Anda di halaman 1dari 45

Askep Kritis Pd Klien

DENGAN Masalah cedera


kepala & ARDS

STIKes Banten
Fransiska Haryati
Pengertian
Cedera kepala (trauma capitis) adalah cedera mekanik yg
secara langsung atau tdk langsung mengenai kepala yg
mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak, robekan selaput otak & kerusakan jaringan
otak itu sendiri, serta mengakibatkan gangguan
neurologis ( Hudak & Gallo, 2013)
Etiologi :
1. Cedera langsung : kll, terbentur, pukulan benda
tumpul, luka tembak/bacok
2. Cedera tak langsung : hipertensi intrakranial,
stroke hemoragik
Jenis trauma :
3. Kup  cedera langsung pd benturan ( pd otak )

4. Kontrakup  cedera terjadi dari yg berlawanan


benturan (pd rongga tengkorak) mis : kepala
terbentur dinding.
Anatomi & Fisiologi

1. Otak
 Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan

tersusun oleh kurang lebih 100 triliun


neuron.
 Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu

serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),


brainstem (batang otak), dan diensefalon.
Lapisan otak :
Otak dilapisi oleh miningien di bawah
tengkorak)
Anatomi dan Fisiologi
Serebrum
 Terdiri dari 2 hemisfer serebri, korpus kolosum & korteks

serebri.
 Masing2 hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis,

lobus temporalis,lobus parietalis dan lobus oksipitalis


 L. Frontalis  merupakan area motorik primer

bertanggung jawab untuk gerakan2 voluntar


 Lobus parietalis berperanan pd kegiatan memproses &

mengintegrasi informasi sensorik yg > tinggi tingkatnya


 Lobus temporalis merupakan area sensorik untuk impuls

pendengaran
 Lobus oksipitalis mengandung korteks penglihatan

primer, menerima informasi penglihatan & menyadari


sensasi warna.
Serebelum
Terletak di dlm fosa kranii posterior
&ditutupi oleh duramater yg menyerupai atap
tenda yaitu tentorium
 Fungsi utamanya adalah sbg pusat refleks
yg mengkoordinasi & memperhalus gerakan
otot, serta mengubah tonus & kekuatan
kontraksi untuk mempertahankan
keseimbangan sikap tubuh
Batang Otak
Bagian-bagian batang otak adalah
 Medula oblongata, pons & mesensefalon (otak
tengah).
 Medula oblongata merupakan pusat refleks penting

untuk jantung, vasokonstriktor, pernafasan, bersin,


batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
 Pons merupakan mata rantai penghubung yg penting

pada jaras kortikosereberalis yg menyatukan


hemisfer serebri dan serebelum.
 Mesensefalon merupakan bag pendek dari batang

otak berisi aquedikus sylvius, bbrp traktus serabut


saraf asenden, desenden &pusat stimulus saraf
pendengaran & penglihatan
 Diensefalon di bagi 4 wilayah yaitu : talamus,
subtalamus, epitalamus dan hipotalamus.
a. Talamus merupakan stasiun penerima &
pengintegrasi subkortikal
b. Subtalamus fungsinya blm dpt dimengerti
c. Epitalamus berperanan pd bbrp dorongan
emosi dasar seseorang.
d. Hipotalamus berkaitan dg pengaturan
rangsangan dari sistem susunan saraf
otonom
perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi.
Anatomi dan Fisiologi
  Sirkulasi darah otak
 Otak menerima 17 % curah jantung &
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total
tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
 Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu

arteri karotis interna & arteri vertebralis.


 Dalam rongga kranium, keempat arteri ini

saling berhubungan & membentuk sistem


anastomosis, yaitu sirkulus Willisi.
 Arteri karotis interna & eksterna bercabang
dari arteria karotis komunis kira-kira setinggi
rawan tiroidea
 Arteria vertebralis kiri & kanan berasal dari

arteria subklavia sisi yg sama.


