Anda di halaman 1dari 11

DINASTI AYYUBIYAH

Oleh : M. HISNULL0H
Berdirinya Dinasti Ayyubiyah
• Salahuddin al ayyubui, bapak dari dinasti ini berasal dari suku kurdi
hadzbani, meskipun keluarga ini tampaknya telah banyak ter-turki-kan
berkat pengabdian mereka sebagai serdadu turki. Panglima turki di
mosul dan aleppo, Zangi ibn sanqur banyak selaki mengambil dari
suku kurdi yang suka beperang sebagai abdinya, termasuk pada tahun
532 H/1138 M Salahuddin al ayyubi dan taklama kemudian
saudaranya syirkuh mengabdi pada putera Zangki yang bernama
Nurudin. Pada tahun 564 H/1169 M syirkuh menguasai mesir, tetapi
meninggal tak lama kemudian, dan kemenakannya salahuddin diakui
oleh tentara sebagai penggantinya.
Para Sultan
1. Salahuddin Al Ayubi
2. Adil
3. kamil
4. Adil 2
Kemunduran Dan Kehancuran
• Setelah al-Kamil Dinasti Ayyubiyah terkoyak oleh pertentangan-pertentangan
internal. Serangan salib ke-6 dapat diatasi, dan pemimpinnya, Raja Perancis
St Louis, ditangkap, namun segera setelah meninggalnya Ash-Shilah, pasukan
budak Bahri Turki merebut kekuasaan di Mesir dan menjadikan pemimpin
mereka, Aybak, mula-mula sebagai Atabeg dan kemudian sebagai Sultan
pada tahun 648 H/1250 M. Pada tahun 612 H/ 1215 M Al-Adil mengirimkan
cucunya yang masih muda, Al-Mas’ud Salahuddin, bersama seorang Atabeg
untuk memerintah Yaman, tetapi Ayyubiyah tidak sanggup berbuat apa-apa
disana, dan wilayah itu beralih ke tangan bekas abdi mereka, Rasulliyah Turki.
Hasil-Hasil Kebudayaan Islam
- Bidang Arsitektur dan Pendidikan
• Penguasa Ayyubiyah telah berhasil menjadikan Damaskus sebagai
kota pendidikan. Ini di tandai dengan dibangunnya Madrasah Al-
Saubiyyah pada tahun 1239 M sebagai pusat pengajaran empat
Mazhab hukum dalam sebuah lembaga Madrasah. Dibangunnya Dar
al Hadist Al-Kamillah juga dibangun (1222 M) untuk mengajarkan
pokok-pokok hukum yang umum terdapat diberbagai hukum Sunni.
Sedangkan dalam bidang Arsitektur dapat dilihat pada monumen
Bangsa Arab, bangunan masjid di Beirut yang mirip gereja, serta
istana-istana yang dibangun menyerupai gereja.
- Bidang Filsafat Dn Keilmuan
• Buku kongkritnya adalah Adelast of Bath yang telah diterjemahkan, karya-karya orang Arab
tentang Astronomi dan Geometri. Penerjemahan bidang Kedokteran. Di bidang Kedokteran ini
telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang cacat pikiran.
- Bidang Industri
• Kemajuan di bidang ini dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang Syiria yang lebih canggih
dibanding orang Barat. Mterdapat pabrik karpet, pabrik kain dan pabrik gelas.
- Bidang perdagangan
• Bidang ini membawa pengaruh bagi Eropa dan negara-negara yang dikuasai Ayyubiyah. Di Eropa
terdapat perdagangan agiriculture dan industri. Hal ini menimbulakn perdagangan internasional
melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan perdagangan sudah menggunakan sistem
kredit, bank, termasuk letter of credit (LC),bahkan ketika itu sudah ada uang dari emas.
- Bidang Militer
• Selain memiliki alat-alat perang eperti kuda, pedang, panah dan sebagainya, ia juga memiliki
burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan. Disamping itu, adanya perang
Salib telah membawa dampak poditif, keuntungan dibidang industri, perdagangan, dan
intelektual, misalnya dengan adanya irigasil.
DINASTI MAMLUK
• Berdirinya Dinasti Mamluk
Dinasti Mamalik merupakan sebuah Dinasti yang terletak di Mesir yang pada
masa Dinasti inilah Mesir menjadi salah satu negri yang selamat dari serangan-
serangan bangsa Mongol, baik serangan Hulagu Khan maupan Timur Lenk.
Dinasti ini di kenal dengan nama Mamlik, karena didirikan oleh para budak,
mereka pada mulanya adalah orang-orang yang ditawan oleh penguasa Dinasti
Ayyuiyah sebagai budak, kemudian dididik dan dijadikan tentaranya. Mereka
ditempatkan pada kelompok tersendiri yang terpisah dari masyarakat. Oleh
penguasa Dinasti Ayyubiyah terakhir, Al Malik Al Salih mereka dijadikan sebagai
pengawal untuk menjamin kelangsungan kekuasaan.
Periode Dinasti Mamluk
1. Periode Mamalik Bahriyah
Dalam tahun 648 H, berdirilah kerajaan Turki pertama di Mesir, bernama kerajaan
“Mamalik Bahriyah”. Mamalik adalah kata jama (bilangan banyak), yang artinya budak-
