Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM
PADA MASA DINASTI AGHLABIYAH & DINASTI FATHIMIYAH

Oleh :

RISA SUHAIL SANTOSO


A. Sejarah Berdirinya Dinasti Aghlabiyah
Kelahiran dinasti Aghlabiyah tidak terlepas dari Dinasti Idrisiyah, yang pada
saat itu adalah salah satu ancaman bagi kekuasaan Dinasti Abbasiyah di Baghdad.
Khalifah Harun Ar-Rasyid berusaha sekuat mungkin menahan pengaruh Dinasti
Idrisiyah yang ingin melakukan ekspansi menyebarkan kekuasannya. Salah satu
usaha khalifah itu adalah menyerahkan kawasan Tunisia kepada Ibrahim bin Aghlab.
Tujuannya adalah untuk menahan ekspansi Dinasti Idrisiyah di wilayah Mesir dan
Syam.
Ibrahim bin Aghlab diberikan hak penuh atas pemerintahan Tunisia, sebagai
gantinya ia harus menyerahkan pajak tahunan sebesar 40.000 dinar ke pemerintahan
Abbasiyah di Baghdad. Namun karena letak geografis antara wilayah Afrika Utara
dan pusat pemerintahan di Baghdad sangat jauh, maka kontrol dari pusat tidak
berjalan baik. Karena hal itulah Ibrahim bin Aghlab kemudian berdiri Dinasti
Aghlabiyah, dengan wilayah kekuasannya mencakup daerah Tunisia dan
Aljazair.Walaupun mempunyai hak otonom yang penuh atas wilayah tersebut,
Aghlabiyah masih tetap mengakui kekhalifahan di Baghdad.
Ibrahim bin Aghlab terkenal sangat cakap dalam bidang administrasi
pemerintahan. Sehingga ia mampu menjalankan pemerintahan dinasti Aghlabiyah
dengan sangat baik. Ia berhasil membangun dinasti Aghlibiyah menjadi pemerintahan
yang berpengaruh dalam dunia Islam.Dinasti ini termasuk salah satu dinasti Islam di
Afrika Utara yang berkuasa sekitar 100 tahun (800-900).
B. Penguasa Dinasti Aghlabiyah
Secara periodik, dinasti Aghlabiyah dikuasai oleh beberapa penguasa, yakni :
1. Ibrahim I bin al-Aghlab (800-812 M).
Di bidang pemerintahan : kebijaksanaan politik, termasuk menentukan penggantinya tanpa
campur tangan dari penguasa Abbasiyah.
2. Abdullah I (812-817 M).
3. Ziyadatullah I(817-838 M).
Di bidang arsitektur : pembangunan masjid Qairawan.
4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M).
5. Muhammad I (841-856 M).
6. Ahmad (856-863 M).
Di bidang arsitektur: pembangunan Masjid Agung Tunis
Di bidang pertanian : membuat alat pertanian dan irigasi untuk daerah ifrikiyah.
7. Ziyadatullah II(863 M).
8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M).
9. Ibrahim II (875-902 M).
Dibidang arsitektur : penyempurnaan pembangunan masjid Qairawan.
10. Abdullah II (902-903 M).
11. Ziyadatullah III (903-909 M).
C. Kemajuan Dinasti Aghlabiyah
1) Dibawah pimpinan Ziyadatullah I berada pada masa kejayannya. Ia mampu memimpin
pasukan Aghlabiyah melakukan ekspansi hingga ke wilayah Eropa. Ziyadatullah I pernah
mengirimkan sebuah armada laut menuju wilayah pesisir Italia, Prancis, Cosica, dan
Sardia.

2) Sisilia pun berhasil dikuasai pada 902 setelah melakukan serangkaian peperangan dengan
pasukan Bizantium. Sisilia yang terletak di wilayah strategis kemudian dijadikan sebagai
pusat komando pasukan Dinasti Aghlabiyah untuk menaklukan daratan-daratan Eropa.

3) Penguasa Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak Kharijiyah Barbar


diwilayah mereka.

4) Dilanjutkan dengan dimulainya proyek besar merebut Sicilia dari tangan Byzantium pada
tahun 827M dibawah kekuasaan Ziyadatullah I.

5) Dinasti Aghlabiyah juga terkenal dengan prestasinya dibidang arsitekstur, khusunya


dalam pembangunan masjid. Pada masa Ziyadatullah, yang disempurnakan oleh Ibrahim
II masjid besar berdiri dengan megahnya, yaitu masjid Qairawan.
D. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah

Pada akhir abad ke-9, Dinasti Aghlabiyah di Ifrikiyah mengalami kemunduran


setelah masuknya propaganda Syi’ah oleh Abdullah Al-Syi’ah atas perintah
Ubaidilah Al-Mahdi. Ia telah menanamkan pengaruh yang kuat di kalangan orang-
orang suku Ketama. Ditambah adanya kesenjangan sosial antara keluarga Aghlab
dengan orang-orang Ketama. Sehingga muncul sebuah kekuatan militer baru
menentang pemerintah Aghlabiyah.

Pada tahun 909, kekuatan militer tersebur berhasil menggulingkan kekuasaan


Aghlabiyah yang terakhir, Ziyadatullah III sehingga Ziyadatullah di usir ke Mesir
setelah gagal mendapatkan bantuan dari pemerintahan pusat di Baghdad. Ada yang
berpendapat bahwa Ziyadatullah kalah karena tidak mengadakan perlawanan
apapun sebelum dinasti Fathimiyah mengadakan invasi. Dan sejak itu pula Ifrikiyah
dikuasai oleh orang-orang syi'ah yang pada masa selanjutnya membentuk dinasti
Fatimiyah.
E. Sejarah Berdirinya Dinasti Fathimiyah
Dinasti Fatimiyyah adalah dinasti yang berideologi Syiah. Dinasti ini didirikan oleh Sa’id
bin Husain di Tunisia pada tahun 909 M. Dinamakan Fatimiyah, sebab dinisbatkan kepada
Fatimah, putri Nabi Muhammad saw. Dinisbatkan demikian karena para pendirinya mengaku
keturunan atau satu garis nasab dengan putri Nabi Muhammad saw tersebut.

Dinasti Fatimiyyah didirikan sebagai tandingan Dinasti Abbasiyah yang berkuasa di


Mesir. Awalnya, Syiah Ismailiyyah tidak menampakkan gerakannya seca­ra jelas hingga
muncullah Abdullah bin Maymun yang membentuk Syiah Ismailiyah sebagai sebuah sistem
gerakan politik keagamaan. Hal ini merupakan bentuk kekecewaan golongan Ismailiyah
terhadap Bani Abbasiyah atas kerjasamanya merebut kekuasaan Bani Umayyah. Setelah
perjuangan berhasil, dan Bani Abbas berkuasa, sedikit demi sedikit mereka disingkirkan.

Ia berjuang mengorganisir propaganda Syiah Ismailiyah dengan tujuan menegakkan


kekuasaan Fatimiyyah. Secara rahasia ia mengirimkan misionari ke segala penjuru wilayah
Muslim untuk menyebarkan ajaran Syiah Ismailiyyah. Kegiatan ini menjadi latar belakang
berdirinya Dinasti Fatimiyyah di Afrika yang nantinya berpindah ke Mesir.
F. Penguasa Dinasti Fathimiyah

1. Abū Muḥammad ˤAbdu l-Lāh (ˤUbaydu l-Lāh) al-Mahdī bi'llāh (910-934)


pendiri Fatimiyah
2. Abū l-Qāsim Muḥammad al-Qā'im bi-Amr Allāh bin al-Mahdi
Ubaidillah(934-946)
Di bidang kekuasaan : berhasil menguasai daerah Afrika Utara.
3. Abū Ṭāhir Ismā'il al-Manṣūr bi-llāh (946-953)
4. Abū Tamīm Ma'add al-Mu'izz li-Dīn Allāh (953-975)
Di bidang kekuasaan : Mesir ditaklukkan semasa pemerintahannya.
Di bidang prasana : memperbaiki infrastruktur jalan, menggali sumur-
sumur sepanjang jalan, dan mendirikan rumah-rumah secara berselang-
selang.
5. Abū Manṣūr Nizār al-'Azīz bi-llāh (975-996)
Di bidang pertahanan : melenyapkan pemberontakan Abu Yasid.
Di bidang pemerintahan : membangun kembali pemerintahan yang sempat
lumpuh akibat pemberontakan Khawarij, melakukan konsolidasi daerah-
daerah Afrika Utara,
6. Abū 'Alī al-Manṣūr al-Ḥākim bi-Amr Allāh (996-1021)
Bidang Pendidikan : Mengembangkan fungsi Masjid Al-Azhar menjadi
Universitas Al-Azhar sebagai tempat pengembangan aliran Syi’ah,
Mendirikan observatorium di bukit al-Mukattam.
Di bidang politik : Menghancurkan gereja Holy Spulchre di Palestina,
Menentukan sistem pergantian khalifah melalui imam dan membentuk
Wazir Tanfiz.
7. Abū'l-Ḥasan 'Alī al-Ẓāhir li-I'zāz Dīn Allāh (1021-1036)
Di bidang politik : Perluasan daerah dari Antlantik, Sisilia dan pulau-
pulau lainnya sampai ke laut merah, Yaman, Suriah dan Mekkah.
8. Abū Tamīm Ma'add al-Mustanṣir bi-llāh (1036-1094)
9. al-Musta'lī bi-llāh (1094-1101) pertikaian atas suksesinya menimbulkan
perpecahan Nizari.
10. al-Āmir bi-Aḥkām Allāh (1101-1130)
Di bidang kekuasaan : Penguasa Fatimiyah di Mesir setelah tak diakui
sebagai Imam oleh tokoh Ismailiyah Mustaali Taiyabi.
11. 'Abd al-Majīd al-Ḥāfiẓ (1130-1149)
12. al-Ẓāfir (1149-1154)
13. al-Fā'iz (1154-1160)
14. al-'Āḍid (1160-1171)
G. Kemajuan Dinasti Fathimiyah
Dengan cepat kendali Abdullāh al-Mahdi meluas ke seluruh Maghreb, wilayah
yang kini adalah Maroko, Aljazair, Tunisia dan Libya, yang diperintahnya dari
Mahdia, ibu kota yang dibangun di Tunisia.

Fatimiyah memasuki Mesir pada 972, menaklukkan dinasti Ikhshidiyah dan


mendirikan ibu kota baru di al-Qāhirat "Sang Penunduk" (Kairo modern)- rujukan
pada munculnya planet Mars. Mereka terus menaklukkan wilayah sekitarnya hingga
mereka berkuasa dari Tunisia ke Suriah dan malahan menyeberang ke Sisilia dan
Italia selatan.

Tak seperti pemerintahan di sama, kemajuan Fatimiyah dalam administrasi


negara lebih berdasarkan pada kecakapan daripada keturunan. Anggota cabang lain
dalam Islām, seperti Sunni, sepertinya diangkat ke kedudukan pemerintahan
sebagaimana Syi'ah. Toleransi dikembangkan kepada non-Muslim seperti orang-
orang Kristen dan Yahudi, yang mendapatkan kedudukan tinggi dalam pemerintahan
dengan berdasarkan pada kemampuan (pengecualian pada sikap umum toleransi ini
termasuk "Mad Caliph" Al-Hakim bi-Amrillah).
H. Kemunduran Dinasti Fathimiyah

Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang


sejarah Islam. Pada awalnya, daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang
melepaskan diri dari kekuasaan dinasti Abbasiyah. Mereka mampu
memerintah lebih dua abad sebelum ditaklukkan oleh dinasti Ayyubiyah
dibawah kepemimpinan Salah al-Din al-Ayyubi.
Dalam masa pemerintahannya, daulah Fatimiyah sangat konsern
dengan pengembangan paham Syi’ah Isma’iliyah. Untuk kesuksesannya,
mereka mewajibkan seluruh aparat di jajaran pemerintahan dan warga
masyarakat untuk menganut paham tersebut. Upaya ini cukup berhasil yang
ditandai dengan banyaknya masyarakat yang bersedia menerimanya
meskipun berasal dari non muslim.
Kemunduran dinasti Fatimiyah dikarenakan tidak efektifnya kekuasaan
pemerintah dikarenakan pra khalifah hanya sebagai raja boneka sebab roda
pemerintah didominasi oleh kebijakan para wazir sementara khalifah hanya
hidup menikmati kekuasaannya didalam istana yang megah.
ADA KURANG LEBIHNYA SAYA MOHON MAAF

SEMOGA BERMANFAAT DAN MENAMBAH WAWASAN

.Aamiin....

SEKIAN DAN TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai