Anda di halaman 1dari 79

SASARAN KESELAMATAN PASIEN

(SKP)

Dr.dr.Sutoto,MKes
Curiculum Vitae: Dr.dr.Sutoto,MKes
Tempat/Tgl lahir :Purwokerto, 21 Juli – 1952
JABATAN SEKARANG:
1. Ketua umum PERSI Th 2009-2012
2. Ketua KARS Th 2011-2014
PENGALAMAN ORGANISASI
3. Ketua :IRSPI (Ikatan RS Pendidikan Ind) Th 2005-
2008
4. Ketua :ARSPI (Asosiasi RS Pendidikan Ind) Th 2008-
2010
5. Ketua IRSJAM (Ikatan RS Jakarta Metropolitan)
PENDIDIKAN: 2008-2010
1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro
2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
PENGALAMAN KERJA
4. Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UHAMKA, UMY, UNSOED
5. Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS):
6. Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah,1978-1979
7. Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., 1979-1992
8. Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
9. Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 S/D 2005
10. Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
11. Sesditjen Binyanmed KEMNENKES R.I( Feb-sept 2010) 2
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
(SKP)
 

GAMBARAN UMUM
 SKP  syarat mayor dalam akreditasi KARS
 Maksud dari SKP: mendorong perbaikan spesifik
dalam keselamatan pasien
 SKP : menyoroti bagian-bagian yang bermasalah
dalam Yankes
 Perbaikan Disain sistem yang baik:
 memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu
tinggi,
 difokuskan pada solusi-solusi sistem yang menyeluruh.
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN

 Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien


 Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
 Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high-alert)
 Sasaran lV: Kepastian tepat-lokasi, tepat-
prosedur, tepat-pasien operasi
 Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
 Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI
PASIEN
Standar SKP I
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan ketelitian identifikasi
pasien.
Salah
memberi
obat

Salah
identifikasi Salah
tindakan
Pasien Cedera
Citra buruk
Tuntutan
Salah
Tranfusi

Salah
hasil
lab/PA KETELITIAN IDENTIFIKASI
DISEMUA LINI PELAYANAN
Maksud dan Tujuan SKP I

Keliru mengidentifikasi pasien :


1. Terjadi hampir di semua aspek diagnosis dan pengobatan
2. Dalam keadaan :
1. pasien masih dibius
2. pindah tempat tidur
3. pindah kamar
4. pindah lokasi di dalam rumah sakit
5. pasien memiliki cacat indra

Tujuan sasaran ini dua hal:


3. mengidentifikasi dengan benar
4. mencocokkan layanan dengan individu tersebut.
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
 Kebijakan dan/atau prosedur, dua cara untuk
mengidentifikasi pasien:
 nama pasien
 nomor rekam medis
 tanggal lahir
 gelang identitas pasien dgn data diatas
 Dilarang identifikasi dg nomor kamar pasien atau
lokasi
 Proses kolaboratif digunakan untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur
agar dapat memastikan semua kemungkinan
situasi dapat diidentifikasi contoh: pasien koma
tanpa identitas, pasien jiwa,
GELANG PASIEN

Biru: Laki Laki


Pink: Perempuan
Merah: Alergi
Kuning: Risiko Jatuh

9
SAAT PEMASANGAN GELANG OLEH
PETUGAS

 Jelaskan manfaat gelang pasien


 Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
 Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
tidak melihat gelang
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:

pemberian obat
pemberian darah / produk darah
pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
Sebelum memberikan pengobatan
Sebelum memberikan tindakan
Elemen Penilaian SKP.I.

1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien,


tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau
produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan
tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF

Standar SKP.II.
 Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.
Maksud dan Tujuan SKP II
 Komunikasi efektif akan mengurangi kesalahan dan
menghasilkan peningkatan Keselamatan Pasien :
 Komunikasi efektif
1. tepat waktu
2. akurat
3. lengkap
4. jelas
5. dipahami oleh pihak-pihak terkait
 Bentuk Komunikasi:
 Elektronik
 Lisan
 tertulis
Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan

Terjadi pada saat:


 Perintah diberikan secara lisan
 Perintah diberikan melalui
telpon
 Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
Perintah Lisan/Lewat Telepon

 Write back
 Read
Back/spelling
 Reconfirm
SBAR
A Communication Technique for Today's Healthcare
Professional
 SBAR is a standardized way of communicating. It
promotes patient safety because it helps individuals
communicate with each other with a shared set of
expectations.
 It improves efficiency and accuracy.
 SBAR stands for:
 Situation
 Background
 Assessment
 Recommendation
Elemen Penilaian SKP.II.

