Penting

1 Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak

2 Luas wilayah penyebaran dampak

3 Intensitas dan lamanya dampak berlangsung

4 Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak

5 Sifat kumulatif dampak

6 Berbalik atau tidak berbaliknya dampak

7 Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Daftar Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
(lampiran 1 Permen Lh No. 5 th 2012)
No Bidang Jumlah Jenis Kegiatan
1. Multisektor 5
2. Pertahanan 3
3. Pertanian 3
4. Perikanan dan KELAUTAN 1
5. Kehutanan 1
6. Perhubungan 5
7. Teknologi Satelit 5
8. Perindustrian 8
9. Pekerjaan Umum 12
10. Perumahan dan Kaw. Permukiman 1
11. Energi dan Sumber Daya Mineral 18
12. Pariwisata 2
13. Ketenaganukliran 4
14. Pengelolaan LB3 4
72 Bidang
Contoh Daftar Jenis Kegiatan yang Wajib
Memiliki Amdal
(Lampiran I Permen LH nomor 05 tahun 2012)
No Bidang Jenis Kegiatan Skala/ besaran

F Perhubungan 1 Pembangunan Jalur KA, dengan atau tanpa stasiunnya:


a. Pada permukaan tanah, panjang
≥ 25 km
b. Di bawah permukaan tanah, panjang
Semua besaran
c. Di atas permukaan tanah, panjang
≥ 5 km
Pembangunan Terminal penumpang dan terminal barang transportasi
2 jalan. ≥ 5 ha

d. Pengerukan perairan dengan capital dredging


3 ≥ 500.000 m3
b. Pengerukan perairan sungai dan/atau laut dengan capital
dredging yang memotong batu, yang bukan termasuk material ≥ 250.000 m3
karang Atau semua besaran yang
menggunakan bahan
c. Penempatan hasil keruk di laut peledak
- volume, atau
- luas area penempatan hasil keruk ≥ 500.000 m3
≥ 5 ha
Contoh Daftar Jenis Kegiatan yang Wajib Memiliki Amdal
(Lampiran I Permen LH nomor 05 tahun 2012)

No Bidang Jenis Kegiatan Skala/ besaran


F Perhubungan 4 Pembangunan pelabuhan dengan salah satu fasilitas
berikut:
a. Dermaga dengan bentuk konstruksi Sheet pile
atau open pile
- panjang, atau ≥ 200 m
- Luas ≥ 6.000 m2
b. Dermaga dengan konstruksi masif Semua besaran
c. Penahan gelombang (talud) dan/atau pemecah
gelombang (break water)
- panjang ≥ 200 m
d. Fasilitas terapung (floating facility) ≥ 10.000 DWT

5 Pembangunan Bandar Udara untuk Fixed wing Semua


beserta fasilitasnya pembangunan
bandar udara
- Landasan pacu, panjang > 1.200 m
- Terminal penumpang atau terminal kargo, luas > 10.000 m2
Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
(Utama dan Pendukung) dan Wajib Amdal
Kegiatan Utama
Rencana
pembangunan
terminal penumpang
dan terminal barang
dan transportasi jalan
seluas 4 Ha Menjadi Usaha
dan/atau kegiatan
Jenis Rencana Usaha dan Wajib Amdal
Pengambilan air Kegiatan Utama:
tanah Pembangunan terminal
penumpang dan terminal
Jenis Usaha dan barang dan transportasi
Kegiatan Pendukungnya jalan seluas ≥ 5 ha 
Wajib Amdal. Misal
Amdal
Pengambilan air tanah
lebih dari 50 liter/detik
dari 1-5 sumur dalam
satu area < 10 hektar
Pasal 3 Permen Lh No 5/2012: Rencana Usaha/Kegiatan di dalam
dan/atau berbatasan langsung dengan kawasan Lindung
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang
Jenis rencana usaha dan/atau kegiatan
lokasinya berada di dalam kawasan lindung
diizinkan sesuai peraturan perundang-undangan
yang berada di dalam dan/atau berbatasan
yang berlaku, misal: tambang bawah tanah di hutan langsung dengan kawasan lindung yang
lindung, wisata alam di kawasan lindung dikecualikan dari kewajiban menyusun
Amdal adalah rencana usaha dan/atau
kegiatan:
1. Eksplorasi pertambangan, migas dan

Batas proyek
terluar yang Kawasan Lindung 1 panas bumi;
2. Penelitian dan pengembangan di bidang
ilmu pengetahuan;
bersinggungan Yang tercantum dalam
dengan batas Lampiran Permen LH & 3. Yang menunjang pelestarian kawasan
terluar dari telah ditetapkan sesuai lindung;
kawasan dengan PUU 4. Yang terkait dengan kepentingan

2
lindung pertahanan dan keamanan negara yang
tidak berdampak penting terhadap
Dampak lingkungan;
potensial 5. Budidaya yang secara nyata tidak
Dampak potensial dari
berdampak penting bagi lingkungan

3
rencana usaha dan/atau
kegiatan yang akan hidup;
dilaksanakan tersebut 6. budidaya yang diizinkan bagi penduduk
secara nyata asli dengan luasan tetap dan tidak
mempengaruhi kawasan Keterangan: mengurangi fungsi lindung kawasan dan
lindung terdekat = Rencana Usaha di bawah pengawasan ketat.
dan/atau kegiatan
Lampiran 3 Permen Lh No. 5/2012: Daftar Kawasan Lindung
1. Kawasan hutan lindung
2. Kawasan bergambut
3. Kawasan Resapan Air
4. Sempadan Pantai Catatan:
5. Sempadan Sungai • Kawasan lindungan = kawasan yang
6. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk telah DITETAPKAN sebagai kawasan
7. Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut lindung sesuai dengan ketentuan PUU
8. Cagar Alam dan Cagar Alam Laut
9. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
10.Taman Nasional dan Taman Nasional Laut
11.Taman Hutan Raya
12.Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
13.Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
14.Kawasan Cagar Alam Geologi
15.Kawasan Imbuhan Air Tanah
16.Sempadan Mata Air
17.Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah
18.Kawasan Pengungsian Satwa
19.Terumbu Karang
20.Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa dan Biota Laut yang Dilindungi
Keterkaitan Tata Ruang, dan PIPIB dengan Proses Amdal,
UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Rencana Usaha • Proses Amdal dan Izin Lingkungan,
dan/atau Kegiatan atau
• Proses UKL-UPL dan Izin Lingkungan
Tidak
Apakah Lokasinya ya
• Sesuai dengan
Rencana Tata Apakah lokasinya berada
Ruang, dan/atau di dalam ya Apakah termasuk usaha
Sesuai
Kawasan Hutan Primer & dan/atau Kegiatan yang
• Sesuai dengan Lahan Gambut dalam Peta DIKECUALIKAN?
Ketentuan PUU Indikatif Penundaan Izin
PPLH & SDA Baru (PIPIB) ?
Tidak
Tidak Sesuai
Ditolak Inpress 06/2013 penganti Inpres 10/211 Ditolak

Usaha dan/atau kegiatan yang dikecualikan dalam Inpres 10/2011 (Inpres 06/2013)
• Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri Kehutanan;
• Pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu: geothermal, migas,
ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu
• Pemanfaatan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan yang telah ada sepanjang izin
di bidang usahanya masih berlaku
Rencana Tata Ruang, Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
serta Rencana Kegiatan Migas dan Panas Bumi

Rencana Tata Ruang


UU No 26/2007, UU 27/2007, UU 41/1999 & PP No. 26/2008, PP
24/2010

Kawasan Budi
Kawasan Lindung
Daya

Rencana Kegiatan Migas


dan Panas Bumi sesuai Rencana Kegiatan Migas dan
dengan Rencana Tata Panas Bumi diizinkan oleh PUU
Ruang PSDA dan PPLH
Contoh: Kawasan Karst dalam RTRW

Kawasan Karst

Ditetapkan Sebagai Kawasan


Lindung antara lain: Ditetapkan Sebagai Kawasan
• Taman Nasional: i.e. sebagian Karst Budidaya
Maros Pangkep dan Lorent;
• Hutan Lindung: i.e. Sebagian karst
maros pangkep;
Rencana Usaha
• Cagar Alam Geologi dan/atau Kegiatan
• Cagar Budaya
Industri Seman
beserta
Sesuai dengan Ketentuan PUU PPLH &
Penambangan Batu
PSDA: Rencana Usaha dan/atau Kegiatan
Industri Semen beserta Penambangan Gamping dan Tanah
Batu Gamping dan Tanah Liat tidak Liat dapat dilakukan
dapat dilakukan di kawasan Lindung jika sesuai dengan
Rencana Tata Ruang
Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Dalam Peraturan Nasional Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106
MENLH No. 05 PP No. 26 Tahun 2008
Tahun 2012
1. Kawasan Hutan a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
Lindung b. kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli
dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung
kawasan, dan di bawah pengawasan ketat
2. Kawasan bergambut a. wisata alam tanpa merubah bentang alam
3. Kawasan Resapan Air a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada

4. Sempadan Pantai a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;


b. pengembangan struktur alami dan struktur buatan untuk
mencegah abrasi;
c. pendirian bangunan yang dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan rekreasi pantai;
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan
Dalam Peraturan Lindung Nasional Sesuai dengan Ketentuan
MENLH No. 05 Tahun Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
2012
5. Sempadan Sungai a. pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;
6. Kawasan sekitar b. bangunan untuk pengelolaan badan air
danau/waduk dan/atau pemanfaatan air;
c. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
menunjang fungsi taman rekreasi;
7. Suaka margasatwa dan a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;
suaka margasatwa laut b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk
8. Cagar alam dan cagar menunjang kegiatan sebagaimana dimaksud
alam laut pada huruf a;

9. Kawasan pantai a. kegiatan pendidikan, penelitian, dan wisata


berhutan bakau alam
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Nasional
Lindung Dalam Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun
Peraturan 2008
MENLH No. 05
Tahun 2012
10. Taman Nasional a. wisata alam tanpa merubah bentang alam;
atau taman b. pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya
nasional laut diizinkan bagi penduduk asli di zona penyangga dengan
luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan
di bawah pengawasan ketat

11. Taman hutan raya a. penelitian, pendidikan, dan wisata alam;


b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a;

12. Taman Wisata a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;


Alam dan Taman b. pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang
Wisata Alam Laut kegiatan sebagaimana dimaksud pada huruf a; dan
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Lindung Dalam Nasional Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal
Peraturan 106 PP No. 26 Tahun 2008
MENLH No. 05
Tahun 2012
13. Kawasan cagar a. penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan
budaya dan ilmu b. pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak
pengetahuan sesuai dengan fungsi kawasan

14. Kawasan cagar a. pariwisata tanpa mengubah bentang alam


alam geologi b. kegiatan penggalian dibatasi hanya untuk penelitian
arkeologi dan geologi
c. pelindungan bentang alam yang memiliki ciri langka
dan/atau bersifat indah untuk pengembangan ilmu
pengetahuan, budaya, dan/atau pariwisata.
d. pelindungan kawasan yang memiki ciri langka berupa
proses geologi tertentu untuk pengembangan ilmu
Lanjutan - Jenis Kegiatan yang izinkan dalam Kawasan Lindung
Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP No. 26 Tahun 2008
No. Kawasan Lindung Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung
Dalam Peraturan Nasional Sesuai dengan Ketentuan Pasal 99-Pasal 106 PP
MENLH No. 05 Tahun No. 26 Tahun 2008
2012
15. Kawasan imbuhan air a. kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki
tanah kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;
b. penyediaan sumur resapan dan/atau waduk pada lahan
terbangun yang sudah ada