budak atau hamba-hamba sahaya[13]. Mamluk Bahri pada awalnya merupakan adalah
pengawal-pengawal yang dibeli olh khalifah Al Shalih dari Dinasti Ayyubiyah, yang
menempatkan budak-budaknya di pulau kecil Rawdah di banjaran sungai Nil, budak-
budak Bahri ini kebanyakan berasal dari Turki dan Mongol. Kebijakan Dinasti Ayyubiyah
Dalam bidang keamanan dengan merekrut budak-budak asing untuk menjadi pengawal,
serupa dengan kebiasaan Khalifah Baghdad, dan akhir yang didapat pun sama. Budak-
budak yang tadinya hanya palayan, kini menjadi pemimpin pasukan lalu menjadi sultan di
kemudian hari
2.Periode Mamalik Burjiah
Keturunan terakhir dari Mamalik Bahriyah, namanya Haji As-Salih Zainuddin ibn Asyraf Sya’ban, masih
belum dewasa. Baru usia 6 tahun. Maka diagkatlah sebagai pemangku Raja, bernama Almalikus-Zahir
Saifuddin Barquq.
Oleh karena itu dia menjadi pemangku banyaklah kaum Mamalik berserikat hendak menumbangkannya,
kalau perlu membunuhnya. Setelah hal itu diketahuinya, maka dikumpulkannyalah ahli-ahli dan orang
terkemuka, tidak juga ketinggalan Khalifah Al-Mutawakkil. Menurut pendapat beliau, kalau merupakan jahat
sedemikian dibiarkan saja, tentulah negeri tidak aman dan kerajaan asing dapat memasukan pengaruhnya.
Sebab itu dia meminta supaya Mesir diserahkan ke tangan yang kuat. Anjurannya itu disetujui orang-orang.
Tentu saja yang dimaksud tangan yang kuat ialah dirinya sendiri. Dia diangkat orang jadi ultan dan As-Salih
Zainuddin yang masih kanak-kanak diturunkan dari jabatan itu.
Memanglah Barquq Sultan yang kuat. Tidak salah pilihan orang atas dirinya. Sebab tidak lama dia
memerintah, tibalah serangan bangsa Tartar yang kedua kali, di bawah pimpinan Timurlank, pahlawan yang
termasyur. Tidak kurang ganasnya dari nenek moyangnya yang dulu-dulu. Di tiap-tiap negeri yang dijajahnya
itu, dipotongi kepala orang dan menyusunya serupa buki. Raja Bagdad Sultan Ahmad bn Idris karena takut
akan bahay, minta bantu ke Mesir. Barquq memberikan bantuan. Bantuan dikirim dan Bagdad terpelihara.
Kemajuan dan Peniggalan
kekuatan dan prestasi negara-prestasi negara Mamluk mengesankan. Qutuz mengalahkan
orang-orang mongolnya Hulagu di Ayn Jalut pada tahun 658 H/1260 M, dan penggantinya
Baibars, memantapkan kemenangan itu dan memperkuhkan rezim itu, meskipun ancaman
Monol terus berlanjut setelah dasawarsa setelah ini. Pada akhir abad ke-13, kota-kota
tentara Salib yang terletak di daerah pantai Syiro-Palestina dilalap habis, dan pada abad
berikutnya kerajaan Rupenid Armenia kecil atau Cicilia berakhir. Dengan demikian, Mamluk
memperoleh prestasi yang besar di dunia Islam sebagai pemukul Mongol pagan dan
Kristen. Wilayah mereka merentang sampai ke Cyrenaica di barat, ke Mubia dan Massawa
di selatan dan ke Gunung Taurus di utara, dan mereka melindungi kota-kota suci Arabia. Di
bawah kekuasan Mamluk, Mesir dan Suriah mengalami kemakmuran ekonomi dan
perkembangan pesat seni dan budaya, dengan prestasi-prestasi khusus di bidang-bidang
seperti Arsitektur, keramik dan karya artistik dalam logam dan asal usil ilmu herarki (ilmu
lambang-lambang keturunan) tampaknya adalah dari zaman Mamluk.
Kemunduran dan Kehancuran
Faktor internal kehancurannya adalah, gaya hidup yang tinggi pada ahhir-akhir masa
pemerintahan Mamlukiyyah menyebabkab pembebanan biaya pajak yang tinggi pada rakyat,
inilah yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya kekuasaan Ayyubiyah, di tambah dengan
wabah penyakit dan kelaparan yang merajalela pada para penduduk menyebabkan semakin
melemahnya kekuatan pemerintahan. Faktor eksternal yang menyebabkan hencurnya dinasti
Ayyubiyah adalah ketika Sultan Turki Utsmani, Sultan Salim menyerang Mesir dan Syam di
tahun 922 H. Dengan serangan itu maka berakhirlah kekuasaan Mamlukiyyah dan di tandai
dengan terbunuhnya Khalifah yang terakhir Al-Mutawakkal Alal-Lah, yaitu keturunan terakhir
Bani Abbas, berpindah gelar Khalifah ke tangan Bani Utsman di Turki. Sejak saat itu pula
wilayah Mesir dijadikan sebagai salah satu provinsi kekuasaan Utsmani. Kurang lebih setelah
200 tahun dengan 15 khalfah[19] yang memerinah, akhirnya kerajaan itupun hancur dan
meninggalkan peninggalan-peninggalan yang cukup besar bagi umat islam.

Anda mungkin juga menyukai