Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS BESAR BANGSAL ASOKA

TETANUS

Pembimbing:
dr. Ma’mun S., Sp. PD

Disusun oleh :
Hamdan Yuafi Yusuf 1910221047

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO
2020
Laporan Kasus
A. Identitas
Nama : Tn. H
Usia : 67 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Tani
Alamat : Adisana RT 02/10 Kebasen Banyumas
Tanggal masuk RS : 29 Februari 2020
Tanggal periksa : 6 Maret 2020
Anamnesis
1. Keluhan Utama
Kaku dan nyeri di bagian perut
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien hari perawatan ke 5 di bangsal Asoka, pasien datang dari IGD RSMS dengan keluhan
kaku pada perut dan punggung, perut yang kaku juga dirasakan terasa nyeri, punggung
terasa tegang dan sulit untuk bergerak, sebelum masuk ke RSMS pasien sudah di bawa
ke puskesmas terdekat dan segera di rujuk ke RS Margono Soekarjo, menurut pasien keluhan
kaku perut mulai dirasakan 1 hari sebelum dibawa ke puskesmas terdekat, keluhan
kaku perut dan punggung dirasakan memberat dan menyebabkan pasien susah bergerak dan
bangun dari tempat tidur, menurut keterangan keluarga pasien, pasien tidak pernah kejang.
Pasien mengaku keluhan yang dirasakan bertambah semenjak hari pertama mulai timbul
keluhan, saat ini pasien mulai merasa kedua tangan dan kaki juga menjadi kaku dan
nyeri, mulut sulit bicara, wajah kaku, dan sulit menelan yang mulai dirasakan sejak
hari perawatan ke-2 di asoka, namun saat ini pada hari perawatan ke 5 semua keluhan
sudah mulai berkurang.
Menurut keterangan pasien, pasien memiliki riwayat luka di ibu jari kaki kiri 2 minggu
sebelum masuk ke rumah sakit, luka di ibu jari kaki disebabkan karena terkena kapak
ketika sedang bekerja mencari kayu bakar, saat ini luka sudah mengering dan dijahit
3. Riwayat Penyakit Dahulu 4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat keluhan serupa: disangkal Riwayat keluhan serupa: disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat diabetes mellitus : disangkal Riwayat diabetes mellitus : disangkal

Riwayat asma : disangkal Riwayat asma : disangkal

Riwayat alergi : disangkal Riwayat alergi : disangkal

Riwayat imunisasi tetanus: tidak pernah Riwayat maag : disangkal

Riwayat asam urat : disangkal Riwayat asam urat : disangkal

Riwayat trauma : terkena kapak di ibu jari kiri Riwayat trauma : disangkal

Riwayat Transfusi : disangkal


5. Riwayat Sosial Ekonomi

Community
Pasien tinggal bersama istri dan ketiga anaknnya. Hubungan pasien dan keluarga baik.

Home
Pasien tinggal di lingkungan pedesaan. Ventilasi di rumah pasien cukup baik. Lantai rumah
pasien menggunakan
keramik Pasien memasak menggunakan kompor gas dan kayu bakar. Penggunaan air di
rumah menggunakan air sumur.

Occupational
Pasien merupakan seorang buruh tani yang sudah memiliki tiga orang anak. Pasien
mengaku lebih sering melakukan aktivitasdi luar rumah.

Personal Habit
Pasien mengaku makan dan minum 3 kali dalam sehari, dengan nasi, sayur dan lauk pauk
seadaanya. Nafsu makan pasien baik Pasien mengatakan tidak merokok dan mengaku
jarang meminum kopi. Pasien berobat menggunakan BPJS PBI
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis, GCS E4M6V5 (15)

C. PEMERIKSAAN Vital sign


Tekanan Darah : 120/100 mmHg
FISIK Nadi : 80x/menit, reguler
RR : 22 x/menit, simetris
Suhu : 37,C
Pemeriksaan Kepala
Bentuk Kepala : Mesochepal, simetris, wajah rhesus sardonikus (+)
Rambut : Warna hitam kecokelatan, mudah rontok (-), distribusi
  merata
Pemeriksaan Mata
Palpebra : Edema (-/-), ptosis (-/-)
Konjunctiva : Anemis (-/-), SI (-/-), produksi air mata (+)
Sklera : Ikterik (-/-)
Status Pupil : Reflek cahaya (+/+), isokor Ø 3 mm
Pemeriksaan Telinga : Otore (-/-), deformitas (-/-), nyeri tekan (-/-), pembesaran
Generalis KGB (-)
Pemeriksaan Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), rinore (-/-)
Pemeriksaan Mulut : Trismus (+), risus sardonicus (+), Bibir kering (-), tepi
hiperemis (-), bibir sianosis (-), lidah kotor sdn
Pemeriksaan Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
Kelenjar Tiroid : Tidak membesar
Kel. Limfonodi : Tidak membesar, nyeri tekan (-)
Paru-Paru
Inspeksi : Simetris (+). Nafas abdominothorakal (+),
Palpasi : Vocal fremitus apex sinistra sama dengan apex dextra
Perkusi : Sonor pada hemithorax dekstra dan sinistra
Auskultasi : SD vesikuler +/+, Ronkhi basah kasar -/-, Ronkhi basah halus -/-, Wheezing -/-
Status
Jantung
GeneralisInspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V LMCS, kuat angkat (+)
Perkusi : Batas Jantung
Kanan atas : SIC II LPSD
Kiri atas : SIC II LPSS
Kanan bawah : SIC iv LPSD
Kiri bawah : SIC V LMCS
Auskultasi : S1>S2 reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) regio epigastrium, Perut papan (+),
Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Status Hepar : Tidak teraba pembesaran