16. Sempadan mata air a. ruang terbuka hijau


17. Kawasan perlindungan a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
plasma nutfah b. pelestarian flora, fauna, dan ekosistem unik kawasan
18. Kawasan pengungsian a. wisata alam tanpa mengubah bentang alam;
satwa b. pelestarian flora dan fauna endemik kawasan;
19. Terumbu Karang a. pariwisata bahari
20. Kawasan koridor bagi
jenis satwa atau biota
laut yang dilindungi
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan KPA
sesuai dengan PP 28/2011
No Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA Kawasan Suaka Kawasam Pelestarian
Alam (KSA) Alam (KPA)
Cagar Suaka Taman Taman Taman
Alam Marga- Nasion Wisata Hutan
(CA) satwa al (TN) Alam Raya
(SM) (TWA) (Tahura)
1. penelitian dan pengembangan     
ilmu pengetahuan
2. pendidikan dan peningkatan     
kesadartahuan konservasi alam
  koleksi kekayaan          
keanekaragaman hayati
3. penyerapan dan/atau     
penyimpanan karbon
4. pemanfaatan air serta energi air,      
Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
Jenis Kegiatan yang diizinkan dalam Kawasan Konservasi (KSA) dan KPA
sesuai dengan PP 28/2011
No Jenis Pemanfaatan KSA dan KPA Kawasan Suaka Kawasam Pelestarian Alam
Alam (KSA) (KPA)
Cagar Suaka Taman Taman Taman
Alam Marga- Nasiona Wisata Hutan
(CA) satwa l (TN) Alam Raya
(SM) (TWA) (Tahura)
6. pemanfaatan sumber plasma nutfah     
untuk penunjang budidaya
7. pemanfaatan tradisional oleh masyarakat       
setempat.
6. pembinaan populasi melalui penangkaran         
dalam rangka pengembangbiakan satwa
atau
perbanyakan tumbuhan secara buatan
dalam lingkungan yang semi alami.
7. pembinaan populasi dalam rangka         
penetasan telur dan/atau pembesaran
Sumber: Pasal 33-37 PP No. 28 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan
PASAL 38 UU 41/1999 TENTANG KEHUTANAN

Pasal 38
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di
luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan di dalam
kawasan hutan produksi dan kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan.
(3) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan
dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai oleh Menteri
dengan mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu
serta kelestarian lingkungan.
(4) Pada kawasan hutan lindung dilarang melakukan penambangan
dengan pola pertambangan terbuka.
(5) Pemberian izin pinjam pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang berdampak penting dan cakupan yang luas serta bernilai strategis
dilakukan oleh Menteri atas persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 2010
TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Pasal 3

(1) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2


hanya dapat dilakukan di dalam:
a. kawasan hutan produksi; dan/atau
b. kawasan hutan lindung.
(2) Penggunaan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan tanpa mengubah fungsi pokok kawasan hutan dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta
kelestarian lingkungan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai batasan luas dan jangka waktu
tertentu serta kelestarian lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diatur dengan peraturan Menteri.
Pertambangan di Kawasan Hutan Lindung (PP 24/2010)

Pasal 5
(1) Penggunaan kawasan hutan untuk kegiatan pertambangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dilakukan
dengan ketentuan:
a. dalam kawasan hutan produksi dapat dilakukan:
1. penambangan dengan pola pertambangan terbuka; dan
2. penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah;
b. dalam kawasan hutan lindung hanya dapat dilakukan
penambangan dengan pola pertambangan bawah tanah dengan
ketentuan dilarang mengakibatkan:
1. turunnya permukaan tanah;
2. berubahnya fungsi pokok kawasan hutan secara permanen; dan
3. terjadinya kerusakan akuiver air tanah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penambangan bawah tanah pada
hutan
Pasal 6 lindung diatur dengan Peraturan Presiden.
(1) Penggunaan kawasan hutan dilakukan berdasarkan izin pinjam pakai kawasan
Usaha dan/atau Kegiatan di Hutan Lindung yang Diiziinkan/Diperbolehkan
oleh PP 24/2010 & PP 61/2012
Penggunaan kawasan hutan (Hutan Produksi dan Hutan Lindung) untuk kepentingan
pembangunan di luar kegiatan kehutanan hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang
mempunyai tujuan strategis yang tidak dapat dielakkan, meliputi kegiatan:
a. religi;
b. pertambangan;
c. instalasi pembangkit, transmisi, dan distribusi listrik, serta teknologi energi
baru dan terbarukan;
d. pembangunan jaringan telekomunikasi, stasiun pemancar radio, dan stasiun relay televisi;
e. jalan umum, jalan tol, dan jalur kereta api;
f. sarana transportasi yang tidak dikategorikan sebagai sarana transportasi
umum untuk keperluan pengangkutan hasil produksi;
g. sarana dan prasarana sumber daya air, pembangunan jaringan instalasi air, dan
Pasal 4 ayat (2) PP
saluran air bersih dan/atau air limbah; 61/2012: Tambahan
h. fasilitas umum; Kegiatan:
i. industri terkait kehutanan; m. pertanian tertentu
j. pertahanan dan keamanan; dalam rangka
k. prasarana penunjang keselamatan umum; atau ketahanan pangan dan
ketahanan energi
l. penampungan sementara korban bencana alam.
Sumber: Pasal 4 PP No. 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang diperbolehkan
dilakukan di HPK
• Pasal 2 ayat (1): Pelepasan kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan
kehutanan hanya dapat dilakukan pada HPK ;
• Pasal 3: Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (1), termasuk sarana penunjang, antara lain:

1. penempatan korban bencana 11.pelabuhan;


alam; 12.bandar udara;
2. waduk dan bendungan; 13.stasiun kereta api;
3. fasilitas pemakaman; 14.terminal;
4. fasilitas pendidikan; 15.pasar umum;
5. fasilitas keselamatan umum; 16.pengembangan/pemekaran
6. rumah sakit umum dan pusat wilayah;
kesehatan masyarakat; 17.pertanian tanaman pangan;
7. kantor Pemerintah dan/atau 18.budidaya pertanian;
pemerintah daerah; 19.perkebunan;
8. permukiman dan/atau 20.perikanan;
perumahan; 21.peternakan; atau
9. transmigrasi; 22.sarana olah raga.
Sumber: Peraturan Menteri Kehutanan P. 33/Menhut-II/2010 tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan
10.bangunan
Produksi industri;
yang dapat Dikonversi
Penataan Ruang, Reklamasi dan Perizinan Reklamas:
Kasus Teluk Jakarta
1. Pasal 34 UU No. 27 Tahun 2007 1. Pasal 97UU No. 17 Tahun 2008
tentang PWP-PPK ; tentang Pelayaran
2. Pasal 103-107 PP No. 5 Tahun 2010
2. Pasal 2 ayat (2)Peraturan Presiden
tentag Kenavigasian;
No. 122 Tahun 2012 tentang 3. Peraturan MENHUB No. PM 52 Tahun
Reklamasi di Wilayah Pesisir dan 2011 tentang Pengerukan dan
Pualau-Pulai Kecil Reklamasi
Reklamasi di LUAR Reklamasi di DALAM
DLKr dan DLKp Pelabuhan DLKr dan DLKp Pelabuhan
Utama dan Pelabuhan Utama dan Pelabuhan
Pengumpul Pengumpul

Perizinan
Perizinan
1. Izin Lokasi Reklamasi
1. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
2. Amdal atau UKL-UPL dan Izin
Lingkungan;
Lingkungan;
2. Izin Reklamasi
3. Izin Pelaksanaan Reklamasi

Karena itu, Untuk kepastian hukum pelaksanaan reklamasi perlu kejelasan demarkasi/batas
areal DLKr dan DLKp Pelabutan Utama dan Pengumpul di Kawasan Pantura Jakarta. Hal ini
terkait dengan acuan regulasi yang digunakan dan perizinan yang akan diterbitkan.
Ruang/Lokasi Kegiatan Reklamasi
lokasi sumber Kawasan Lokasi Rencana
Kawasan Budi Lindung Pengambilan
material
Daya Material
reklamasi
Reklamasi
diizinkan oleh
PUU PSDA & LH
Lokasi Rencana
Pengambilan Material
Reklamasi sesuai dengan Pasal 2
Rencana Tata Ruang Perpres
Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha 122/2012:
dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi Reklamasi
tidak dapat
dilakukan
Pasal 2 Perpres
pada
122/2012: Reklamasi Kawasan Budi
Kawasan Lindung kawasan
tidak dapat dilakukan Daya konservasi
pada alur laut

Rencana Kegiatan reklamasi sesuai dengan Rencana Kegiatan reklamasi


Rencana Tata Ruang dilarang di kawasan lindung
Ruang/Lokasi Sumber Material Reklamasi
Pasal 4 ayat (2) Peraturan Menteri KKP No. 17 Tahun 2013:
Lokasi pengambilan sumber material reklamasi tidak dapat
dilakukan di:
a. Pulau-pulau kecil terluar (PPKT);
b. Kawasan konservasi perairan dan konservasi pesisir dan pulau-
pulau kecil;
c. Pulau kecil dengan luas kurang dari 100 (seratus) hektar; dan
d. kawasan terumbu karang, mangrove, dan padang lamun;
Pengambilan sumber material reklamasi
tidak boleh: lokasi sumber
a. merusak kelestarian ekosistem di material
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; reklamasi
b. mengakibatkan terjadinya erosi
pantai; dan
c. menganggu keberlanjutan kehidupan
dan penghidupan masyarakat.

Pengambilan sumber material


reklamasi di pulau kecil paling banyak Lokasi Reklamasi
10% (sepuluh persen) dari luas pulau
tersebut.
Rencana Kegiatan Reklamasi & Rencana Usaha
Sumber: Pasal 4 ayat (3) dan ayat (4)
dan/atau Kegiatan Lainnyy di Lahan Reklamasi
Peraturan Menteri KKP No. 17/2013
PUU terkait dengan PERSYARATAN LOKASI KEGIATAN atau larangan untuk
melakukan aktivitas tertentu di dalam lokasi tertentu
Peraturan Menteri Perhubungan PM No. 52 Tahun 2011
tentang Pengerukan dan Reklamasi (PM 74/2014). Pasal 5
ayat (4) menyebutkan bahwa Lokasi pembuangan hasil
keruk (dumping area) tidak diperbolehkan di:
1. alur-pelayaran;
2. kawasan lindung;
3. kawasan suaka alam;
4. taman nasional;
5. taman wisata alam;
6. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan;
7. sempadan pantai;
8. kawasan terumbu karang;
9. kawasan mangrove;
10. kawasan perikanan dan budidaya;
11. kawasan pemukiman; dan
12. daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangundangan
Kawasan Lindung Sempadan Pantai Mangrove
PP 26/2008 Pasal 57 ayat (5), Keppres Keppres 32/1990 Pasal
32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan 26: Perlindungan
terhadap kawasan
Lindung, Pasal 27 dan Kepmen LH No. 201 pantai berhutan bakau
Tahun 2004 dilakukan untuk
melestarikan hutan
an bakau sebagai
d
m pa pembentuk ekosistem
Se hutan bakau dan
g
d un e tempat
n Lin grov berkembangbiaknya
asa a n berbagai biota laut
w m
Ka ntai disamping sebagai
pa KAWASAN
LINDUNG pelindung pantai dan
Sempadan pantai hutan pengisian air laut serta
mangrove = 130 x nilai rata- perlindungan usaha
budidaya di
rata perbedaan air pasang belakangnya
tertinggi dan terendah tahunan,
DIUKUR dari garis air surut
teredah
Pasal 101 ayat 3 PP 26/2008: Kawasan pantai
berhutan bakau  pemanfaatan utk keg. Pendidikan,
penelitan & wisata alam, pelarangan pemanfaatan
kayu bakau, pengurangan luas dan pencemaran
ekosistem bakau
Kriteria Kawasan Lindung Sempadan Pantai
Zonasi untuk sempadan pantai: Pemanfaatan untuk RTH, Pengembangan struktur
alami dan struktur buatan untuk menunjang kegiatan rekreasi pantai, Pelarangan
pendirian bangunan, Pelarangan semua jenis kegiatan yang dapat menurunkan luas,
nilai ekologis, dan estetika kawasan (Pasal 100 ayat (1) PP 26 Tahun 2008 tentang
RTRWN)

Kawasan Lindung
Sempadan Pantai
= 100 meter
Garis batas sempadan pantai

Berdasarkan PP 26/2008 Pasal 56 ayat (2), Keppres 32/1990 Pasal 14:


Sempadan pantai diukur 100 meter dari garis pasang tertinggi
Kawasan Lindung Sempadan Sungai
S. Bone di Kab. Bolmong, Prop. Sulut PP 82/2001
g ai
un Pengelolaan
a ns Kualitas Air
ad A ir
mp li tas &
se Kua ai
PP 26 Tahun 2008 r is g Pengendalia
tentang Tata Ruang Ga Su n s ung
ai
da n n
Nasional & s e mpa
s
Keppres 32/1990 Gari Pencemaran
10
tentang Kawasan m 0 Air
Zonasi sempadan sungai
Lindung 10
m 0 • Pemanfaatan Ruang
utk RTH;
• Pelarangan mendirikan
bangunan
Pasal 100 ayat 2 PP
Sungai 26/2008
Izin Lingkungan
(PP 27/2012)
Semangat PP NO. 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan
1. Menghindari terjadinya birokrasi baru. Dalam PP ini,
Izin lingkungan diintegrasikan ke dalam proses Amdal
dan UKL-UPL;
2. Pelaksanaan Amdal, UKL-UPL dan Izin Lingkungan
harus lebih streamlining dan bermutu, serta menuntut
profesionalisme, akuntabilitas dan integritas semua
pihak;
3. Kaidah Amdal sebagai Kajian Ilmiah;
4. Penegakan hukum atas pelanggar Amdal-UK-UPL dan
Izin Lingkungan;
5. Memperkuat Akses Partisipasi Masyarakat;
6. Mengubah Mindset Seluruh Pemangku Kepentingan;
7. Izin Lingkungan = Filter Investasi Hijau 
Pro-Lingkungan dan Pro-Investasi Hijau
Evolusi Pengaturan tentang Amdal di Indonesia sesuai dengan
PP 29/1986, PP 51/1993, PP27/1999 dan PP 27/2012
No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0
1. Dasar Hukum UU 4/1982 UU 4/1982 UU 23/1997 UU 32/2009
PP 29/1986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012

2. Definisi Amdal Hasil studi Hasil studi Kajian mengenai Kajian mengenai
mengenai dampak mengenai dampak dampak besar dan dampak prnting
suatu kegiatan penting suatu prnting suatu usaha suatu usaha
yang direncanakan usaha dan/atau dan/atau kegiatan dan/atau kegiatan
terhadap kegiatan yang yang direncanakan yang direncanakan
lingkungan, hidup direncanakan pada lingkungan pada lingkungan hidup,
yang diperlukan terhadap hidup, yang diperlukan yang diperlukan bagi
bagi proses lingkungan, hidup bagi proses proses pengambilan
pengambilan yang diperlukan pengambilan keputusan tentang
keputusan bagi proses keputusan tentang penyelenggaraan
pengambilan penyelenggaraan usaha dan/atau
keputusan usaha dan/atau kegiatan
kegiatan
3. Penapisan Dua tahap: 1) Satu tahap: dengan Satu tahap: dengan Satu tahap: dengan
berdasarkan uraian daftar kegiatan daftar kegiatan wajib daftar kegiatan wajib
kegiatan, 2) wajib Amdal Amdal Amdal
berdasarkan PIL

4. Dokumen PIL, KA-ANDAL, KA-ANDAL, ANDAL, KA-ANDAL, ANDAL, KA, ANDAL, RKL-RPL
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang Amdal di
Indonesia
No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0
PP 29/2986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012

5. Sertifikasi Tanpa persyaratan Tanpa persyaratan persyaratan sertifikasi persyaratan sertifikasi


Kompetensi sertifikasi kompetensi sertifikasi kompetensi kompetensi (2008) kompetensi
Penyusun Amdal

6. Komisi Penilai • Komisi Pusat: • Komisi Pusat: • Komisi Penilai Amdal • Komisi Penilai Amdal
AMDAL (KPA) Departemen atau Departemen atau Pusat: BPEDAL/KLH Pusat: KLH
LPND Sektoral LPND Sektoral • Komisi Penilai Amdal • Komisi Penilai Amdal
• Komisi Daerah: • Komisi Daerah: Provinsi: Instansi LH Provinsi: Instansi LH
Daerah Tingkat I Daerah Tingkat I Provinsi Provinsi
Provinsi Provinsi • Komisi Penilai Amdal
• Komisi Penilai Sejak Tahun 2000: Komisi Kabupaten/Kota: Instansi
Amdal Terpadu/ Penilai Amdal LH Kab/Kota
Multisektoral : Kabupaten/Kota
BAPEDAL

6. Lisensi Komisi Tanpa lisensi KPA Tanpa lisensi KPA Lisensi KPA Kab/kota • Lisensi KPA Pusat &
Penilai Amdal sejak 2008 Lisensi KPA Provinsi
(2010) dan
• KPA Kab/Kota (2008)
7. Proses Penilaian 1)PIL = 30 hari 1)KA-ANDAL = 12 hari 1)KA-ANDAL = 75 hari 1.KA = 30 hari
& waktu 2)KA-ANDAL = 30 hari 2)ANDAL & RKL-RPL = 2)ANDAL & RKL-RPL = 75 2.ANDAL & RKL-RPL = 75
3)ANDAL = 90 hari 45 hari hari hari
4)RKL-RPL = 30 hari
Lanjutan Beberapa Perbedaan Mendasar antar Berbagai PP yang mengatur tentang
Amdal di Indonesia
No Komponen AMDAL 1.0 AMDAL 2.0 AMDAL 3.0 AMDAL 4.0
PP 29/1986 PP 51/1993 PP 27/1999 PP 27/2012
8. Alternatif SEMDAL (PEL, UKL-UPL untuk UKL-UPL untuk UKL-UPL untuk rencana
AMDAL SEL, RKL-RPL) rencana rencana kegiatan kegiatan yang tidak
untuk kegiatan kegiatan yang yang tidak berdampak penting
sudah berjalan tidak berdampak
berdampak penting
penting
9. Keterbukaan Pengumuman Pengumuman Pengumuman dan Pengumuman dan akses
Informasi dan akses dan akses akses dokumen dokumen
dokumen dokumen
10. Keterlibatan Saran dan Saran dan Saran, pendapat Saran, pendapat dan
Masyarakat masukan lisan masukan lisan dan tanggapan tanggapan sejak awal,
atau tertulis atau tertulis sejak awal, konsultasi masyarakat (KA)
sebelum sebelum konsultasi dan keterwakilan dalam
pemberian izin keputusan masyarakat (KA- KPA, saran, pendapat dan
persetujuan ANDAL) dan tanggapan masyarakat
Amdal keterwakilan terkait izin lingkungan
dalam KPA (ANDAL & RKL-RPL serta
Keputusan Izin Lingkungan
11. Keputusan Persetujuan Persetujuan Keputusan • Keputusan Kelayakan
Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi Menteri, gubernur, atau
Penilai Amdal bupati/walikota
1
Pengumuman
dan
Konsultasi
Publik Penilaian Kerangka Acuan
Pengumuman Izin
3 4 6 15
2 5 Lingkungan
Pengajuan Penilaian Penilaian Penerbitan
Penyusunan
Penilaian KA oleh KA oleh Persetujuan
Kerangka
Kerangka Sekretariat Tim KA oleh Ketua 14a
Acuan (KA) Penerbitan:
Acuan KPA Teknis KPA
1. Keputusan
Kelayakan
Penyusunan 7
Lingkungan; dan
ANDAL dan 2. izin Lingkungan
RKL-RPL
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL
Pengajuan Permohonan Izin 8
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan 9 11 12
RKL-RPL Penilaian Penilaian
Penilaian 14b
ANDAL & ANDAL & Keputusan
ANDAL &
RKL-RPL RKL-RPL Ketidaklayakan LH
RKL-RPL
Sekretariat oleh Tim
oleh KPA
KPA Teknis

Pengumuman Permohonan Izin Rekomendasi


10
Lingkungan KPA 13
Proses Penyusunan dan Penilaian Amdal serta Penerbitan SKKL & Izin Lingkungan
Pemrakarsa Sekretariat KPA, Tim Teknis dan Komisi Menteri, gubernur, atau
Penilai Amdal bupati/walikota
1
Catatan: Keputusan disampaikan kepada Pemrakarsa
Pengumuman SPT dari
dan Pengumuman Paling lambat 5 hari
Konsultasi = 10 hari kerja setelah
Publik Kerja Penilaian Kerangka Acuan diterbitkan
30 hari kerja Pengumuman Izin
3 4 6 15
2 5 Lingkungan
Pengajuan Penilaian Penilaian Penerbitan
Penyusunan
Penilaian KA oleh KA oleh Persetujuan
Kerangka
Kerangka Sekretariat Tim KA oleh Ketua 14a
Acuan (KA) Penerbitan:
Acuan KPA Teknis KPA
1. Keputusan
Kelayakan
Penyusunan 7 Lingkungan; dan
ANDAL dan 2. izin Lingkungan
RKL-RPL
Penilaian ANDAL dan RKL-RPL Layak
75 hari kerja, termasuk 10 hari kerja 10 hari
Pengajuan Permohonan Izin 8 SPT Pengumuman Lingkungan kerja
Lingkungan dan Penilaian ANDAL dan 9 11 12
RKL-RPL Penilaian Penilaian
Penilaian 14b
ANDAL & ANDAL & Keputusan
Satu surat ANDAL &
RKL-RPL RKL-RPL Ketidaklayakan LH
permohonan RKL-RPL
Sekretariat oleh Tim
oleh KPA
KPA Teknis
Tidak Layak
Keterlibat Lingkungan
an Pengumuman Permohonan Rekomendasi
10
Izin Lingkungan KPA 13
Masyarak
Pengikutsertaan Masyarakat dalam Amdal
Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen Amdal
mengikutsertakan masyarakat:
1• terkena dampak;
2• Pemerhati lingkungan hidup
3• Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan
dalam proses Amdal
1 Pengumuman
10 HARI
[Pengumuman] 2 Konsultasi Publik
Pengikutsertaan
masyarakat
dilakukan sebelum
penyusunan
Pemrakarsa dokumen kerangka
acuan
Saran, pendapat, dan tanggapan (SPT) disampaikan secara tertulis kepada
pemrakarsa, Menteri, gubernur, dan/atau bupati/walikota

Pasal 9 PP 27/2012 Izin Lingkungan


Penting untuk Diperhatikan!!!
SKKL Proses yang Benar
Penyusunan Penilaian
Amdal Amdal Izin
Lingkungan Izin lingkungan wajib
diterbitkan
Rekomendasi bersamaan dengan
Penyusunan Pemeriksaan UKL_UPL
SKKL atau
UKL-UPL UKL-UPL Izin Rekomendasi UKL-
Lingkungan UPL sejak PP 27/2013
diberlakukan (23 Feb
2012)
Penyusunan Penilaian Proses yang SALAH
Amdal Amdal SKKL Izin lingkungan TIDAK
DITERBITKAN,
walaupun SKKL atau
Penyusunan Pemeriksaan Rekomendasi Rekomendasi UKL-UPL
UKL-UPL UKL-UPL UKL-UPL sudah diterbitkan
Potensi Pelanggaran
1. Tidak ada alasan untuk tidak menerbitkan Izin Lingkungan setelah
Pasal 109 dan 111
berlakunya PP 27/2012.
2. PP 27/2012 telah menjelaskan proses penerbitan izin lingkungan yang ayat (2)
diintegrasikan dengan proses Amdal atau UKL-UPL. UU 32/2009
3 (TIGA) Pendekatan Studi Amdal
Kriteria Amdal Tunggal Amdal Terpadu Amdal Kawasan

jenis usaha dan/atau 1 (satu) lebih dari 1 (satu) jenis usaha lebih dari 1 (satu) usaha
kegiatan dan/atau kegiatan dan/atau kegiatan

Kewenangan 1 (satu) K/LPNK lebih dari 1 (satu) K/LPNK atau


pembinaan dan/atau atau SKPD SKPD
pengawasannya

Keterkaitan antar perencanaan dan perencanaan dan


Usaha dan/atau pengelolaannya saling terkait pengelolaannya saling terkait
Kegiatan

Ruang/Lokasi satu kesatuaan hamparan Satu kesatuan zona rencana


ekosistem pengembangan kawasan

Pengelola Kawasan Ada Pengelola Kawasan

Sumber: PP 27/2012 pasal 8


Dokumen Amdal: Pendekatan & Penilaian?
• Pendekatan
Kawasan apa yang
Hutan Tambang akan
Wilayah Dalam Lindung Mineral digunakan
Satu
Kabupaten/Kota
(PIT) 1 dalam Studi
Amdal ini?
3 • Siapa yang
Smelte memiliki
r kewenanga
2 Jalan
n dalam
Pelabuhan melakukan
4 (Terminal Untuk penilaian
Kepentingan Amdal?
Sendiri/Terminal
Khusus)
Transhipment
Batas Tapak Catatan:
Laut Pelabuhan ini
Proyek berada di dalam
wilayah DKp dan
DKr Pelabuhan
Dokumen Amdal: Pendekatan & Penilaian?
• Pendekatan
apa yang
Kawasan
Hutan Tambang akan
digunakan
Wilayah Dalam Lindung Mineral dalam Studi
Satu
Kabupaten/Kota
(PIT) 1 Amdal ini?
(Jawab:
3 Terpadu)
• Siapa yang
Smelter
2 Jalan memiliki
kewenangan
Pelabuhan dalam
4 (Terminal Untuk melakukan
Kepentingan
penilaian
Sendiri/Terminal
Khusus) Amdal? (KPA
Pusat)
Catatan:
Batas Tapak Pelabuhan ini
Laut
Transhipm
Proyek berada di dalam
ent wilayah DKp dan
DKr Pelabuhan
Utama
Contoh Amdal Kawasan

