Anda di halaman 1dari 7

TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DIINDONESIA
DI SUSUN
OLEH :
NILUH SHANIA
201802101
Jenis-jenis korupsi
Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-
undang Nomor 20 tahun 2001, maka tindak Pidana Korupsi itu
dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif,

sedangkan dalam prakteknya kita kenal ada dua jenis korupsi


yaitu :
a.  Adminstrative Coruption
b.    Against The Rule Corruption
Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan
dengan hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan
untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi
PENGERTIAN KORUPSI
Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk
kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10). Masyarakat
pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk
merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan
terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang
lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi
bagi masyarakat umum adalah penekanan pada
penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan publik untuk
keuntungan pribadi
Secara umum jenis-jenis korupsi yaitu:

Korupsi transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan dua pihak dalam
bentuk suap, dimana yang memberi dan yang diberi sama-sama mendapatkan
keuntungan.
 Korupsi ekstortif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan pemaksaan oleh pejabat,
sebagai pembayaran jasa yang diberikan kepada pihak luar, si pemberi tidak ada
alternatif lain.
 Korupsi investif, yaitu korupsi yang dilakukan seorang pejabat karena adanya
iming-iming tentang sesuatu yang akan menghasilkan dimasa mendatang.
 Korupsi nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena adanya perlakuan khusus bagi
keluarganya atau teman dekat atas sesuatu kesempatan mendapatkan fasilitas
Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan, dengan jalan memberikan informasi kepada pihak luar yang sebenarnya
harus dirahasiakan.
 Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan secara berkelompok dalam satu
bagian atau divisi dengan tujuan untuk melindungi tindak korupsi yang mereka
lakukan secara kolektif.
Peraturan Perundang- Undangan Terkait
Korupsi
Berikut ini adalah naskah Peraturan Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah (PP), Instruksi Presiden (Inpres),
yang berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi. TAP MPR
No. XI Tahun 1998 tentang penyelenggaraan Negara
yang bebas KKN Undang-Undang :
UU nomor 20 tahun 2001 Pemberantasan Tidak pidana Korupsi
UU 30/2002 Komisi Anti Korupsi
UU 31/1999 Pemberantasan Korupsi. Telah diperbaharui
menjadi UU No 20 Tahun 2001
UU 11/1980 tentang Antisuap
UU 15/2002 tentang tindak pidana anti pencucian uang. UU ini
telah dirubah menjadi UU No 25 tahun 2003
UU 25/2003 tentang perubahan UU No 15/2002 tentang
tindak pidana anti pencucian uang
NEXT
UU No 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang
bersih Bebas dari KKN
UU No 7 Tahun 2006 Tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti Korupsi, 2003
UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Masalah pidana
10.UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan Saksi dan
Korban (termasuk versi bahasa Inggrisnya)[3].
 
Negara mengeluarkan 3 produk hukum tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi yaitu: UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No 20 Tahun 2001
tentang Perubahan Atas UU No 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan UU No 28 Tahun 1999
tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Kesimpulan dari ketiga UU yang menyangkut pemberantasan
tindak pidana korupsi ini merupakan lex specialis generalis.
Materi substansi yang terkandung didalamnya antara lain :
Memperkaya diri/orang lain secara melawan hokum (Pasal 2
ayat (1) UU No.31 Tahun 1999). Jadi, pelaku tindak pidana
korupsi tersebut adalah setiap orang baik yang berstatus PNS
atau No-PNS serta korporasi yang dapat berbentuk badan
hokum atau perkumpulan.
Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau korporasi[4].
Dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara.
Adanya oenyakahgunaan kewenangan, kesempatan atau
sarana (Pasal 3 UU N0.31 Tahun 1999).
Menyuap PNS atau Penyelenggara Negara (Pasal 5 UU No.20
Tahun 2001).
Perbuatan curang (Pasal 7 UU No. 20 Tahun 2001).

Anda mungkin juga menyukai