Lien : Tidak teraba pembesaran

Generalis Ekstremitas
Superior : Spastik (+), keadaan ekstensi pada tangan kiri, tonus meningkat,
Inferior : Spastik (+), keadaan ekstensi dan plantar fleksi, tonus meningkat,
akral hangat,
edema (-), sianosis (-), Luka jahit digitalis 1 kaki kiri
Punggung tampak opostotonus
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah Lengkap 24 Januari 2020
Hemoglobin 14.1 11.7 - 15.5
Leukosit 11,200 H 3600 - 11000
Hematokrit 42 35 - 47
Eritrosit 4.68 3.8 - 5.2
Trombosit 317.000 150000 –
440000
MCV 89.1 80 - 100
MCH 30,1 26 - 34

Pemeriksaan MCHC
RDW
33,8
12.7
32 – 36
11.5 - 14.5
MPV 9.2L 9.4 - 12.3
Penunjang      
Basofil 0,3 0–1
Eosinofil 0,6 L 2–4
Batang 0,4 L 3–5
Segmen 82 H 50 – 70
Limfosit 10.7 L 25 – 40
Monosit 6.7 2–8
KIMIA KLINIK    
Ureum 58.89 H 14.98 - 38.52
Kreatinin 1.03 0.70 - 1.30
GDS 118 <=200
Na 142 134 - 146
3.9
E. Diagnosis F. Tatalaksana G. Prognosis

• Farmakologi Ad vitam : Dubia ad bonam


Tetanus
O2 2 LPM NK
Ad fungtionam : Dubia ad bonam
IVFD D5% + Diazepam 2 AMP 20
TPM Ad sanationam : Dubia ad bonam
Inj. Ceftriaxone 2x1 g (H-7)
Inj. Metronidazole 3x500 mg (H-
7)
Inj. Ranitidin 2x50 mg iv
Inj. Antrain 3x1 AMP
• Non Farmakologi
Konsul Fisioterapi
Bed Rest
Tanggal Subject & Object Assessment Planning
HP 4 Punggung kaku berkurang - Tetanus - O2 2 LPM NK
19/02/2020 Perut kenceng dan nyeri berkurang - IVFD D5% + Diazepam 2 AMP 20
TPM
Kaku wajah kaku membaik - Inj. Ceftriaxone 2x1 g (H-6)
- Inj. Metronidazole 3x500 mg (H-6)
Sulit bicara membaik - Inj. Ranitidin 2x50 mg iv
Sulit menelan membaik - Inj. Antrain 3x1 AMP
- P/ konsul fisioterapi pada
Tensi : 144/73 mmHg pemberian antibiotic H-7
Nadi : 72 x/menit Respirasi : 20.00
x/menit
Suhu : 37°C
Perut Papan (+)

HP 5 Punggung kaku berkurang - Tetanus - O2 2 LPM NK


20/02/2020 Perut kenceng dan nyeri berkurang - IVFD D5% + Diazepam 2 AMP
20 TPM
Kaku wajah kaku membaik
- Inj. Ceftriaxone 2x1 g (H-7)
Sulit bicara membaik - Inj. Metronidazole 3x500 mg
(H-7)
Sulit menelan membaik - Inj. Ranitidin 2x50 mg iv
Tensi : 147/69 mmHg Nadi : 71 - Inj. Antrain 3x1 AMP
x/menit Respirasi : 20.00 x/menit
Suhu : 37°C
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Tetanus adalah penyakit akut yang mengenai sistem saraf, yang disebabk
an oleh eksotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani. Ditand
ai dengan kekakuan dan kejang otot rangka. Kekakuan otot biasanya mel
ibatkan rahang (lockjaw), leher dan kemudian menjadi seluruh tubuh
EPIDEMIOLOGI
Bakteri Clostridium tetani ditemukan di seluruh dunia, di tanah, pada ben
da mati, di kotoran hewan, dan terkadang dalam kotoran manusia. Teta
nus merupakan penyakit dominan negara-negara belum berkembang, di
negara-negara tanpa program imunisasi yang komprehensif. Tetanus ter
utama terjadi pada neonatus dan anak-anak. Tetanus merupakan penyak
it target Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Expanded Program on Immu
nization. Secara keseluruhan, kejadian tahunan tetanus adalah 0,5-1.000.
000 kasus.
ETIOLOGI
Tetanus dapat diperoleh di luar ruangan serta dalam ruangan. Sumber infeksi bias
anya luka (sekitar 65% dari kasus), yang sering adalah luka kecil (misalnya, dari ka
yu atau logam serpihan atau duri).
Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridridium tetani, dengan ciri-ciri:
• Basil Gram-positif dengan spora pada pada salah satu ujungnya sehingga mem
bentuk gambaran pemukul genderang
• Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan anaero
b) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagella
• C. tetani menghasilkan dua eksotoxins, tetanolisin dan tetanospasmin
• Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam suhu
tinggi 249,8 ° F (121 ° C) selama 10-15 menit.,kekeringan dan desinfektans.
• Kuman hidup di tanah dan di  dalam  usus binatang, terutama pada tanah di d
aerah pertanian/peternakan.
CLOSTRIDIUM TETANI
PATOFISIOLOGI
ketika toksin tetanospasmin
yang mengganggu pelepasan
neurotransmiter, menghambat
impuls inhibitor yang
mengakibatkan kontraksi otot
yang kuat dan spasme otot.
 Toksin ini mempunyai efek
dominan pada neuron
inhibitori, dimana setelah
toksin menyebrangi sinaps
untuk mencapai presinaps, ia
akan memblokade pelepasan
neurotransmitter inhibitori
yaitu glisin dan asam
aminobutirat (GABA).
MANIFESTASI KLINIS
A. Generalized Tetanus : Kekakuan otot lokal dan kejang menyebar dengan cepat k
e otot bulbar, leher, batang tubuh, dan anggota badan. Timbul gejala kekakuan
pada semua bagian seperti trismus, risus sardonicus (Dahi mengkerut, mata agak
tertutup, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah), mulut mencucu, opistotonu
s (kekakuan yang menunjang tubuh seperti: otot punggung, otot leher, otot bad
an, trunk muscle), perut seperti papan. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul
kejang yang terjadi secara spontan atau direspon terhadap stimulus eksternal
B. Local Tetanus : nyeri di otot-otot sekitar luka, diikuti oleh twitchings dan kejang si
ngkat dari otot yang terkena
C. Chepalic Tetanus : merupakan bentuk tetanus lokal pada luka pada wajah dan ke
pala, Otot yang terkena (paling sering wajah) menjadi lemah atau lumpuh. Bisa t
erjadi kejang wajah, lidah dan tenggorokan, dengan disartria, disfonia, dan disfa
gia
DIAGNOSIS
A. Anamnesis : Riwayat trauma, Imunisasi, gejala khas Trismus, Lock jaw,
Risus sardonicus, Opostotonus
B. Pemeriksaan Fisik : Trismus, Risus sardonicus, Opistotonus, Perut papa
n, pada tetanus berat bisa ditemukan gangguan pernapasan dan gang
guan sarat otonom
C. Laboratorium : Tidak ada hasil spesifik, namun sering dijumpai Leukosit
osis ringan
D. Kultur jaringan luka
TATALAKSANA
A. Pasien tetanus ditempatkan di bangsal khusus dan terpisah dengan pa
sien lain, untuk menurun kan resiko timbulnya kejang
B. Imunoterapi TIHG 3000-6000 IU
C. Pengobatan antibiotic : lini pertama yang digunakan metronidazole 5
00 mg setiap enam jam intravena atau secara peroral selama 7-10 har
i, Lini kedua yaitu Penisilin G 1,2 juta unit/ hari selama 10 hari, Tetrasikl
in 2 gram/ hari, makrolida, klindamisin, sefalosporin dan kloramfenikol
D. Kontrol kejang : Untuk orang dewasa diazepam intravena dapat diberi
kan secara bertahap dari 5 mg, atau lorazepam dalam kenaikan 2 mg,
titrasi untuk mencapai kontrol kejang tanpa sedasi berlebihan dan hipo
ventilasi (untuk anak-anak, mulai dengan dosis 0,1-0,2 mg / kg setiap
2-6 jam
KOMPLIKASI
• sepsis,
• bronkopneumonia akibat infeksi sekunder bakteri,
• kekakuan otot laring dan otot jalan nafas,
• aspirasi lendir/ makanan/ minuman,
PROGNOSIS
< 10 (ringan): dapat
sembuh spontan

10-14 (sedang):
harus selamat
dengan standar dan ‘
perawatan standar
yang layak

15-23 (berat) : harapan


hidup tergantung pada
kualitas pengobatan

24 (sangat berat): risiko


Score:
>=8 : precipitated
death

< 8 : indicated
predicted
Survival

Total score: 5

Anda mungkin juga menyukai