Setiap Perusahan Industri dalam


Kawasan Industri wajib memiliki
UKL-UPL

Kawasan Industri

Kawasan Industri wajib


memiliki Amdal Kawasan
Perubahan Izin Lingkungan untuk Usaha dan/Kegiatan Wajib Amdal

Penerbitan Perubahan Izin Lingkungan

Laporan Perubahan SKKL


Perubahan

Perubahan Perubahan yang Adendum


Pengelolaan & Berpengaruh Amdal
Andal &
Perubahan Pemantauan terhadap LH Baru RKL-RPL
Kepemilikan Lingkungan (9 Kriteria)

1 2 3
Perubahan Dampak/ Resiko
4 LH (ERA/Audit LH]
Perubahan Usaha
5
dan/atau Kegiatan Rencana Usaha/Kegiatan tidak
dilaksanakan setelah 3 Tahun Izin
Penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib
Lingkungan diterbitkan
mengajukan permohonan perubahan izin lingkungan,
apabila usaha dan/atau kegiatan yang telah
memperoleh izin lingkungan direncanakan untuk
dilakukan perubahan Sumber: Pasal 50-51 PP No. 27 Tahun 2012
Perubahan Kepemilikan Usaha dan/atau Kegiatan

Pemilik/ Pemilik/
Penanggung Jawab Penanggung Jawab
Usaha dan/atau Kegiatan Usaha dan/atau
Kegiatan
“A” Usaha dan/atau
“B”
Kegiatan

Menteri, Permohonan
Gubernur, atau Perubahan
Bupati/Walikota Izin
sesuai kewenangannya Lingkungan
menerbitkan
Perubahan Izin Lingkungan
dari Pemegang izin “A” ke “B”
[Tanpa Mekanisme Amdal/UKL-UPL]

Sumber: Pasal 50 ayat (2) huruf (a) dan Pasal (51)


Perubahan Izin Lingkungan Proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS)
Kereta Api Ekspres Bandara (SHIA Rail Link)
1. Pemrakarsa rencana
usaha dan/atau kegiatan
SHIA Rail Link adalah
Kementerian Perhubungan
 Amdal dan Izin
Lingkungan a.n.
Kemenhub;
2. Implementasi SHIA Rail
Link oleh Unit Management
Badan Usaha 
Perubahan Izin Lingkungan
Pasal 50 ayat (1), ayat (2)
huruf a dan Pasal 51 ayat
(1) PP 27/2012

Kementerian Unit Management


Perhubungan Badan Usaha

Perubahan Izin Lingkungan karena


terjadi perubahan kepemilikan
Perubahan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup

Usaha dan/atau
Kegiatan
Laporan MENTERI
Perubahan
yang akan GUBERNUR
direncanakan Bupati/Walikota
Perubahan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup
Berpengaruh
Perubahan bentuk terhadap
pengelolaan dan Lingkungan
pemantauan yang [sesuai Evaluasi/
berpotensi menimbulkan mekanisme PP Telaahan
dampak lingkungan baru 27/2012 Pasal
Perubahan bentuk
50 ayat (2)
pengelolaan dan
huruf (c) ] pemantauan yang
bertujuan perbaikan
(continual
improvement) dan
Penerbitan Perubahan Izin Lingkungan tidak menimbulkan
dampak lingkungan
Perubahan Berpengaruh terhadap Lingkungan Hidup
Usaha dan/Kegiatan Wajib Amdal
Kata kunci “ BERPENGARUH”  Hanya
rencana perubahan usaha dan/atau kegiatan
Perubahan Usaha dan/atau Kegiatan yang BERPENGARUH terhadap lingkungan
yang wajib mengajukan perubahan izin
lingkungan.

Kriteria
1. Alat-alat Produksi Perubahan
2. Kapasitas Produksi
3. Spesifikasi teknik
yang lebih
4. Sarana Usaha dan/atau kegiatan detail
5. Perluasan Lahan dan Bangunan
6. Waktu dan Durasi Operasi
7. Usaha dan/atau Kegiatan dalam a b
Kawasan yang belum dilingkup
Adendum
8. Perubahan Kebijakan
Pemerintah
AMDAL Andal &
9. Perubahan LH yang mendasar
akibat peristiwa alam atau akibat
BARU RKL-RPL
lain
Sumber: Pasal 50 ayat (2) huruf (c), ayat (4) dan
ayat (8) PP No. 27 Tahun 2012
Jenis perubahan dan kriteria perubahan yang berpengaruh terhadap lingkungan
hidup
No Jenis Perubahan Kriteria Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan
1. Perubahan dalam Perubahan mesin dan peralatan yang digunakan
penggunaan alat- dalam proses produksi yang berpotensi
alat produksi menimbulkan dampak negatif lingkungan:
yang a. Perubahan alat-alat produksi yang berpotensi
berpengaruh merubah bahan baku dan bahan penolong;
terhadap b. Perubahan alat-alat produksi yang berpotensi
lingkungan hidup merubah dampak lingkungan yang ditimbulkan
dari kegiatan; dan/atau
c. Perubahan alat-alat produksi yang berpotensi
menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian antara
dampak lingkungan baru dengan bentuk
pengelolaan dan pemantauan dampak lingkungan
yang dilakukan

2. Penambahan Penambahan jumlah produk yang dihasilkan dari


kapasitas proses produksi suatu usaha dan/atau kegiatan
produksi;
3. Perubahan Perubahan yang antara lain meliputi perubahan
spesifikasi teknik desain; proses produksi; perubahan bahan baku;
Lanjutan - Jenis perubahan dan kriteria perubahan yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup
No Jenis Perubahan Kriteria Perubahan
Usaha dan/atau
Kegiatan
4. Perubahan perubahan sarana pendukung yang
sarana usaha membantu proses produksi yang
dan/atau berpotensi menimbulkan dampak negatif
kegiatan; terhadap lingkungan i.e. penambahan
instalasi pengolahan air bersih;
penambahan sumber air bawah tanah;
5. Perluasan lahan Penambahan luasan lahan dan/atau
dan bangunan bangunan yang berpotensi menimbulkan
usaha dan/atau dampak negatif terhadap lingkungan
kegiatan
6. Perubahan waktu Perubahan berupa pengurangan atau
dan durasi penambahan waktu dan/atau durasi
operasi usaha kegiatan yang berpotensi menimbulkan
dan/atau dampak negatif terhadap lingkungan
kegiatan;
Lanjutan - Jenis perubahan dan kriteria perubahan yang berpengaruh terhadap
lingkungan hidup

No Jenis Perubahan Usaha Kriteria Perubahan


dan/atau Kegiatan
7. Usaha dan/atau kegiatan di Penambahan usaha dan/atau kegiatan baru
dalam kawasan yang belum dalam sebuah kawasan, yang belum dikaji
tercakup dalam izin dalam dokumen lingkungan sebelumnya
lingkungan;
8. Terjadinya perubahan Perubahan antara lain mencakup perubahan
kebijakan pemerintah yang peraturan dan/atau NSPK yang diterbitkan
ditujukan dalam rangka oleh pemerintah yang bertujuan untuk
peningkatan perlindungan dan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pengelolaan lingkungan hidup; lingkungan hidup i.e. Perubahan baku mutu
lingkungan dan kriteria baku kerusakan

9. Terjadi perubahan lingkungan Terjadi perubahan rona lingkungan yang


hidup yang sangat mendasar sangat mendasar akibat terjadinya bencana
akibat peristiwa alam atau alam atau akibat lain yang menyebabkan
karena akibat lain, sebelum pengelolaan lingkungan hidup dalam kajian
dan pada waktu Usaha sebelumnya menjadi tidak relevan dengan
dan/atau Kegiatan yang kondisi lingkungan pascabencana dan pasca
bersangkutan dilaksanakan perubahan atas akibat lain tersebut
Perubahan Dampak Dan/Atau Risiko Lingkungan Hidup Berdasarkan
Hasil Kajian Analisis Risiko Lingkungan Hidup (ARLH) Dan/Atau Audit
Lingkungan Hidup Yang Diwajibkan

Ketentuan tentang ARLH masih berupa


ketentuan yang tercantum dalam UU
32/2009. PP tentang ARLH belum diterbitkan
(masih dalam draft RPP ARLH)

MENLH telah Menerbitkan Peraturan


MENLH No. 03 Tahun 2013 tentang Audit
Tidak Dilaksanakannya Rencana Usaha Dan/Atau
Kegiatan Dalam Jangka Waktu 3 (Tiga) Tahun Sejak
Diterbitkannya Izin Lingkungan
Jenis perubahan yang dimaksud dalam kategori ini
adalah tidak adanya pelaksanaan usaha dan/atau
kegiatan sesuai dengan deskripsi kegiatan yang
tercantum dalam:

1. dokumen lingkungan hidup yang telah dinilai atau


diperiksa,

2. keputusan kelayakan lingkungan


hidup/rekomendasi persetujuan UKL-UPL dan izin
lingkungannya yang telah diterbitkan, dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun setelah izin lingkungan
diterbitkan
Kriteria Perubahan Usaha dan/Atau Kegiatan dan Jenis Dokumen LH
yang Wajib Disusun untuk Usaha dan/atau Kegiatan Wajib Amdal
No Kriteria Perubahan AMDAL BARU ANDENDUM ANDAL dan RKL-RPL
1. Skala/Besaran skala besaran rencana skala besaran rencana
Rencana perubahan usaha dan/atau perubahan usaha dan/atau
Perubahan Usaha kegiatan tersebut sama kegiatan tersebut lebih
dan/atau dengan atau lebih besar kecil dari skala besaran jenis
Kegiatan dari skala besaran jenis rencana usaha dan/atau
rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib memiliki
kegiatan yang wajib Amdal seperti tercantum
memiliki Amdal seperti dalam Lampiran 1
tercantum dalam Lampiran Peraturan Menteri Negara
1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor
Negara LingkunganHidup 05 Tahun 2012
Nomor 05 Tahun 2012

2. Dampak penting Rencana perubahan akan Tidak terdapat dampak


yang ditimbulkan berpotensi menimbulkan penting baru atau dampak
akibat rencana dampak penting baru penting yang timbul
perubahan usaha akibat perubahan tersebut
dan/atau sudah dikaji dalam Amdal
kegiatan sebelumnya
3. Batas wilayah Rencana perubahan akan Rencana perubahan
studi Amdal berpotensi mengubah dimaksud tidak
batas wilayah studi mengubah batas wilayah
studi
D IS KU S I

• Rencana Usaha dan/atau kegiatan PT. Lingga Djaya berlokasi di


Desa Gedung Buruk Kecamatan Muara Belinda berada di dalam lahan
PT. Indralaya Agro Lestari (satu group dengan PT. Lingga Djaya).
• PT. Indralaya Agro Lestari adalah Perusahaan Perkebunan dan Pabrik
Pengelolaan Kelapa Sawit yang telah memilki Dokumen AMDAL
dengan Surat Keputusan Kelayakan Lingkungan Hidup Nomor:
641/KPTS/BL-I/2011 tertanggal 20 Oktober 2011.
• PT. Lingga Djaya berencana akan membangun Pabrik Pengolahan
Karet yang lokasinya akan menyewa lahan PT. Indralaya Agro Lestari
(perjanjian sewa-menyewa). Pabrik Pengolahan Karet menggunakan
areal lahan dengan skala/besaran yang lebih kecil seperti yang
tercantum dalam Lampiran I Bidang Perindustrian angka 8.
Apa yang harus dilakukan oleh perusahaan tersebut? Dan dokumen
Lingkungan apa yang harus dibuat oleh PT. Lingga Djaya?
Terima
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

kasih
Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK)
Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan
Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan

Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410


Gedung A lanta 6, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/

Anda mungkin juga menyukai