INDONESIA
LENGAN
Bagian persimpangan jalan dengan pendekat masuk
atau keluar
SIMPANG-3 DAN SIMPANG-4
Persimpangan jalan dengan 3 dan 4 lengan
3 lengan 4 lengan
PENDEKAT (A, B, C, D)
Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan persimpangan
LEBAR MASUK PENDEKAT X (Wx) (m)
Lebar dari bagian yang diperkeras, diukur di bagian tersempit
yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak.Apabila pendekat
tersebut sering digunakan parkir, lebar yang ada harus dikurangi
2 m.
LEBAR RATA-RATA SEMUA PENDEKAT X (WI) (m)
Lebar efektif rata-rata dari semua pendekat pada persimpangan
jalan
LEBAR RATA-RATA PENDEKAT MINOR/UTAMA (WAC/WBD) (m)
Lebar rata-rata pendekat pada jalan minor (A-C) atau jalan utama
(B-D).
TIPE SIMPANG (IT)
Kode untuk jumlah lengan simpang dan jumlah lajur pada jalan
minor dan jalan utama simpang tersebut
JUMLAH LAJUR
Jumlah lajur, ditentukan dari lebar rata-rata pendekat minor/utama
a. Kapasitas :
C = C0 x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI
Tabel 2.1:1 Ringkasan Variabel Masukan Model Kapasitas
Tipe variabel Uraian Variabel Nama Faktor
Masukan Model
Tipe Simpang IT
Geometri Lebar rata-rata pendekat WI FW
Tipe median utama M FM
Kelas ukuran kota CS FCS
Lingkungan Tipe lingkunan jalan RE
Hambatan samping SF
Rasio kend. Tak bermotor pUM FRSU
Rasio belok kiri pLT FLT
Lalu Lintas Rasio belok kanan pRT FRT
Rasio arus jalan minor QMI/QTOT FMI
b. Derajat Kejenuhan :
DS = QSMP / C
Dimana :
QSMP = QKEND x FSMP
FSMP = (empLV x LV% + empMC x LV%)/100
C = kapasitas (smp/jam)
c. Tundaan :
1. Tundaan Lalu Lintas (DT), ditentukan dari kurva tundaan
empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variabel bebas
2. Tundaan Geometrik (DG), dihitung dengan rumus:
Untuk DS < 1,0:
DG (1 DS) (p T 6 (1 p T ) 3) DS 4
Untuk DS 1,0:
DG = 4
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
PT = Rasio arus belok terhadap arus total
6 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang tak
terganggu (detik/smp)
4 = Tundaan geometrik normal untuk kendaraan belok yang
terganggu (detik/smp)
Tundaan lalu-lintas simpang tak bersinyal berdasarkan anggapan sbb:
Kecepatan referensi 40 km/jam
Kecepatan belok kendaraan tak terhenti 10 km/jam
Tingkat percepatan dan perlambatan 1,5 m/det2
Kendaraan terhenti mengurangi kecepatan untuk menghindari
tundaan perlambatan, sehingga hanya menimbulkan tundaan
percepatan
Gambar 1.2:2 Penentuan Jumlah Lajur dan lebar rata-rata Pendekat Minor dan
Utama
c. Tipe Simpang (IT)
Kode untuk jumlah lengan simpang dan jumlah lajur dalam
Jalan simpang dan jalan utama.
LANGKAH C : PERILAKU LALU LINTAS
Dimana:
DS = Derajat kejenuhan
QTOT = Arus total sesungguhnya (smp/jam)
C = Kapasitas sesungguhnya (smp/jam)