1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau


hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima
perintah
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan
dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah.
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon
secara konsisten
SASARAN III : PENINGKATAN
KEAMANAN OBAT YANG PERLU
DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT
YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)

Standar SKP.III.
 Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memperbaiki
keamanan obat-obat
yang perlu diwaspadai
(high-alert)
Maksud dan Tujuan SKP 3
 Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang sering
menyebabkan KTD atau kejadian sentinel
 Obat yg Perlu diwaspadai :
1. NORUM/ LASA.
2. Elektrolit konsentrat
 Kesalahan bisa terjadi:
 Secara tidak sengaja
 Bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
sebelum ditugaskan
 Pada keadaan gawat darurat
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)

 hidraALAzine  hidrOXYzine
 ceREBYx  ceLEBRex
 vinBLASTine  vinCRIStine
 chlorproPAMIDE  chlorproMAZINE
 glipiZIde  glYBURIde
 DAUNOrubicine  dOXOrubicine

Tulis yang berbeda dengan huruf KAPITAL


Look Alike Sound Alike
Look alike
Elektrolit Konsentrat :
1. Kalium Klorida
2meq/Ml Atau Yang
Lebih Pekat
2. Kalium Fosfat,
Natrium Klorida
Lebih Pekat Dari
0.9%
3. Magnesium Sulfat
=50% Atau Lebih
Pekat
K Cl Concentrated
 Concentrated potassium chloride has been identified as
a highrisk medication by organizations in Australia,
Canada, and the United Kingdom of Great Britain and
Northern Ireland (UK) (1).
 In the US, 10 patient deaths from misadministration of
K Cl concentrated solution were reported to the Joint
Commission in just the first two years of its sentinel event
reporting programme: 1996–1997 (1).
 In Canada, 23 incidents involving KCl mis-
administration occurred between 1993 and 1996 (2).
 There are also reports of accidental death from the
inadvertent administration of concentrated saline
solution (3).
ELEKTROLIT KONSENTRATE
 Cairan ini bisa mengakibatkan KTD/sentinel event
bila tak disiapkan dan dikelola dengan baik
 Terpenting :
 Ketersediaan
 Akses
 Resep
 Pemesanan
 Persiapan
 Distribusi
 Label
 Verifikasi
 Administrasi dan pemantauan
Langkah langkah>>>

Cara untuk mengurangi atau mengeliminasi KTD:


 Tingkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai
 Pindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi.
 RS punya Kebijakan dan/atau prosedur
 Daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data
yang ada di rumah sakit
 identifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi
 pemberian label secara benar pada elektrolit
 penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi
akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja /
kurang hati-hati.
ELEKTROLIT KONSENTRATE

 Standarisasi dosis, unit ukuran, dan terminologi


adalah elemen penting dari penggunaan yang
aman
 Campuran larutan elektrolit harus dihindari
(misalnya : natrium klorida dengan kalium klorida).
 Upaya ini memerlukan perhatian khusus, keahlian
yang sesuai, antar-profesional kolaborasi, proses
verifikasi, dan fungsi yang akan memastikan
penggunaan yang aman.
Elemen Penilaian SKP 3)

1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar


memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat.
2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit
pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan
tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan.
4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di pada unit
pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan
disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
LANGKAH IMPLEMENTASI
no K7egiatan PIC waktu
1 REVISI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR IKEAMANAN OBAT

2 STANDARDISASI DOSIS , UNIT UKURAN DAN


TERMINOLOGI
BUAT DAFTAR OBAT NORUM DAN ELEKTROLIT
KONSENTRAT
3 SOSIALISASI STANDARDI DOSIS , UNIT UKURAN DAN
TERMINOLOGI

4 SOSIALISSASI SOPMANAJEMEN ELEKTROLIT


KONSENTRAT

5 BUAT JADWAL SURVEI KEPATUHAN THD SPO DAN


PELAKSANAAN

6 PRESENTASI HASIL SURVEI DILAJUTKAN SOSIALISASI


SPO
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-
LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-
PASIEN OPERASI
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-
PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI

Standar SKP.IV.
 Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memastikan
tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-
pasien.
National Practitioner Data Bank; WSPE,
wrong-side/wrong site, wrong-procedure,
and wrong-patient adverse event
Maksud dan Tujuan SKP IV

Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah Pasien Pada Operasi, Adalah


Sesuatu Yang Mengkhawatirkan Dan Tidak Jarang Terjadi Di
Rumah Sakit, Penyebabnya :

1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara


Anggota Tim Bedah
2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan
Lokasi (Site Marking)
3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi
4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat
5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat
6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka Antar
Anggota Tim Bedah
7. Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting)
Penandaan Lokasi Operasi
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau
multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air.
4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika
memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
VERIFIKASI PRAOPERATIF :

1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar


2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan
yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik
3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant 2
implant yg dibutuhkan
4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan
2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai ceklis agar praktis
Elemen Penilaian SKP.IV.

