Anda di halaman 1dari 42

INFEKSI SALURAN

PERNAFASAN AKUT (ISPA)


KELOMPOK 7

1. Reni Sri wahyuni (201710410311230)


2. Titin Ayu Nopitasari (201710410311231)
3. Alfi Machfirotul Laili (201710410311232)
DEFINISI

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infe


ksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari salu
ran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya (sinus
rongga telinga tengah pleura)
(Depkes, 2013).
KLASIFIKASI PENYAKIT

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002)


1. ISPA ringan : seseorang yang menderita ISPA ringan a
pabila ditemukan gejala batuk pilek dan sesak
2. ISPA sedang : Timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh l
ebih dari 39°C dan bila bernafas mengeluarkan suara
seperti mengorok
3. ISPA berat : gejala meliputi kesadaran menurun nadi c
epat atau tidak terata, nafsu makan menurun, bibir da
n ujung nadi membiru ( sianosis) dan gelisah.
ETIOLOGI
ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk ke
saluran nafas. Penyebab lain adalah faktor lingkungan rumah,
seperti halnya pencemaran udara dalam rumah, vertilisasi
rumah dan kepadatan hunian rumah. Pencemaran udara
dalam rumah yang sangat berpengaruh terhadap ISPA adalah
asap pembakaran yang digunakan untuk memasak. Dalam hal
lain, asap rokok yang ditimbulkan dan salah satu juga dapat
menimbulkan terjadinya ISPA. (Depkes RI, 2002).
EPIDEMIOLOGI

ISPA merupakan salah satu penyebab kematian tersering


pada anak di negara yang sedang berkembang. ISPA ini
menyebabkan empat dan 15 juta perkiraan kematian pad
a anak berusia di bawah lima tahun pada setiap tahunnya
dan sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi
(khususnya bayi muda usia kurang dari dua bulan)
(WHO, 2003)
MANIFESTASI KLINIS
Pada sistem respiratorik : tachypnea, napas tak teratur (apnea)
, retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara
napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial : tachycardia, bradycardia, hypertensi, hyp


otensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral : gelisah, sakit kepala, bingung, kejang d


an coma.

Pada hal umum : letih dan berkeringat banyak.


Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan - 5 t
ahun
1. Tidak bisa minum
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
4. Stridor
5. Gizi buruk

Pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan


1. Kurang bisa minum (kemampuan minum menurun sampai ku
rang dari setengah volume yang biasa diminumnya)
2. Kejang
3. Kesadaran menurun
4. Stridor
5. Wheezing
6. Demam dan dingin
GEJALA KLINIS
Batuk : selama 3 minggu atau lebih, awalnya batuk keri
ng, lama kelamaan menjadi produktif (berdahak).

Demam: mencapai 39°C (102.2°F), terutama pada infeksi


OK adenovirus, virus influenza dan Mycobacterium pneu
moniae.

Tanda-tanda laboratoris
hypoxemia, hypercapnia, acydosis (metabolik dan
atau respiratorik)
Perlu dilakukan kultur untuk identifikasi jenis antigen 
ketepatan pilihan terapi
PATOFISIOLOGI
Manajemen Terapi ISPA
Pengobatan yang dilakukan meliputi non farmakologi
dan farmokologi yaitu :
Non Farmakologi
1. Istirahat yang cukup.
2. Konsumsi makanan yang bergizi (misalnya buah-b
uahan yang mengandung vitamin C dan makanan
yang kaya Zinc seperti sup ayam). Buah dan sayur
dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh
serta mendukung penyembuhan, selain itu dapat
meningkatakan antioksidan dalam tubuh dimana a
ntioksidan ini berfungsi untuk menetralisir racun (t
ermasuk asap, debu dan polusi udara) yang masuk
ke dalam tubuh.
3. Berkumur dengan air garam atau obat kumur yang
mengandung antiseptic dapat meringankan gejala
sakit tenggorokan.
4. Menghindari polusi udara.
PENCEGAHAN ISPA

PENCEGAHAN ISPA
FARMAKOLOGI

FARMAKOKINETIK
Absorpsi sebagian besar penisilin oral (kecuali amok
sisilin) terganggu oleh makanan sehingga obat ters
ebut harus diberikan setidaknya 1-2 jam sebelum at
au sesudah makan.
Dikloksasilin, ampisilin, dan amoksisilin relatif stabil
terhadap asam dan diabsopsi dengan baik, mengh
asilkan konsentrasinya dalam serum sekitar 4-8 mcg
/mL pada dosis oral 500 mg.
Konsentrasi dalam serum dalam 30 menit paska inje
ksi intravena 1 gram penisilin (setara dengan sekitar
1,6 juta unit penisilin G) adalah 20-50 mcg/mL.
(Farmakologi dasar & klinik, Betram G. Katzung)
FARMAKODINAMIK

Golongan Penisilin spektrum luas


Amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang
tidak menghasilkan β-laktamase, dan karena obat te
rsebut berdifusi ke dalam bakteri gram negatif lebih
mudah daripada benzilpenisilin, obat ini juga aktif
melawan banyak strain Escherichia coli, Haemophill
us influenzae, dan Salmonella sp.
Untuk pemberian oral, amoksisilin merupakan obat
pilihan karena di absorbsi lebih baik daripada ampis
ilin, yang seharusnya diberikan secara parenteral
(AT A GLANCE)
MEKANISME KERJA

 Menghambat sintesa dinding sel bakteri


(penuntun praktis peresepan obat hal 11)
 Amoksisillin beta laktam dapat membunuh bakte
ri yang sensitif. Dinding sel bakteri penting untuk p
ertumbuhan secara normal serta perkembangan sel
anjutnya. Amoksisillin menghambat pembentukan
mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dindin
g sel mikroba.
Amoksisillin memiliki efek bakterisid.
(Kumpulan Kuliah Farmakologi, Farmakologi FK U
NSRI hal 613)
INTERAKSI OBAT

Amoksisilin dapat berinteraksi dengan beberapa obat :


Antikoagulan (Warfarin), (Dabigatran)
Gout terapi (Allopurinol)
Antikanker (Metotreksat)
Antibiotik tertentu (Tetracyclin)
Obat urikosurik
Vaksin tifoid
Kontrasepsi oral
(British National Formularium, 57th Maret 57 2009)
KOMPOSISI, DOSIS, INDIKASI, KONTRAINDI
KASI, EFEK SAMPING
• Komposisi : Amoksisilin trihidrat 250mg,125mg/5ml,500
mg
• Dosis : Dewasa dan anak dengan BB > 20kg. 250-500 m
g tiap 8 jam
• Anak dengan BB < 20kg. Sehari 20-40mg/kg/BB dalam d
osis bagi tiap 8 jam.
• Indikasi : Infeksi yang di sebabkan oleh bakteri yang pe
ka infeksi kulit dan jaringan lunak
• Kontraindikasi : Hipersensistifitas pada penicillin, cephal
osporin. Penderita meningitis, pneumonia
• Efek samping : Reaksi kepekaan yang serius dan fatal a
dalah anafilaksis terutama terjadi pada penderita yang hi
persensif pada penisilin. Gangguan saluran pencernaan
mual, muntah, diare.
• Interval : Tiap 8 jam (3 kali sehari)
(A to Z Drug Fact, 2003)
FARMAKOKINETIK
Paracetamol mudah diserap pada GI tract dengan konsentra
si puncak plasma terjadi sekitar 10 sampai 60 menit setelah
diminum (oral dose).
Paracetamol didistribusikan paling banyak di jaringan tubuh
melewati plasenta dan ada dalam ASI.
Protein plasma yang mengikat pada dosis terapi diabaikan t
etapi akan meningkat jika konsentrasi juga meningkat.
Waktu paruh eliminasi dari paracetamol bervariasi sekitar 1
sampai 3 jam.
Paracetamol dimetabolisme terutama di hati dan di ekskresi
kan dalam urin terutama sebagai glukoronida dan konjugat
sulfat. Kurang dari 5% diekskresikan tidak berubah sebagai
paracetamol.
FARMAKODINAMIK

Paracetamol adalah turunan sintesis dari p-amin


ofenol yang menghasilkan efek analgetik dan an
tipiretik.
Paracetamol digunakan secara luas dalam peng
obatan ringan sampai nyeri sedang dan demam.
MEKANISME KERJA

Menghambat prostaglandin di sistem saraf pusat, n


amun tidak memiliki efek antiinflamasi di periferal
Mengurangi demam melalui tindakan langsung pad
a pusat pengatur panas di hipotalamus
(A to Z Drug Facts)
INTERAKSI OBAT

• Antibiotik (Rifampisin)
• Oral antikoagulan
• Absorpsi paracetamol dapat dipercepat dengan
obat-obatan seperti metoklopramid.
• Kolestiramid dapat mengurangi absorbs dari par
acetamol bila diberikan dalam jangka waktu tida
k lebih dari 1 jam dari parasetamol.
• Eksresi mungkin dapat dipengaruhi dan konsentr
asi plasma dapat berubah bila diberikan proben
esid.
(Martindale 36th ed. Page 110)
KOMPOSISI, DOSIS, INDIKASI, KONTRAINDI
KASI, EFEK SAMPING

• Komposisi : Paracetamol 500 mg (ISO hal 37)


• Dosis :
Anak 3-12 bulan = 60-120 mg tiap 4-6 jam
Anak 1-5 tahun = 120-250 mg tiap 4-6 jam
Anak 6-12 tahun = 250-500 mg tiap 4-6 jam
> 12 tahun = 500-1000 mg tiap 4-6 jam
(A to Z Drug Facts)
• Indikasi : Bantuan nyeri ringan sampai sedang, pengobatan
demam. (A to Z Drug Facts)
• Kontraindikasi : Kerusakan ginjal (Martindile 36th hal 108)
• Efek samping : Kerusakan hati ( jarang terjadi kerusakan ginj
al) (BNF hal 259)
• Interval : Tiap 4-6 jam atau 4 kali sehari (Martindile 36th ha
l 108)
FARMAKOKINETIK

• Fenobarbital memiliki absorbsi saluran cerna dan metab


olisme yang berjalan lambat, menjadi p-hidrosilenobarb
ital, akibatnya 30% dosis dikeluarkan lewat urin.
• Ekskresi dipengaruhi oleh pH urin, yaitu pH basa. Keada
an basa dapat meningkatkan presentasi ionisasi fenobar
bital.
• Sukar larut dalam lemak sehingga tidak diabsorpsi pada
tubulus dan mengakibatkan peningkatan ekskresi fenob
arbital.
• Kelarutan lemak sangat rendah dibandingkan dengan s
ekobarbital atau tiopental.
FARMAKODINAMIK

• Setelah pemberian obat secara oral, obat diserap dengan


baik dari lambung dan usus halus, dengan kadar puncak
terjadi 2 sampai 20 jam kemudian
• Waktu paruh 80-120 jam, dengan onset kerja 1-6 jam.
• Pengikatan dengan protein plasma dan lemak rendah.
• Waktu paruh meningkat selama waktu kehamilan dan pa
da penyakit hati kronik, terutama sirosis.
25-30% diekskresi utuh lewat urine.
MEKANISME KERJA

Meningkatkan ambilan oleh interaksi reseptor GABA un


tuk memfasilitasi dari fungsi channel klorida, dengan ca
ra memblok aktivitas tegangan tinggi dari kalsium chan
nel, dan dengan cara memblok amino-3-hydroxy-5-m
ethylisoxazole-4-propionic (AMPA) dan reseptor kainit
e.

(Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 8


e > Section 6. Neurologic Disorders > Chapter 65. Ep
ilepsy >)
INTERAKSI OBAT

• Valproate, Fenitoin, Oxcarbazepin : meningkatan kon


sentrasi fenobarbital dalam plasma
• CNS depresan (alkohol) : meningkatkan efek fenobar
bital
• Antikoagulan (warfarin)
• Kortikosteroid
• Fenobarbital dapat menurunkan aktivitas beberapa ob
at dengan meningkatkan metabolisme dengan mengi
nduksi enzim metabolisme obat di hati
(Martindale 36th: 493)
KOMPOSISI, DOSIS, INDIKASI, KONTRAINDI
KASI, EFEK SAMPING

• Komposisi : Fenobarbital 15mg, 30mg, 60mg 100mg dan 1


5mg/5ml (BNF vol. 61, Hal. 287)
• Dosis : 30-120 mg/hari dibagi tiap 8 jam (A to Z Drug Fact
, 2003)
• Indikasi : Sebagai sedasi, antikonvulsan/kejang akut (AHFS
Drugs Information)
• Kontraindikasi : Hipersensitifitif terhadap barbiturat atau ko
mponen sediaan. Liver impairment, dyspnea. (A to Z Drug
Fact, 2003) dan (Martindale vol. 36 hal.392)
• Efek samping : Mengantuk, depresi, lesu, demam, ataksia,
halusinasi, mual, muntah, nyeri kepala. Alergi pada kulit, rua
m. (Drug Information Handbook, 17th ed)
• Interval : Tiap 8 jam (3 kali sehari) (A to Z Drug Fact, 2003
)
CARA PENGGUNAAN, PERHATIAN

• Cara penggunaan : Pada penggunaan sedatif diberi


kan 3 kali sehari secara oral pada anak-anak dan se
cara oral, IM pada dewasa. (Drug Information Han
dbook, 17th ed)
• Perhatian :
Antikonvulsan tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba
karena kemungkinan peningkatan frekuensi kejang, ter
api harus ditarik secara bertahap untuk meminimalkan
potensi peningkatan frekuensi kejang, kecuali masalah
keamanan yang memerlukan penarikan lebih cepat. (D
rug Information Handbook, 17th ed)
Fenobarbital pada anak-anak memiliki resiko terulang
nya demam kejang (Martintindale vol.36 hal. 392)
FARMAKOKINETIK
• Absorpsi: Pada saluran cerna diabsorpsi
dengan baik
• Ekskresi: Terjadi di ginjal dan dikeluarkan
melalui urin.
• T ½ eliminasi ~ 1 jam
FARMAKODINAMIK

Merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambun


g yang kemudian meningkatkan kegiatan kelenjar
sekresi dari saluran lambung, usus & sebagai refle
ks memperbanyak sekresi dari kelenjar yang ber
ada disaluran napas.
MEKANISME KERJA

Bekerja secara refleks mer


angsang kelenjar sekretori
saluran nafas bagian baw
ah sebagai hasil efek irita
si pada mukosa lambung.
(Kumpulan Kuliah Farma
kologi hal 564)
INTERAKSI OBAT

Tidak ada interaksi yang signifikan dari Glyceryl Gu


aiacolate (Guaifenesin)

Sumber :
 (A to Z Drug Facts)
 (Drug Information Handbook, 17th Edition)
KOMPOSISI, DOSIS, INDIKASI, KONTRAINDI
KASI, EFEK SAMPING

• Komposisi : Tiap tablet mengandung Glyceryl G


uaiacolate 100 mg
• Indikasi : Meringankan batuk produktif (sebagai
ekspektoran). Produksi sputum yang tidak norma
l.
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap produ
k guaifenesin
• Efek Samping : Efek samping yang sering munc
ul adalah mual dan muntah, nyeri perut, nyeri ke
pala
• Peringatan dan Perhatian : Kehamilan & menyu
sui, anak < 2 tahun.
(Drug Information Handbook 17th ed)
DOSIS

• Dosis Dewasa :
Oral 200 - 400 mg setiap 4 jam
Dosis maksimum 2400 mg/hari
• Dosis Anak :
> 12 tahun : Oral 200 sampai 400 mg setiap 4 jam;
dosis maksimum 2400 mg/hari.
6-11 tahun : Oral 100 sampai 200 mg setiap 4 jam;
dosis maksimum 1200 mg/hari.
2-5 tahun : Oral 50 sampai 100 mg setiap 4 jam; do
sis maksimum 600 mg/hari.
< 2 tahun : Oral 25 sampai 50 mg setiap 4 jam; do
sis maksimum 300 mg/hari.
(Drug Information Handbook 17th ed)
Swamedikasi ISPA

Seorang Ibu datang ke apotek untuk mem


belikan obat batuk pilek untuk anaknya
Alergi
Definisi

Alergi adalah suatu reaksi sistem kekebalan tubuh (imunitas)


terhadap suatu bahan/zat asing (alergen). Bentuk reaksi itu
macam-macam, bisa berbentuk ruam kemerahan, penyumbata
n (kongesti), pilek, bersin, radang mata, asma, shock atau
bahkan kematian (jarang terjadi).
Klasifikasi
Secara garis besar, reaksi alergi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu
reaksi tipe cepat (immediate hypersensitivity) dan tipe lambat (delayed
type hypersensitivity). Reaksi alergi tipe cepat dimediasi oleh sistem imun
humoral (humoral-mediated) yang menunjukkan gejala secara cepat
dalam hitungan menit atau jam setelah tubuh terpapar oleh antigen.
Reaksi tipe lambat dimediasi oleh sel (cell-mediated) dan gejala yang
ditimbulkan muncul setelah beberapa hari terpapar oleh antigen.

Berdasarkan mekanisme terjadinya reaksi, alergi terdiri atas empat jenis


yaitu tipe I (IgE-mediated hypersensitivity), tipe II (Antibodymediated
cytotoxic hypersensitivity), tipe III (Immune complex-mediated
hypersensitivity) dan tipe IV (Delayed-type hypersensitivity, DTH)
1. Alergi Tipe I (IgE-mediated hypersensitivity)

Merupakan kegagalan kekebalan tubuh dimana tubuh seseorang menjadi


hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan
yang umumnya imunogenik (antigenik)atau dikatakan orang yang
bersangkutan bersifat atopik.

menyebabkan keluarnya
Penderita terpapar alergen, Alergen terikat pada Ig E yg
mediatormediator kimia seperti
sehingga Ig E terbentuk berada dipermukaan basofil
histamine dan leukotrine.
2. Alergi Tipe II (Antibody-Mediated Cytotoxicity (lg G))

Reaksi alergi tipe II merupakan reaksi yang menyebabkan kerusakan pada


sel tubuh oleh karena antibody melawan/menyerang secara langsung
antigen yang berada pada permukaan sel. Antibodi yang berperan biasanya
Ig G.

Alergen akan diikat menyebabkan aktifnya


membentuk antigen
antibody yang berada di komplemen (C2 –C9) yang
antibody kompleks
permukaan sel makrofag berakibat kerusakan
3. Alergi Tipe III (Immune Complex Disorders)

Merupakan hipersensitivitas kompleks imun. Hal ini disebabkan adanya


pengendapan kompleks antigen-antibodi yang kecil dan terlarut di dalam
jaringan. Hal ini ditandai dengan timbulnya inflamasi atau peradangan.

Kompleks ini
Adanya antigen
mengaktifkan basofil,
antibody kompleks di Komplemen aktif Terjadi inflamasi
sel mast dan merelease,
jaringan
histamin, leukotrin
4. Alergi tipe IV (Delayed-type hypersensitivity, DTH)

Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal


(“self”). Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag
dan sel T

Makrofag mengikat
allergen pada
sel T merelease
permukaan sel. Dan interleukin (mediator Akan menimbulkan
akan mentransfer beberapa gejala
allergen pada kimia)

sel T
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai