Anda di halaman 1dari 16

TUGAS PENDALAMAN MATERI

PENGELOLAAN OBAT, PEMBERIAN DAN


PENGGUNAAN OBAT SESUAI KEBUTUHAN
OLEH : AGUSTIN DWI ERISKA (20185121001)
DOSEN: Apt Hadi Kurniawan, S.Farm, M.Sc
 Pemilihan obat atau Perencanaan (Selection)
Pengelolaan obat
Pemilihan obat atau perencanaan merupakan
Pengelolaan obat merupakan kegiatan yang meliputi
kegiatan menetapkan jenis dan jumlah obat yang
tahap perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan
harus tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai
pendistribusian, serta penggunaan obat dengan
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia
kesehatan dasar termasuk program kesehatan
yang telah ditetapkan
 Pengadaan (Procurement)
Pengadaan merupakan proses untuk penyediaan
obat yang dibutuhkan di Unit Pelayanan
Menurut WHO (2004), pengelolaan Kesehatan (UPK).
obat di fasilitas pelayanan kesehatan
mempunyai beberapa tahapan yaitu :  Penyimpanan dan Distribusi (Storage and
Distribution)
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan
dan memelihara dengan cara menempatkan obat
dan perbekalan kesehatan yang diterima pada
tempat yang dinilai aman.Pendistribusian adalah
suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat, terjamin
keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata
dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit
NO. 1 pelayanan kesehatan.
Lanjutan..  Penggunaan Obat (Use)
Penggunaan obat meliputi pemilihan obat yang
tepat untuk pasien yang sesuai, informasi untuk
pasien, aturan pemakaian yang jelas dan
pemantauan penggunaan obat oleh pasien.
Keempat tahapan tersebut didukung oleh
penunjang pengelolaan yang terdiri dari
organisasi (organization), pembiayaan
(financing), manajemen informasi (information
management) dan sumber daya manusia (human
resources).
DAGUSIBU • Mendapatkan obat (Da)
Dapatkan, Gunakan, Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
Simpan dan Buang 2009, masyarakat dapat mendapatkan obat di fasilitas
pelayanan kefarmasian yaitu :
1. Apotek
Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
2. Instalasi rumah sakit
Unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
3. Klinik
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan
pelayanan medis dasar dan atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
4. Toko obat
Sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat
bebas dan obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara
eceran.

NO.2
Lanjutan…

• Menggunakan obat (Gu) • Menyimpan obat (Si) • Membuang obat (Bu)


Obat pada dasarnya merupakan 1. Cara Menyimpan Obat secara umum Menurut Depkes RI (2008), cara membuang
bahan yang hanya dengan dosis (Depkes RI, 2008) : obat sebagai berikut :
tertentu, dan dengan 2. Jauhkan dari jangkauan anak – anak. 1. Hancurkan obat dan timbun di dalam
penggunaan yang tepat, dapat 3. Simpan obat dalam kemasan asli dan tanah untuk obat-obat padat (tablet,
dimanfaatkan untuk dalam wadah tertutup rapat. kapsul dan suppositoria)
mendiagnosa, mencegah 4. Simpan obat ditempat yang sejuk dan 2. Untuk sediaan cair (sirup, suspensi, dan
penyakit, menyembuhkan atau terhindar dari sinar matahari langsung emulsi), encerkan sediaan dan campur
memelihara Kesehatan. atau ikuti aturan yang tertera pada dengan bahan yang tidak akan dimakan
Informasi penggunaan obat bagi kemasan. seperti tanah atau pasir. Buang bersama
pasien dapat dikelompokan 5. Jangan tinggalkan obat di dalam dengan sampah lain.
menjadi dua kelompok yaitu : mobil dalam jangka waktu lama 3. Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan
a. Informasi umum cara karena suhu yang tidak stabil dalam tutup botol kemudian dibuang ditempat,
penggunaan obat mobil dapat merusak sediaan obat dan hal ini untuk menghindari penyalah
b. Informasi khusus cara jangan simpan obat yang telah gunaan bekas wadah obat
penggunaan obat kadaluarsa. 4. Untuk kemasan boks, dus, dan tube
terlebih dahulu digunting baru dibuang.
Cara mendapatkan obat yang benar sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, masyarakat dapat mendapatkan
obat di fasilitas pelayanan kefarmasian yaitu :
1. Apotek
Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh Apoteker.
Pada waktu menerima obat dari petugas
2. Instalasi rumah sakit
kesehatan di rumah sakit, puskesmas, apotek,
Unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
atau toko obat, diwajibkan melakukan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.
pemeriksaan fisik obat dan mutu obat yang
3. Klinik
meliputi :
Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
a. Jenis dan jumlah obat
kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan
b. Kemasan obat
atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
c. Kadaluarsa obat
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis.
4. Toko obat
Sarana yang memiliki izin untuk menyimpan obat-obat bebas dan
obat-obat bebas terbatas untuk dijual secara eceran.

NO.3
Obat pada dasarnya merupakan bahan yang hanya dengan dosis tertentu, dan dengan penggunaan yang tepat, dapat dimanfaatkan
untuk mendiagnosa, mencegah penyakit, menyembuhkan atau memelihara kesehatan. Informasi penggunaan obat bagi pasien
dapat dikelompokan menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Informasi umum cara penggunaan obat
• Cara minum obat sesuai anjuran yang tertera pada etiket atau brosur
• Waktu minum obat , sesuai dengan waktu yang dianjurkan
a. Siang, berarti obat harus diminum anara pukul 12.00 -13.00 WIB.
b. Sore, berarti obat harus diminum antara pukul 17.00-18.00 WIB.
c. Malam, berarti obat harus diminum antara pukul 22.00-23.00 WIB.
• Aturan minum obat yang tercantum dalam etiket harus di patuhi. Bila tertulis:
a. 1 (satu) kali sehari, berarti obat tersebut diminum waktu pagi hari atau malam hari, tergantung dari khasiat obat tersebut.
b. 2 (dua) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pagi dan malam hari.
c. 3 (tiga) kali sehari, berarti obat tersebut harus diminum pada pagi, siang dan malam hari.
d. 4 (empat) kali sehari, berarti obat tersebut haus diminum pada pagi, siang, sore dan malam hari.
• Minum obat sampai habis, berarti obat harus diminum sampai habis, biasanya obat antibiotika.
• Penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas tidak dimaksudkan untuk penggunaan secara terus – menerus.
• Hentikan penggunaan obat apabila tidak memberikan manfaat atau menimbulkan hal–hal yang tidak diinginkan, segera
hubungi tenaga kesehatan terdekat.
• Sebaiknya tidak mencampur berbagai jenis obat dalam satu wadah.

NO.4
• Sebaiknya tidak melepas etiket dari wadah
obat karena pada etiket tersebut tercantum 2. Informasi cara khusus penggunaan obat Obat oral
cara penggunaan obat dan informasi lain Pemberian obat secara oral (melalui mulut) merupakan pemberian
yang penting. yang paling praktis dan mudah. Sediaan obat yang dapat
• Bacalah cara penggunaan obat sebelum digunakan secara oral yaitu tablet, kapsul, puyer, dan cairan.
minum obat, demikian juga periksalah Petunjuk penggunaan obat oral:
tanggal kadaluarsa. • Sediaan obat padat
• Hindarkan menggunakan obat orang lain a. Obat oral dalam bentuk padat, sebaiknya diminum dengan
walaupun gejala penyakit sama. air matang.
• Tanyakan kepada Apoteker di Apotek atau b. Hubungi tenaga kesehatan apabila sakit dan sulit saat
petugas kesehatan di Poskesdes untuk menelan obat.
mendapatkan informasi penggunaan obat c. Ikuti petunjuk tenaga kesehatan kapan saat yang tepat untuk
yang lebih lengkap. minum obat apakah pada saat perut kosong, atau pada saat
makan atau sesudah makan atau pada malam hari sebelum
tidur. Misalnya : obat antasida harus diminum saat perut
kosong, obat yang merangsang lambung, harus diminum
sesudah makan, obat pencahar diminum sebelum tidur.
• Sediaan obat larutan
Gunakan sendok takar atau alat lain (pipet, gelas takar obat) jika
minum obat dalam bentuk larutan/cair. Sebaiknya tidak
menggunakan sendok rumah tangga, karena ukuran sendok rumah
tangga tidak sesuai untuk ukuran dosis
1. Cara menyimpan obat secara umum Cara menyimpan obat berdasarkan bentuk sediaan :
sebagai berikut :  Tablet dan kapsul
2. Jauhkan dari jangkauan anak – anak. Tablet dan kapsul disimpan dalam wadar tertutup rapat, di
3. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam tempat sejuk, terlindung dari cahaya. Jangan menyimpan
wadah tertutup rapat. tablet atau kapsul ditempat panas dan atau lembab.
4. Simpan obat ditempat yang sejuk dan  Sediaan obat cair
terhindar dari sinar matahari langsung atau Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari
ikuti aturan yang tertera pada kemasan. pendingin (freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan
5. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil pada etiket atau kemasan obat.
dalam jangka waktu lama karena suhu yang  Sediaan obat krim
tidak stabil dalam mobil dapat merusak Disimpan dalam wadah tertutup baik atau tube, di tempat
sediaan obat dan jangan simpan obat yang sejuk.
telah kadaluarsa.  Sediaan obat vagina dan ovula
Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan
suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu
kamar akan mencair.
 Sediaan Aerosol / spray
Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai
suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan

NO.5
LANJUTAN..

Klasifikasi suhu penyimpanan obat


berdasarkan ruangan penyimpanan obat :
• Dingin
Suhu dingin adalah suhu tidak lebih dari
80C. Disimpan didalam lemari pendingin.
• Sejuk
Suhu sejuk adalah suhu antara 80C sampai
150C didalam lemari pendingin.
• Suhu kamar
Suhu kamar adalah suhu pada ruang kerja.
Suhu kamar terkendali adalah suhu yang
diatur antara 150C sampai 300C.
• Hangat
Disimpan pada suhu 300C sampai 400C.
• Panas
Disimpan pada suhu lebih dari 400C.
Cara buang obat

1. Hancurkan obat dan timbun di dalam tanah untuk


obat-obat padat (tablet, kapsul dan suppositoria)
2. Untuk sediaan cair (sirup, suspensi, dan emulsi),
encerkan sediaan dan campur dengan bahan yang
tidak akan dimakan seperti tanah atau pasir. Buang
bersama dengan sampah lain.
3. Terlebih dahulu lepaskan etiket obat dan tutup botol
kemudian dibuang ditempat, hal ini untuk
menghindari penyalah gunaan bekas wadah obat
4. Untuk kemasan boks, dus, dan tube terlebih dahulu
digunting baru dibuang.

NO.6
1. Tepat Diagnosis
Penggunaan Obat secara Rasional (POR) atau Penggunaan obat harus berdasarkan penegakan diagnosis yang
Rational Use of Medicine (RUM) merupakan tepat. Ketepatan diagnosis menjadi langkah awal dalam sebuah
suatu kampanye yang disebarkan ke seluruh proses pengobatan karena ketepatan pemilihan obat dan
dunia, juga di Indonesia. Dalam situsnya, indikasi akan tergantung pada diagnosis penyakit pasien.
WHO menjelaskan bahwa definisi Contohnya misalnya pasien diare yang disebabkan Ameobiasis
Penggunaan Obat Rasional adalah apabila maka akan diberikan Metronidazol. Jika dalam proses
pasien menerima pengobatan sesuai dengan penegakkan diagnosisnya tidak dikemukakan penyebabnya
kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang sesuai adalah Amoebiasis, terapi tidak akan menggunakan
dengan kebutuhan, dalam periode waktu yang metronidazole.
sesuai dan dengan biaya yang terjangkau oleh
dirinya dan kebanyakan masyarakat.
Penggunaan obat dapat diidentifikasi 2. Tepat pemilihan obat
rasionalitasnya dengan menggunakan Berdasarkan diagnosis yang tepat maka harus dilakukan
Indikator 8 Tepat dan 1 Waspada. pemilihan obat yang tepat. Pemilihan obat yang tepat dapat
ditimbang dari ketepatan kelas terapi dan jenis obat yang
sesuai dengan diagnosis. Selain itu, Obat juga harus
terbukti manfaat dan keamanannya. Obat juga harus
merupakan jenis yang paling mudah didapatkan. Jenis obat
yang akan digunakan pasien juga seharusnya jumlahnya
seminimal mungkin.

NO.7
LANJUTAN…

3. Tepat indikasi
Pasien diberikan obat dengan indikasi yang benar sesuai
6.    Tepat  cara dan lama pemberian
diagnosa Dokter. Misalnya Antibiotik hanya diberikan
Cara pemberian yang tepat harus
kepada pasien yang terbukti terkena penyakit akibat
mempertimbangkan mempertimbangkan keamanan
bakteri.
dan kondisi pasien. Hal ini juga akan berpengaruh
4.    Tepat pasien
pada bentuk sediaan dan saat pemberian obat.
Obat yang akan digunakan oleh pasien mempertimbangkan
Misalnya pasien anak yang tidak mampu menelan
kondisi individu yang bersangkutan. Riwayat alergi,
tablet parasetamol dapat diganti dengan sirup.
adanya penyakit penyerta seperti kelainan ginjal atau
Lama pemberian meliputi frekuensi dan lama
kerusakan hati, serta kondisi khusus misalnya hamil,
pemberian yang harus sesuai karakteristik obat dan
laktasi, balita, dan lansia harus dipertimbangkan dalam
penyakit. Frekuensi pemberian akan berkaitan
pemilihan obat. Misalnya Pemberian obat golongan
dengan kadar obat dalam darah yang menghasilkan
Aminoglikosida pada pasien dengan gagal ginjal akan
efek terapi. Agar terapi berhasil dan tidak terjadi
meningkatkan resiko nefrotoksik sehingga harus dihindari.
resistensi maka frekuensi dan lama pemberian harus
5.    Tepat dosis
tepat.
Dosis obat yang digunakan harus sesuai range terapi obat
7.    Tepat harga
tersebut. Obat mempunyai karakteristik farmakodinamik
Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas atau
maupun farmakokinetik yang akan mempengaruhi kadar
untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan
obat di dalam darah dan efek terapi obat. Dosis juga harus
terapi obat merupakan pemborosan dan sangat
disesuaikan dengan kondisi pasien dari segi usia, bobot
membebani pasien.
badan, maupun kelainan tertentu.
LANJUTAN..

8.    Tepat informasi


Kejelasan informasi tentang obat yang harus diminum atau digunakan
pasien akan sangat mempengaruhi ketaatan pasien dan keberhasilan
pengobatan. Misalnya pada peresepan Rifampisin harus diberi informasi
bahwa urin dapat berubah menjadi berwarna merah sehingga pasien
tidak akan berhenti minum obat walaupun urinnya berwarna merah.
9.    Waspada efek samping
Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping, yaitu efek tidak
diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi.
Contohnya Penggunaan Teofilin menyebabkan jantung berdebar.
NO.8

Anda mungkin juga menyukai