1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat


dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain
untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
time-out , tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung
keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan
tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar
kamar operasi.
47
TIME OUT
TIME OUT
Sebelum Induksi Anestesi:
Apakah……
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed
concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau
aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
Sebelum Insisi Kulit (Time-
out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi
incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60
menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
Sebelum Pasien Meninggalkan
Kamar Operasi
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesid
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum lengkap
3. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
LANGKAH IMPLEMENTASI
no K7egiatan PIC waktu

1 BUAT/REVISI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR SAFE


SURGERY
BUAT CEKLIST SAFE SURGERY

2 SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN STANDAR KEPADA STAF


DAN DOKTER BEDAH CHAMPION

3 SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN STANDAR KEPADA


SELURUH STAF DAN DR OPERATOR

4 BUAT JADWAL SURVEI KEPATUHAN THD SPO DAN


PELAKSANAAN

5 PRESENTASI HASIL SURVEI DILAJUTKAN SOSIALISASI


SPO

6
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO
INFEKSI TERKAIT PELAYANAN
KESEHATAN
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT
PELAYANAN KESEHATAN

Standar SKP.V.
 Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Maksud dan Tujuan SKP.V.

 PPI (Pencegahan dan pengendalian infeksi ):


 tantangan terbesar dalam yan kes
 peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang terkait yan kes
 keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan
kesehatan.
 Infeksi dijumpai dalam semua bentuk yan kes termasuk:
UTI,blood stream infections dan VAP
 Pokok pokok eliminasi : cuci tangan (hand hygiene) yang tepat
 pakai Pedoman hand hygiene dari WHO
 Rumah sakit mempunyai proses kolaboratif untuk
mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur yang
menyesuaikan atau mengadopsi petunjuk hand hygiene yang
sudah diterima secara umum untuk implementasi petunjuk itu di
rumah sakit.
WHO Guidelines On Hand Hygiene In Health Care.World Health Organization 2009
Elemen Penilaian SKP.V.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum al
dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program hand
hygiene yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
Acknowledgement : WHO World Alliance for Patient Safety 65
PEMILIHAN
HAND HYGINE SUPERSTAR
LANGKAH IMPLEMENTASI
no K7egiatan PIC waktu

1 BUAT PERENCANAAN STRATEGIS IMPLEMETASI HAND


WASHING SELAMA LIMA TAHUN
BUAT/REVISI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR HAND WASH DAN
HANDS RUB
2 PENYEDIAAN SARANA HAND WASH DAN HANDS RUB

3 SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN STANDAR KEPADA STAF DAN


DOKTER TERKAIT

4 LOMBA CUCI TANGAN

5 BUAT JADWAL SURVEI KEPATUHAN THD SPO DAN


PELAKSANAAN

6 PRESENTASI HASIL SURVEI DILANJUTKAN SOSIALISASI SPO


SASARAN VI :
PENGURANGAN RISIKO PASIEN
JATUH
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN
JATUH

Standar SKP.VI.
 Rumah sakit
mengembangkan suatu
pendekatan untuk
mengurangi risiko
pasien dari cedera
karena jatuh.
Morse, Janice M..Preventing Patient Falls. Establishing a Fall Intervention Program, 2 nd Ed. Springer Publishing Company, New
York. 2009.
Maksud dan Tujuan SKP VI.

 Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab


cedera pasien rawat inap.
 Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko
cedera bila sampai jatuh.
 Evaluasi :
 riwayat jatuh,
 obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol
 gaya jalan dan keseimbangan
 serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
 Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
Elemen Penilaian SKP.VI.

1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien


jatuh dan melakukan asesmen ulang bila diindikasikan
terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh
bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko
jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan
pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari kejadian
tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien
cedera akibat jatuh di rumah sakit  
Contoh Langkah Pencegahan Pasien
Risiko Jatuh
1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat
tidur pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
Contoh Langkah Pencegahan Pasien
Risiko Jatuh
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang
mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan
segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di
daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur,
posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga
mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan
bantuan yang dibutuhkan dengan  
LANGKAH IMPLEMENTASI
no K7egiatan PIC waktu

1 BUAT/REVISI KEBIJAKAN DAN PROSEDUR MENCEGAH


PASIEN J ATUH

2 PENYEMPURNAAN SARANA PRASANA YANG AMAN DAN


PENYEDIAAN GELANG KUNING
3 SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN SPO KEPADAS TAF
KEPERAWATAN

4 PELATIHAN MEMBUAT EVALUASI S PASIEN RISIKO JATUH


DAN LANGKAH PENCEGAHAN PASIEN JATUH
5 BUAT JADWAL SURVEI KEPATUHAN THD SPO DAN
PELAKSANAAN

6 PRESENTASI HASIL SURVEI DILANJUTKAN SOSIALISASI SPO


Warning: baju begini bisa menambah
risiko jatuh pasien
Sekian Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai