Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 5

1. Icha Tri
Widyanti
2. M Imam
Asshidiq
3. Irfan Rizqullah
BATUK

 Definisi adalah suatu refleks fisiologis protektif yang bermanfaat untuk dan membersihkan saluran p
ernapasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang di hirup partikel-partikel asing dam unsu
r-unsur infeksi.

 Klasifikasi
Dibedakan 2 jenis batuk :
1. Batuk produktif ( batuk berdahak/ ekspektoran )
2. Batuk non produktif

 Etiologi
Pada banyak gangguan saluran pernapasan batuk merupakan gejala penting yang di timbulkan oleh ter
picunya batuk. Misal pada alergi ( asma ) sebab-sebab mekanik ( asap rokok, debu ) dan rangsangan ki
miawi, sering juga di sebabkan oleh peradangan akibat infeksi virus seperti virus selesma : Influenza, br
onchitis. pada 5 - 20 % pasien penggunaan ACE Inhibitor terhadap hipertensi dapat timbul batuk kering
yang di sebabkan oleh akumulasi di paru dari senyawa senyawa brodikinin, zat p dan atau prostaglandin
Patofisiologi
Inspirasi dalam

Menutupnya glotis

Relaksasi diafragma

Kontraksi otot melawan penutupan glotis

Menyebabkan tekanan intratoraks


meningkat

Glotis terbuka

perbedaan tekanan yang besar antara saluran napas dan


udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat
melewati trakea ( batuk )
Manifestasi klinik
Penderita dapat mengalami suara serak ( parau ) hal ini di awali dengan terjadinya p
eradangan difus aritema dan edim trakhia. Akibatanya mobilitas pita suara tergangg
u. Penyempitan saluran inilah yang menjadi penyebab terjadinya turbulensi aliran yan
g melewati saluran pernapasan atas

Manajemen Terapi
Terapi non farmakologi :
- Berhenti merokok untuk menghindari perangsang lebih lanjut pada saluran
pernapasan
- Inhalasi uap mendidih
- Mengkonsumsi banyak air putih ( obat-obat penting, 2015 )

Antitusif
Glyceryl Guaiacolate ( Guaifenesin )
Indikasi : sebagai ekspektoran
Kontra indikasi : hipersensitivitas
Efek samping : pusing, mengantuk, sakit kepala, kulit kemerahan, mual, muntah, nyeri
perut.
Dosis : Dewasa 2 – 4 X 200-400 mg/ hari
Kandungan : Tablet 100 mg GG ( Basic pharmacology dan Drug notes, 2019 )
FARINGITIS
• Definisi
Faringitis atau radang tenggorokan merupakan suatu keadaan inflamasi pada
faring atau tonsil. Faringitis merupakan penyakit yang paling sering dari kejadia
n Infeksi saluran pernafasan Akut (ISPA).
Faringitis dapat disebabkan oleh virus atau bakteri, alergi, neoplasia, dan
trauma penyebab tersering dari faringitis.
• Klasifikasi
Faringitis Faringitis
akut bakterial

Faringitis Faringitis
Faringitis
kronik kronik atrofi

Faringitis Faringitis
spesifik leutika
Etiologi
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan
oleh virus, bakteri, jamur, alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.

• Virus yaitu Rhinovirus, Adenovirus, Parainfluenza, Coxsakievirus,


Epstein, Barr virus, Herpes simplex

• Bakteri yaitu Streptococcus β hemolyticus group A, Chlamydia,


Corynebacterium diphteriae, Haemophilus Influenza, Neisseria
gonorrhoeae

• Jamur yaitu Candida yang jarang terjadi kecuali pada penderita


imunokompromis yaitu mereka dengan HIV dan AIDS
Epidemiologi

Setiap tahunnya ± 40 juta orang mengunjungi pusat


pelayanan kesehatan karena faringitis. Anak-anak dan
orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali infeksi virus
pada saluran pernafasan atas termasuk faringitis (Kemenkes
RI, 2013). Frekuensi munculnya faringitis lebih sering pada
populasi anak-anak. Kira-kira 15-30% kasus faringitis pada
anak-anak usia sekolah dan 10% kasus faringitis pada orang
dewasa.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang ditimbulkan faringitis tergantung pada mikroorganisme yang
menginfeksi. Secara garis besar faringitis menunjukan tanda dan gejala umum seperti lema
s, anorexia, demam, suara serak, kaku, dan sakit pada otot leher.
Gejala khas berdasarkan jenisnya, yaitu :
a. Faringitis viral (umumnya oleh rhinovirus): diawali dengan gejala rhinitis dan beberapa
hari kemudian timbul faringitis. Gejala lain demam disertai rinorea dan mual.
b. Faringitis bakterial: nyeri kepala hebat, muntah, kadang disertai demam dengan suhu
yang tinggi, jarang disertai batuk.
c. Faringitis fungal: terutama nyeri tenggorok dan nyeri menelan.
d. Faringitis kronik hiperplastik: mula-mula tenggorok kering, gatal dan akhirnya batuk
yang berdahak.
e. Faringitis atrofi: umumnya tenggorokan kering dan tebal serta mulut berbau.
f. Faringitis tuberkulosis: nyeri hebat pada faring dan tidak berespon dengan pengobatan
bakterial non spesifik.
g. Bila dicurigai faringitis gonorea atau faringitis luetika, ditanyakan riwayat hubungan
seksual (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Manajemen Terapi

Terapi farmakologi :
a. Topikal
-Obat kumur antiseptic
-Pada faringitis fungal diberi nystatin 100.000 – 400.000
2 kali/hari
-Faringitis kronis hiperplastik dengan melakukan kaustik
faring dengan menggunakan zat kimia larutan nitras
argentin 25%

b. Oral sistemik
-Anti virus metisoprinol (isoprenosine)
-Faringitis akibat bakteri penisilin G atau amoksisilin
-Faringitis gonorrhoeae sefalosporin generasi ketiga (ceftriakson)
Amocixilin
(A to Z Drug
Komposisi  Amoxicillin 250 mg, 500 mg
Fact) 
Perawatan telinga, hidung, tenggorokan, GU, struktur kulit dan
kulit, saluran pernapasan bagian bawah, dan infeksi gonore
Indikasi (A to Z Drug Fact)
akut tanpa komplikasi yang disebabkan oleh strain organisme
yang rentan
Dewasa dan anak-anak berat badan 40 kg: PO 875 mg tiao 12
jam atau 500 mg tiap 8 jam. Anak-anak (lebih dari 3 mo dan
(A to Z Drug Fact)
Dosis berat kurang dari 40 kg): PO 45 mg /kg/hari dalam dosis
terbagi tiap 12 jam atau 40 mg/kg/ hari dalam dosis terbagi
tiap 8 jam.
Hipersensitif terhadap penisilin, sefalosporin, atau imipenem.
Kontra Tidak digunakan untuk mengobati pneumonia berat, empiema,
(A to Z Drug Fact)
indikasi bakteremia, perikarditis, meningitis, dan artritis septik atau
septik selama tahap akut.
CNS :Pusing; kelelahan; insomnia; hiperaktif reversibel
DERM: Urtikaria; makulopapular ke dermatitis eksfoliatif;
Efek erupsi vesikular; eritema multiforme; ruam kulit
(A to Z Drug Fact)
Samping GI: Gastritis; anoreksia; mual; muntah; sakit perut atau kram;
tekanan epigastrium; diare atau diare berdarah; pendarahan
dubur; perut kembung; enterokolitis; kolitis pseudomembran.
Terapi Non-Farmakologi

-Istirahat cukup
-Minum air putih yang cukup
-Berkumur dengan air hangat
-Menjaga kebersihan mulut
Resep
Swamedikasi ISPA

Seorang Ibu datang ke apotek untuk mem


belikan obat batuk pilek untuk anaknya
Alergi
Definisi

Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas)


terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu
macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbata
n (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau
bahkan kematian (jarang terjadi).
Klasifikasi
Secara garis besar, reaksi alergi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
reaksi tipe cepat (immediate hypersensitivity) dan tipe lambat (delayed t
ype hypersensitivity). Reaksi alergi tipe cepat dimediasi oleh sistem imun
humoral (humoral-mediated) yang menunjukkan gejala secara cepat
dalam hitungan menit atau jam setelah tubuh terpapar oleh antigen. R
eaksi tipe lambat dimediasi oleh sel (cell-mediated) dan gejala yang di
timbulkan muncul setelah beberapa hari terpapar oleh antigen.

Berdasarkan mekanisme terjadinya reaksi, alergi terdiri atas empat jenis y


aitu tipe I (IgE-mediated hypersensitivity), tipe II (Antibodymediated c
ytotoxic hypersensitivity), tipe III (Immune complex-mediated
hypersensitivity) dan tipe IV (Delayed-type hypersensitivity, DTH)
1. Alergi Tipe I (IgE-mediated hypersensitivity)

Merupakan kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi


hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan
yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang
bersangkutan bersifat atopik.

menyebabkan keluarnya
Penderita terpapar alergen, Alergen terikat pada Ig E yg
mediatormediator kimia seperti
sehingga Ig E terbentuk berada dipermukaan basofil
histamine dan leukotrine.
2. Alergi Tipe II (Antibody-Mediated Cytotoxicity (lg G))

Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada


sel tubuh oleh karena antibody melawan/menyerang secara langsung
antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya
Ig G.

Alergen akan diikat menyebabkan aktifnya


antibody yang berada di membentuk antigen komplemen (C2 –C9)
permukaan sel makrofag antibody kompleks yang berakibat kerusakan
3. Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders)

Merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya


pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam
jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.

Kompleks ini
Adanya antigen mengaktifkan basofil,
antibody kompleks di Komplemen aktif sel mast dan Terjadi inflamasi
jaringan merelease, histamin,
leukotrin
4. Alergi tipe IV (Delayed-type hypersensitivity, DTH)

Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal


(“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag
dan sel T

Makrofag mengikat
allergen pada sel T merelease
permukaan sel. Dan interleukin (mediator Akan menimbulkan
akan mentransfer beberapa gejala
allergen pada kimia)
sel T

Anda mungkin juga menyukai