Anda di halaman 1dari 13

Miskonsepsi terhadap materi SPLDV

( Sistem Persamaan Dua Variabel )

Kelompok 6
1. Ihak Silvia (18184202002)
2. Muhammad Muhaimin H. (18184202015)
3. Dina Fiddiana(18184202016)
4. Laily Azizah(18184202018)
5. Novi Tri Utami Ningsih (18184202040)
 
Pengertian SPLDV
SPLDV adalah materi yang merujuk pada contextual proble
m, yakni membahas masalah-masalah sederhana yang dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Melalui soal cerita yang mengan
gkat permasalahan sehari-hari ini, siswa dituntut untuk mengo
munikasikan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika d
an menafsirkan hasil perhitungan yang dilakukan sesuai permas
alahan yang diberi untuk memperoleh suatu pemecahan.
Miskonsepsi pada materi SPLDV
1. Miskonsepsi siswa berkemampuan awal tinggi.
* Pada tahap pengenalan, siswa dengan kemampuan awal tinggi tidak
mengalami miskonsepsi karena siswa dapat menyebutkan informasi apa
saja yang terdapat pada soal.
* Pada tahap analisis, siswa dengan kemampuan awal tinggi mampu
mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan memilih cara yang tepat
untuk digunakan memecahkan masalah.
* Tahap evaluasi, Pada tahap ini siswa tidak mengalami miskonsepsi karena
siswa mensubtitusikan jawabannya pada persamaan pertama maupun
yang kedua dan hasilnya benar.
* Pada tahap alternatif penyelesaian, siswa tidak mengalami miskonsepsi.
Hal tersebut diketahui saat siswa memberikan lembar jawaban sekaligus
menjelaskan dengan yakin jika dapat menggunakan metode subtitusi
atau metode eliminasi seutuhnya, serta jawaban yang diberikan adalah
benar.
2. Miskonsepsi siswa berkemampuan awal matematika sedang.
* Tahap pengenalan, pada tahap ini siswa tidak mengalami miskonsepsi
karena siswa dapat menyebutkan informasi apa saja yang terdapat
pada soal, seperti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan secara
jelas.
  * Pada tahap analisis, siswa mampu mengidentifikasi informasi yang
dibutuhkan dan memilih cara yang tepat untuk digunakan
memecahkanmasalah.
* Pada tahap evaluasi, pada tahap ini siswa sudah merasa yakin dengan
jawabannya sambil menunjukkan lembar jawaban dan siswa hanya
mensubtitusikan hasilnya pada persamaan yang pertama.
* Pada tahap alternatif penyelesaian, siswa tidak mengalami
miskonsepsi. Hal tersebut diketahui saat siswa menjelaskan dengan
yakin jika dapat menggunakan metode subtitusi.
3. Miskonsepsi siswa berkemampuan awal matematika rendah
  * Tahap pengenalan, pada tahap ini siswa tidak mengalami miskonsepsi
karena siswa dapat menyebutkan informasi apa saja yang terdapat pada
soal, seperti apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.Pada tahap
analisis, siswa mampu mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan
memilih cara yang tepat untuk digunakan memecahkan masalah.
* Pada tahap evaluasi, siswa sudah merasa yakin dengan jawabannya. Siswa
sudah melakukan evaluasi, akan tetapi siswa hanya mengevaluasi hasil
yang sudah ditulisnya dan bukan mengevaluasi dengan mensubtitusikan
jawaban pada kedua persamaan. Oleh karena itu, pada tahap ini siswa
tidak mengalami miskonsepsi karena siswa tidak paham makna
mengevaluasi jawabannya.
* Pada tahap alternatif penyelesaian, siswa menjelaskan dengan ragu jika
dapat menggunakan metode subtitusi atau metode eliminasi seutuhnya.
Faktor Penyebab Miskonsepsi
Miskonsepsi dalam matematika yang terjadi pada siswa dan
menyebabkan kesalahan-kesalhan dalam menyelesaikan permaslahan
dalam bentuk sual cerita SPLDV disebabkan oleh bebrapa faktor:
Miskonsepsi dalam matematiika adalah suatu keklirua atau terhadap
hal yang benar, terstruktur, konsisten maupun kondisional dalam
menyelesaikan soal matematika.
Miskonsepsi yang terstruktur dan konsisten terjadi diakibatkan
oleh kompetensi siswa. Sedngkan miskonsepsi baersifat kondisional
diakibatkan bukan karena rendahnya tingkat penguasaan materi
pelajaran melaikan oleh faktor lain, misalnya siswa kurang cermatt
dalam membaca soal sehingga kurang memahami maksud soal, siswa
kurang teliti dalammenghitung karena terburu-buru atau waktu yang
tinggal sediit.
Menurut Paul Suparno penyebab miskonsepsi ada lima macam yaitu, penyebab dari
siswa iu sendiri, guru atau pengajar, buku teks, konteks, dan cara mengajar
1. Buku merupakan tempat berhimpunnya ilmu pengetahuan. Namun, pada
kenyataannya buku juga dapat menjadi sumber yang menyebabkan miskonseps
terhadap suatu materi
2. Konteks adalah pengalama. Pengalaman yang menyebabkan miskonsepsi
• pengaaman ketika bertukar pikiran dengan orang lain.
• Pengalaman ketika berdiskusi matematika.
3. Cara mengajar yang dilakukan oleh guru masih ada beberapa guru disekolah
yang mendominasi dalam pembelajaranyang menyebabkan siswa
dapatberkembang secara mandiri dalam menyelesaikan soal melalui penemuan
dan proses berpikir.
4. Keslahan-kesalahan dari guru yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi pada
siswa karena keridakmampuan guru itu sendiri, bahan ajar yang digunakan
kurang dikuasai, pengajaran yang dilakukan tidak sesuai dengan siswa atau
kurag tepat dan sikap guru dalam berelasi dengan siswa saat proses
pembelajaran brlangsung dengan baik, sehingga guru akan menglami kesulitan
dalam mengubah konsepsi yang dimiliki oleh siswa.
Meurut Nainggolan terdapat dari siswa ynag menyabakan miskonsepsi, diantaranya yaitu:
1. Prakonsepsi. Prakonsepsi adalah konsep-konsep yang dipahami siswasebelum
mempelajari materi. Miskonsepsi terjadi ketika prakonsepsitdak sejalan dengan yang
disampaikan guru.
2. Pemikiran Asosiatif. Terdapat perbedaan makna kata-kata antara siswa dan guru
sehingga terjadi miskonsepsi.
3. Intuisi yang salah. Intuisi adalahpemahaman yang melekat padaseoran secara
berulang-ulangtanpa pernah dibuktikan kebenarannya. Hal in yang menyebabkan
miskonsepsi sulit diperbaiki, karena di dalamnya seseorang menganggap apa yang
dipahaminya adalah benar.
4. Tahap perkembangan kognitif. Perbedaan tingkat perkembangan siswa yang berbeda-
beda menjadi salah satu penyebab adanya miskonsepsi.
5. Kemampuan peserta didik. Kemampuan peserta didik yang kurang mumpuni menjadi
kendala bagi dirinya sendiri sehingga minumbulkan miskonsepsi.
6. Minat belajar. Pada siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, kecil kemungkinan
terjadi miskonsepsi. Namun, hal ini bertolak belakang dengan siswa berminat belajar
rendah.
Contoh
Dasar kesalahan dalam menyelesaikan SPLDV adalah kesalahan dalam
menyelesaikan persamaan linear satu variabel,
seperti: −2 = 4 ↔ x = 4 + 2 ↔ x = 6 .
Guru sering menyebutkan 2 di sebelah kanan muncul karena -2 di sebelah k
iri dipindahkan, sehingga dari negative menjadi positif. Akibat dari hal terseb
ut adalah siswa dalam menyelesaikan persamaan dari −2x = 4, mengubah m
enjadi x = 4/2. Siswa berargumen bahwa -2 disebelah kiri dipindahkan ke ka
nan menjadi 2 , dan dalam menyelesaikan operasi aljabar, sebagai contoh p
ada bentuk 2x+ 3y siswa memahaminya sebagai 5xy. Hal tersebut menjadi k
esalahan yang sering terjadi oleh siswa karena hal-hal yang kecil kurang dipe
rhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran yang menyebabkan kesalaha
n oleh siswa ketika meyelesaikan permasalahan yang diberikan
Solusi
 Secara umum, hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi siswa agar tida
k terjadi miskonsepsi adalah pertama perlulah sosok seorang guru yang d
apat mengerti kerangka berpikir yang dimiliki siswa. Sebab, dengan seora
ng guru mengetahui cara berpikir siswa, bagaimana gagasan siswa, dan c
ara mengungkapkannya maka seorang guru dapat memperoleh informasi
dengan tepat mengenai dimana letak miskonsepsi yang dialami siswa da
n dapat membantunya agar konsep salah yang dialami siswa tidak terjadi
lagi.
 Kemudian terdapat pula hal yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi miskons
epsi yang terjadi pada siswa adalah dengan mengetahui bentuk dari kesalahan ya
ng terjadi pada siswa, mengetahui penyebabnya, dan menentukan cara yang sesua
i dengan siswa nya. Oleh sebab itu, perlulah seorang guru mengatahui faktor-fakt
or penyebab miskonsepsi yang terjadi pada siswa. Karena dengan mengetahaui fa
ktor-faktor penyebab miskonsepsi, maka seorang guru dapat faktor penyebab mis
konsepsi yang terjadi pada siswa.
 Contoh pada soal cerita SPLDV, perlulah guru menekankan pada prose
s memahami masalah sehingga siswa mampu menggunakan informasi
yang diberikan dalam melakukan pemecahan masalah dengan baik, gu
ru sebaiknya lebih sering memberikan soal yang menuntut penalaran b
erfikir siswa dalam memecahkan suatu permasalahan sehingga tidak h
anya terfokus pada keterampilan prosedural yang dilakukan siswa, dan
guru sebaiknya menuntun siswa untuk selalu memeriksa kembali hasil
pengerjaan yang dilakukan agar setidaknya dapat mengurangi kesalaha
n-kesalahan yang diperbuat oleh siswa. Hal tersebut bermanfaat agar g
uru maupun siswa mengetahui konsep apa yang salah yang dikerjakan
oleh siswa tersebut sehingga miskonsepsi yang terjadi pada siswa terse
but tidak akan terulang kembali.
 langkah awal bagi guru adalah mencari tahu tentang miskonsepsi y
ang dilakukan oleh siswa dalam mengerjakan soal serta apa saja pen
yebab dari miskonsepsi yang dialami. Kemudian guru berusaha unt
uk meningkatkan pemahamannya terhadap konsep materi SPLDV s
ebelum penerapkannya pada siswa, sehingga tidak terjadi penerapa
n konsep yang salah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita SP
LDV. Selain itu guru bisa menambah frekuensi pemberian soal cerit
a SPLDV kepada siswa.hal ini dimaksudkan agar siswa terbiasa dan
paham ketika menyelesaikan soal cerita SPLDV dengan menggunak
an tahapan-tahapan penyelesaian soal yang tepat.
 Kemudian, guru harus menentukan model dan metode pembelajar
an yang benar untuk siswa di dalam suatu proses pembelajaran sehi
ngga dapat memberi kontribusi penting bagi siswa dalam pemaham
an konsep. Selain itu, siswa harus lebih teliti dalam menerima dan
menggunakan fakta matematika dalam melengkapi jawaban. Siswa
juga harus lebih peduli dan memperhatikan konsep pada materi dal
am pembelajaran matematika serta juga meningkatkan keterampila
n menghitung, agar dapat mempermudah menyelesikan soal cerita
SPLDV

Anda mungkin juga menyukai