Anda di halaman 1dari 14

ALERGI

Ni Nyoman Wahyu Udayani


PENDAHULUAN
Kata “alergi” pertama kali digunakan oleh
von Pirquet pada tahun 1906 dengan
pengertian “reaksi yang berubah”.

Pengertian alergi adalah respon


hipersensitifitas terhadap antigen (allergen)
yang berasal dari lingkungan.

Anafilaksis adalah proses akut dari reaksi


alergi yang melibatkan beberapa sistem
organ, yang dapat mengancam keselamatan
jiwa.
ETIOLOGI
Penyakit alergi merupakan salah satu dari gangguan
medik yang paling umum ditemukan pada manusia.

Penyakit ini bisa berkembang menjadi kondisi yang


berat meliputi asma, sinusitis, otitis media, nasal
polyposis, infeksi pernafasan, dan orthodontic
malocclusions.

Reaksi alergi terjadi karena obat bertanggung


jawab terhadap lebih dari 5% reaksi pengobatan
selama pasien di rawat inap di rumah sakit.
PATOFISIOLOGI
• Pada saat antigen masuk ke dalam tubuh, akan
terjadi pembebasan antibodi oleh sel plasma.
Antibodi spesifik dapat mengikat antigen yang
sesuai sehingga terbentuk kompleks antigen-
antibodi. Reaksi antigen-antibodi menyebabkan IgE
pada sel mast membebaskan mediator kimia, salah
satunya histamin.

• Histamin akan bereaksi dengan reseptor di dalam


berbagai jaringan target pada reseptor H1 atau H2.
Selama Reaksi hipersensitivitas, selain histamin
juga dilepaskan autokoid lain misalnya serotonin,
kinin plasma dan Slow reacting substance (SRS).
GEJALA DAN TANDA
1. Respon dari alergi (Rhinitis Alergi) :
• hidung tersumbat berat,
• sekresi hidung yang berlebihan, dan
bersin yang terjadi berulang dan cepat,
• pruritis pada mukosa hidung,
tenggorokan, ada gangguan telinga,
kemerahan pada konjungtiva,
• pruritis mata dan lakrimasi.
GEJALA DAN TANDA 2
2. Respon alergi yang muncul pada kulit
yaitu:
• kemerahan, gatal-gatal, bidur.
• Efek yang lebih berat adalah dilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler di
kulit menyebabkan respon tripel klasik-
pembentukan lesi urtikaria tipikal
(Wheal), kulit memerah akibat
vasodilatasi lokal dan flare (halo).
GEJALA DAN TANDA 3
3. Respon anafilaktik yang mengancam
nyawa pada individu yang peka, muncul
dalam beberapa menit setelah terpapar
allergen spesifik yang ditandai oleh:
• gangguan pernafasan.
• Manifestasi kulit misalnya gatal dan urtikaria
dengan atau tanpa angiodema yang merupakan
tanda khas reaksi anafilaktik sistemik.
• Gejala saluran percernaan yang terjadi adalah
mual, muntah, nyeri perut kejang dan diare.
SASARAN TERAPI
Akibat dari reaksi alergi dan anafilaksis
secara langsung dapat menimbulkan 3
gejala utama yang dapat dijadikan sebagai
sasaran terapi:
• Manifestasi kulit: angiodema, urtikaria.
• Gangguan pernafasan: wheezing, stidor
dan dyspnea dari laryngeal edema,
laryngospasm dan bronchospasm.
• Hipotensi.
STRATEGI TERAPI
• Strategi terapi yang utama dari respon alergi adalah non
farmakologi dengan menghentikan paparan dari
penyebab alergi (debu, makanan, pollen,musim dsb) atau
mencegah terjadinya kontak langsung oleh zat –zat yang
dapat menimbulkan alergi.

• Strategi secara farmakologi juga diperlukan pada saat


reaksi telah terjadi. Terapi dari reaksi alergi dan
anafilaksis adalah
• menghambat terlepasnya dari mediator yang menyebabkan
manifestasi alergi (seperti histamin)
• mengatasi akibat dari efek yang ditimbulkan dengan
menggunakan obat.
Obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi
sasaran terapi di atas, dapat dilihat di tatalaksana
terapi di bawah ini.
TATALAKSANA TERAPI

1. Manifestasi kulit.
• Epinefrin HCl, im atau sc 0.3-0,5 mg
• Difenhidramin, iv atau im, 1-2 mg/kg
• Simetidin, iv, 300 mg
• kortikosteroid seperti hidrokortison
fosfat atau suksinat, iv, 200 mg atau
metilprednisolon, iv, 1-2 mg/kg
TATALAKSANA TERAPI 2

2. Gangguan pernafasan.
• Pemberian oksigenasi yang cukup dengan cara
masker oksigen berisi saturasi oksigen di atas
90%.
• Sebagai tambahan untuk terapi umum,
albuterol dengan cara nebulisasi, 2,5-5 mg tiap
20 menit. Untuk anak-anak, 0,15 mg/kg dengan
cara nebulisasi tiap 20 menit.
• Jika respon tidak cukup setelah 3-4 dosis
intermiten albuterol, pertimbangkan albuterol
dengan nebulisasi lanjutan, 10-15 mg/kg. Untuk
anak-anak, 0,5 mg/kg/jam dengan cara
nebulisasi lanjutan.
TATALAKSANA TERAPI 3
3. Hipotensi.
• Jika respon terhadap terapi umum di atas tidak
cukup, berikan NS (NaCl) atau Ringer Laktat injeksi
iv 500-1000 ml pada permulaan dan dilanjutkan pada
high flow rate. Untuk anak-anak, 10-20 ml/kg iv pada
permulaan.
• Epinefrin HCl, iv dilanjutkan infus, 1 µg/menit
(1:10000 atau 1:100000 pelarut), paling banyak 10
µg/menit.
• Dopamin HCl, iv 2-5 µg/kg/menit
• Glukagon iv 5-10 mg diikuti dengan 1-5 mg/jam
dengan dilanjutkan infus dapat menaikkan
myocardial contractility independent dari β
reseptor.
PENYAKIT-PENYAKIT
AUTO-IMUN
ialah penyakit yang berdasarkan reaksi antigen-
antibody yang disebabkan oleh antigen yang
merupakan bagian daripada jaringan organisme itu
sendiri.
Diantaranya ialah:
1. Protein tubuh mengalami perubahan hingga bersifat
antigen dan menimbulkan antibody.
2. Jaringan tubuh yang sedikit kontaknya dengan
jaringan susunan retikuloendotel.
3. Jaringan retikuloendotel dapat berubah hingga
menimbulkan antibody terhadap protein tubuh
sendiri.
PENYAKIT KOLAGEN

ialah bebrapa penyakit yang


menunjukkan adanya degenerasi
kolagen.
Diantara penyakit kolagen ini ialah:
1. Demam reumatik
2. Rheumatoid arthritis
3. Lupus erythematosus systemica
4. Polyarteritis (periarteritis) nodosa

Anda mungkin juga menyukai