 Kedua arteri ini bersatu membentuk arteri

basilaris, arteri basilaris


 Cabang-cabang sistem vertebrobasilaris ini

memperdarahi medula oblongata, pons,


serebelum, otak tengah dan sebagian
diensefalon.
Darah vena dialirkan dari otak melalui 2 sistem
:
 kelompok vena interna, yg mengumpulkan

darah ke Vena galen dan sinus rektus


 kelompok vena eksterna yg terletak di

permukaan hemisfer otak & mencurahkan


darah, ke sinus sagitalis superior & sinus-
sinus basalis lateralis & ke vena2 jugularis
dicurahkan menuju ke jantung
Persyarafan

Berdasarkan fungsinya, ada 3 jenis sel saraf :


1. Sel saraf sensorik (saraf aferen)
Berfungsi menghantarkan rangsangan dari reseptor
(penerima rangsangan) ke sumsum tl belakang.
2. Sel saraf motorik (saraf eferen)
Berfungsi menghantarkan impuls motorik dari
susunan saraf pusat ke efektor.
3. Sel saraf penghubung/intermediet/ asosiasi
Merupakan penghubung sel saraf yg satu dg sel
saraf yg lain.
Sistem saraf
Berdasarkan letak kerjanya sistem saraf terdiri
atas 3 bagian yaitu:
1. Sistem Saraf Pusat (SSP)
 12 pasang saraf serabut otak (saraf cranial)
2. Sistem Saraf Perifer
 31 pasang saraf sumsum tl belakang (saraf
spinal)
3. Sistem saraf otonom
a. Susunan saraf simpatik
b. Susunan saraf parasimpatik
Susunan Saraf Pusat (SSP)  Nervus Cranialis :
N I (N. Olfaktorius )  mensarafi indera penciuman
N II ( N. Optikus )  mensarafi indera penglihatan (tajam penglihatan)
N III ( N. Okulo Motorik )  mensarafi gerakan bola mata ke dlm
-keluar
N IV (N. Trochlearis)  mensarafi gerakan bola atas bawah – ki/ka
N V ( N. Trigeminus)  mensarafi kulit wajah, reflek kornea, lidah &
gigi
N VI (N. Abdusen)  mensarafi gerakan bola mata ke samping
N VII (N. Facialis)  mensarafi otot wajah, lidah(pengecapan)
N VIII (N. Auditorius) mensarafi indera pendengaran, keseimbangan
N IX (N.Glosofaringeus)  mensarafi gerakan lidah, menelan
N X ( N. Vagus)  mensarafi faring laring, gerakan pita suara, menelan
N XI (N.Accecorius)  mensarafi gerakan kepala dan bahu
N XII (N.Hipoglosus) mensarafi gerakan lidah
Nervus Cranialis
Saraf tepi (Saraf Perifer)
31 pasang saraf sumsum tl belakang (saraf
spinal)
a.8 pasang→saraf leher(servikal).
b. 12 pasang→saraf punggung(torakal).
c. 5 pasang→saraf pinggang (lumbal).
d. 5 pasang→saraf pinggul (sakral).
e. 1 pasang→saraf ekor(koksigial)
Sumsumtulangbelakang
Saraf Otonom
Meninggalkan korda spinalis dan
mempersarafi otot jantung dan polos serta
kelenjar.
 Involunter (tidakdi sadari)
 System saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Sistim saraf simpatis
b. Sistim saraf parasimpatis
Sistem Saraf Otonom
a. Sistem saraf simpatis  mempersarafi :
 jantung, kecepatan denyut & kekuatan kontraksi
jantung.
 Arteri dan vena besar dan kecil: konstriksi
 Otot polos saluran cerna: penurunan motilitas
 Otot polos saluran nafas: relaksasi bronkus & penurunan
sekret bronkus
 Merangsang kelenjar keringat
b. Sistem saraf parasimpatis  mempersarafi:
 jantung memperlambat denyut jantung
 sal cerna: meningkatkan motilitas
 Sal nafas: konstriksi jalan nafas
Mekanisme Cedera Kepala
1. Fraktur Kranium
a. Fraktur calvaria
b. Fraktur basis cranii.
Berdasarkan luka:
a. fraktur terbuka  fraktur dg luka tampak
telah menembus duramater
b.Fraktur tertutup  fraktur dengan
fragmen tengkorak yg masih intak
2. Perdarahan Epidural
perdarahan di area temporal atau temporo
parietal yang disebabkan oleh robeknya arteri
meningea media akibat fraktur tlg tengkorak
3. Perdarahan subdural
Perdarahan akibat robeknya vena-vena kecil
di permukaan korteks cerebri
Perdarahan ini biasanya menutupi seluruh
permukaan hemisfer otak, dan kerusakan
otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih
buruk bila dibandingkan dengan perdarahan
epidural
4. Contusio dan perdarahan intraserebral
 Contusio atau luka memar  terjadi kerusakan

jaringan subkutan krn pembuluh darah (kapiler)


pecah  shg darah meresap ke jaringan
sekitarnya, kulit tdk rusak  hanya terjadi
bengkak & berwarna merah kebiruan.
 Luka memar pd otak terjadi apabila otak

menekan tengkorak. Contusio cerebri sering


terjadi di lobus frontal dan lobus temporal.
 Contusio cerebri dpt terjadi dlm waktu bbrp jam

atau hari & bs berubah  menjadi perdarahan


intraserebral yg membutuhkan tindakan operasi
5. Commotio cerebri
 Commusio cerebri atau gegar otak

merupakan keadaan pingsan yg berlangsung


kurang dari 10 menit setelah trauma kepala
 tdk disertai kerusakan jaringan otak.
6. Fraktur basis cranii
Cedera kepala berat yg dpt menimbulkan
fraktur pd dasar tengkorak. Penderita msk
rumah sakit sdh dg kesadaran menurun,
bahkan koma yg dpt berlangsung bbrp hari.
7. Stroke hemoragik
Cedera akibat peny.vaskular hipertensif yg
mengakibatkan pecahnya pembuluh arteri,
vena & kapiler
8. Aneurisma pembuluh darah otak
Klasifikasi cedera kepala
Klasifikasi berat – ringannya cedera kepala  dinilai
dg GCS
1. Cedera Kepala Ringan (CKR)  GCS > 13, hasil
scan otak normal  tdk memerlukan tindakan
operasi, lama dirawat di rumah sakit < 48 jam.
2. Cedera Kepala Sedang (CKS)  GCS 9-13, ada
kelainan pd CT scan otak  memerlukan tindk
operasi untuk lesi intrakranial, dirawat di rumah
sakit selama 48 jam.
3. Cedera Kepala Berat (CKB) bila dalam waktu >
48 jam setelah trauma, score GCS < 9 (
Patofisiologi Cedera kepala
Trauma pada kepala menyebabkan tengkorak beserta
isinya bergetar  getaran dari benturan  diteruskan
ke Galia Aponeurotika  dan terjadi proses
perlindungan otak  shg banyak energi yg terserap 
menyebabkan pembuluh darah robek yg dpt
menyebabkan haematoma epidural, subdura maupun
intracranial,  perdarahan menyebabkan sirkulasi darah
ke otak menurun  suplai oksigen berkurang  terjadi
hipoksia jaringan  terjadi edema cerebral  terjadi
distorsi otak  krn isi otak terdorong ke arah
berlawanan  shg terjadi kenaikan TIK  merangsang
kelenjar Pitultary & Steroid adrenal  sekresi asam
lambung meningkat  mual, muntah, anoreksia
Tanda dan Gejala
cedera kepala berat
1. Hematoom di sekitar mata
2. Perdarahan di telinga, mulut, hidung
3. Nyeri kepala hebat
4. Pasien gelisah
5. Muntah proyektil
6. Sesak nafas
7. Nadi cepat, tekanan darah meningkat
8. Penurunan kesadaran  coma
Test Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologi
a. CT scan : didapatkan hiperdens fokal,
kadang2 msk ventrikel, atau menyebar ke
permukaan otak.
b. MRI : untuk menunjukkan area yg mengalami
hemoragik.
c.  Angiografi serebral : untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi
vaskuler.
d. Radiografi kranium  untuk mengetahui
adanya fraktur cranium
Komplikasi
1. TIK meningkat
2. Aspirasi pneumonia
3. Disritmia jantung
4. Gagal napas  Kematian
8. ARDS  kematian
Penatalaksanaan Medik
1. Pasang ETT

2. Menurunkan kerusakan iskemik  beri oksigen, glukosa dan


aliran darah yg adekuat
Kadar O2 pantau mll AGD
Glukosa  periksa gula darah
2. Menurunkan tekanan darah
3. Pemberian obat anti perdarahan
4. CT Scanning – MRI
5. EKG
6. Jika henti jantung  Resusitasi serebro cardio pulmonal
7. Jika perlu pasang Ventilator
8. Operasi trepanasi
Acute Respiratory Distress Syndrome
(ARDS)
ARDS adalah kondisi yg muncul krn cairan
mengumpul di alveoli, yaitu kantung udara kecil
dan elastis pada paru-paru. Cairan biasanya
merembes dari pembuluh darah kecil.
 Kumpulan cairan ini membuat paru-paru tidk

cukup terisi udara & pasokan oksigen ke aliran


darah menjadi berkurang. Hal tersebut
mengakibatkan organ-organ, seperti ginjal dan
otak, tidak dapat bekerja normal atau bahkan
berhenti berfungsi krn tdk mendapat cukup
oksigen  psn bisa meninggal
Tanda & gejala ARDS :
 Napas menjadi sangat pendek.

 Sesak napas dan frekuensi napas menjadi cepat.


 Tekanan darah turun.
 Penurunan kesadaran dan merasa sangat lelah.
 Banyak berkeringat.

 Pusing.

 Bibir atau kuku berwarna kebiruan.


 Batuk kering.
 Demam.
 Denyut nadi cepat.
Penatalaksanaan medik ARDS :
 RJP
 Pemberian oksigen.
 Alat bantu napas atau ventilator.
 Mengatur asupan cairan
 Pemberian obat-obatan untuk mencegah

infeksi
 Rehabilitasi paru
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Kaji Airway, Breathing dan Circulation
b. Kaji kesadaran Klien
c. Kaji tanda2 peningkatan TIK
d. Observasi TTV
e. Pemeriksaan Fisik : kelainan neurologis
f. Riwayat penyakit klien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan otak
Tujuan : mempertahankan tek. perfusi serebral
Renc.Tind:
1) Tingkatkan aliran drh ke otak  beri posisi
tidur semi fowler tanpa fleksi atau rotasi
leher
2) Hindari manipulasi berlebihan
3) Pertahankan hemodinamik klien
4) Obs.kesadaran klien
5) Monitor pemb.cairan intra vena
b. Pola nafas tdk efektif
Tujuan : pola nafas efektif
Renc. Tind. :
1) Beri posisi tidur semifowler
2) Monitor terapi O2 ( ETT, ventilator )
3) Awasi saturasi O2 mll AGD
4) Periksa darah arteri (AGD)
5) Obs. TTV dan tingkat kesadaran
c. Perubahan nutrisi < dari kebutuhan
Renc. Tindk :
1). Kaji refleks menelan klien
2) Hentikan makan mll oral bl klien tdk mampu
menelan
3) Kolaborasi dg medik untuk pemberian
makanan via NGT
4) Kolaborasi dg medik untuk pemberian
nutrisi parenteral
d. Ggn mobilitas fisik
Tujuan : klien terhindar dari komplikasi
imobilitas
Renc. Tind:
1) Pertahankan ROM sendi
2) Beri tirah baring bergantian tiap 2 jam
3) Kaji tanda2 kontraktur
4) Kolaborasi untuk fisioterapi pasif
5) Kaji tanda2 kemerahan pd jaringan yg
tertekan
4. Intervensi Keperawatan
Lakukan asuhan keperawatan sesuai dg
perencaaan yang sudah disusun dengan
mempertimbangkan legal aspek dan etis
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan dengan
melihat hasil intervensi yang sudah dilakukan
 lalu dibuat perencanaan asuhan kembali
dengan : meneruskan, memodifikasi atau
menghentikan rencana askep.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai