Anda di halaman 1dari 19

POST OPERATIVE CARE

Sukma Wicaturatmashudi

Sukma Wicaturatmashudi
PENGKAJIAN
PERNAFASAN

Pengkajian terhadap frekuensi irama,


kedalaman, kesimetrisan, bunyi nafas, warna
membran mukosa.

Resiko aspirasi muntah, akumulasi sekresi


mukosa, spasme laring.
Sukma Wicaturatmashudi
TINDAKAN MEMPERTAHANKAN JALAN NAFAS

Atur posisi miring dan leher agak ekstensi


Jika posisi diatas kontraindikasi : kepala tempat tidur
ditinggikan, leher ekstensi, kepala miring ke salah
satu sisi.
Posisi tangan jangan diatas dada
Jaw trust manuever
Latihan batuk efektif n nafas dalam (cegah ateletaksis,
kolaps paru)
Penghisapan sputum via ABN (cegah refleks muntah)
Terapi oksigenasi (pantau saturasi oksigen)

Sukma Wicaturatmashudi
SIRKULASI
Klien mengalami perdarahan, efek samping anestesi,
ketidakseimbangan elektrolit, depresi mekanisme
regulasi sirkulasi normal.

Kaji denyut nadi, irama jantung, tekanan darah.


Kaji perfusi sirkulasi (warna dasar kuku n kulit)
Jika terpasang gips, kaji denyut nadi distal gips.
Kaji perdarahan (via drain , insisi, luka bedah)
Perdarahan internal (bengkak dan distensi)
Sukma Wicaturatmashudi
KONTROL SUHU
Penurunan tingkat fungsi tubuh akan menyebabkan
turunya metabolisme dan suhu tubuh.

Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan


metabolisme dan fungsi sirkulasi serta pernafasan
klien.

Menggigil merupakan efek anestesi.


Nafas dalam dan batuk membantu mengeluarkan gas
anestesi
Sukma Wicaturatmashudi
FUNGSI NEUROLOGIS
Perawat membangunkan klien dengan memanggil
namanya dan menyentuh dan menggerakkan.

Hilangnya efek anestesi diikuti normalnya refleks,


kekuatan otot dan oroientasi.

Periksa refleks pupil dan muntah, genggaman tangan dan


pergerakan ekstremitas.

Kaji dermatom (segmen area kulit yang dipengaruhi


segmen MS) dengan sentuhan.
Sukma Wicaturatmashudi
INTEGRITAS KULIT DAN KONDISI LUKA
Kaji kemerahan, petekie, abrasi dsb.
Kaji jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase.

FUNGSI GENITOURINARIA
Dalam 6-8 jam pasca anestesi klien mampu mengontrol fungsi
berkemih secara volunter tergantung jenis pembedahan.
Anestesi epidural atau spinal menyebabkan klien tidak dapat
merasakan distensi VU.
Waspadai perlambatan fungsi berkemih yang normal.
Pembedahan pada area genitourinaria , normalnya urin
mengandung darah, 12-24 jam pasca bedah.

Sukma Wicaturatmashudi
KOMPLIKASI PASCA BEDAH
RESPIRASI
ATELEKTASIS
Kolapsnya alveolus dn ditahanya sekresi mukus.
Tanda : RR meningkat, dispnea, demam, krakles,
produktif.
Etiologi
ekspansi paru inadekuat (anestesi, analgesik,
imobilisasi)

Sukma Wicaturatmashudi
PNEUMONIA
Buruknya ekspansi paru
Penumpukan sekret

HIPOKSIA
Pernafasan ditekan agen anestesi dan analgesik. Peningkatan
retensi mukus dan gangguan ventilasi karena nyeri atau
berkurangnya penggantian posisi.

EMBOLI PULMONAL
Klien yang beresiko adalah imobilisasi,

Sukma Wicaturatmashudi
PERDARAHAN
lepasnya jahitan atau bekuan darah pada tempat insisi.
Resiko tinggi pada klien gangguan koagulasi.

SYOK HIPOVOLEMIK
TROMBOPLEBITIS
Peradangan vena disertai bekuan darah. Gejala yang timbul
edema dan peradangan pada tempat vena yg terkena dan
nyeri atau kram.. Vena terasa keras, seperti tali, sensitif
terhadap sentuhan. Nyeri di betis saat berjalan atau saat
kaki dorsofleksi (Homan’s sign).

Terajadi ketika duduk atau imobilisasi lama. Trauma


dinding pembuluh darah dan hiperkoagulasi darah akan
meningkatkan resiko.

Sukma Wicaturatmashudi
TROMBUS

terbentuknya bekuan darah yang menempel ke dinding


bagian dalam vena atau arteri dan menyumbat lumen
pembuluh darah.

trombus disebabkan stasis vena dan trauma pembuluh


darah. Cedera vena pada kaki, abdomen, pelvis sering
terjadi pada operasi. Peningkatan koagulasi darah

embolus adalah potongan trombus yang terlepas dan


bersirkulasi di pembuluh darah sehingga menempel pada
pembuluh darah lain
Sukma Wicaturatmashudi
DISTENSI ABDOMEN
Retensi udara dalam usus. Gejala peningkatan lingkar perut,
bunyi timpani, mengeluh peraut terasa penuh dan nyeri
karena gas.

Etiologi peristaltik usus melambat akibat anetesi, manipulasi


usus atau imobilisasi.

KONSTIPASI
Etiologi karena perlambatan peristaltik usus dan penundaan
konsumsi diet normal.

Jika dalam 48 jam klien belum defekasi, perlu mendapat


perhatian.
Sukma Wicaturatmashudi
MUAL DAN MUNTAH
Pengosongan lambung yang tidak tepat atau adanya stimulasi
kimia dari pusat muntah.

Etiologi nyeri hebat, distensio abdomen, ketakutan, obat, makan


atau minum sebelum timbul peristaltik, stimulasi refleks
muntah

RETENSIO URINE
Akumulasi urin di vesica urinaria yang terjadi secara involunter
akibat hilangnya tonus otot.
Gejala klien tidak mampu berkemih, gelisah, distensi VU. Terjadi
dalam 6 – 8 jam pasca bedah.

Sukma Wicaturatmashudi
INFEKSI LUKA
DEHISENSI LUKA
Terpisahnya tepi luka dari garis jahitan. Gejala adanya
peningkatan drainase dan terlihatnya jaringan dibawahnya.
Terjadi dalam 6 – 8 hari pasca bedah.

Etiologi : malnutrisi, obesitas, radiasi pada tempat pembedahan


fase pre operatif, lansia, sirkulasi jaringan yg buruk, regangan
jaringan akibat batuk.

EVISERASI
Keluarnya organ dan jaringan internal melalui insisi. Dalam 6 – 8
hari pasca bedah.

Sukma Wicaturatmashudi
MEMPERTAHANKAN FUNGSI PERNAFASAN

Latihan pernafasan difragma minimal 2 jam sekali saat


klien sadar. Inspirasi maksimal selama 3-5 detik akan
membuka alveoli
Instruksikan klien menggunakan spirometer stimulatif
untuk inspirasi maksimum
Ambulasi n mobilisasi dini
Batuk efektif setiap 2 jam
Suction

Sukma Wicaturatmashudi
MENCEGAH STASIS SIRKULASI
Latihan kaki minimal setiap jam
Pasang stoking antiemboli elastik. Stocking harus dibuka setiap 8
jam dan biarkan selama 1 jam sebelum digunakan kembali.

Pasang stocking antiemboli pneumatik (setiap stocking memb


ungkus sekeliling kaki klien dan difiksasi dengan pengait
velcro. Kompresi udara mengembangkan bantalan plastik
pada stockin secara sistematis dari pergelangan kaki sampai
betis lalu ke paha dan kemudian mengempis kembali.
Pengembangan dan pengempisan stocking dapat mengurangi
stasis vena

Sukma Wicaturatmashudi
Mobilisasi dini sesuai indikasi.
Posisi yang melancarkan aliran darah ke ekstremitas
(kompresi pembuluh darah popliteal dapat
menyebabkan trombus)

Hidrasi cairan yang adekuat


Hidrasi yang adekuat mencegah peningkatan
konsentrasi darah yang terbentuk (trombosit, sel
darah merah).
Hidrasi kurang menyebabkan elemen-elemen sel
darah melekat dan membentuk bekuan kecil di
pembuluh darah

Sukma Wicaturatmashudi
MENINGKATKAN ELIMINASI NORMAL DAN
NUTRSI ADEKUAT
Kaji peristaltik usus setiap 4-8 jam (normal 5-30 kali per
menit
Asupan nutrisi yang adekuat (encer sampai makanan
padat)
Klien pembedahan abdomen akan puasa selama 24
sampai 48 jam.
Meningkatkan ambulasi dan latihan
Pertahankan asupan cairan
Oral higiene

Sukma Wicaturatmashudi
MENINGKATKAN ELIMINASI URIN
Bantu posisi normal berkemih
Kaji distensi VU
Pasang kateter
Pantau haluaran urin

MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA


Nutrisi tidak adekuat, gangguan sirkulasi, gangguan metabolisme
menghambat penyembuhan.
Pantau regangan jahitan luka akibat batuk, muntah distensi.
Waktu kritis penyembuhan adalah 24 sampai 72 jam pasca
bedah
Pantau drainase luka

Sukma Wicaturatmashudi

Anda mungkin juga menyukai