Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

Kelas 2 Transfer B
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
Pengertian Diabetes Mellitus

• Black dan Hawks (2014), mengungkapkan bahwa Diabetes Mellitu


s (DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan keti
dakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, l
emak dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa dar
ah tinggi).
• Menurut LeMone (2016), bahwa Diabetes Mellitus adalah kumpul
an penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat
kerusakan sekresi insulin, kinerja insulin atau keduanya.
Klasifikasi Diabetes Mellitus

DM Tipe I DM Tipe II Diabetes karena


(Bergantung Pada (suatu kondisi hiperglikemia malnutrisi
puasa yang terjadi meski tersedia
Insulin) insulin endogen) (Malnutrisi)

Diabetes sekunder Diabetes Mellitus


(Keadaan atau penyakit gestasional
tertentu) (Masa Kehamilan)

LeMone (2016) dan Tarwoto (2012)


Etiologi Diabetes Mellitus
• DM tipe I • DM tipe II
faktor genetik, imunologi dan k Faktor risiko utama DM tipe
emungkinan lingkungan seper 2 diantaranya riwayat DM pa
ti virus (campak, rubella, atau k da orang tua dan saudara ka
oksakievirus) atau bahan kimia ndung, hipertensi (≥130/85
beracun. mmHg pada dewasa), kolestr
ol HDL ≥ 35 mg/dl, dan/atau
kadar trigliserida ≥250 mg/d
l, kegemukan , tidak beraktivi
tas, penyakit, obat-obatan, d
an pertambahan usia.
Patofisologi Diabetes Mellitus

Sumber : Black, J.M., 7 Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan (edisi 8 buku 2). Jakarta: Salemba Medika.
Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

DM Tipe I:
yaitu poliuria, polidipsi, polifagia,
glukosuria, penurunan berat
badan, malaise dan keletihan .
(LeMone, 2016).
DM Tipe II:
poliuria, polidipsi, Polifagia
, penurunan berat badan,
hiperglikemia , penglihatan
buram, keletihan, paresthesia dan
infeksi kulit.
(LeMone, 2016).
Komplikasi Diabetes Mellitus

Komplikasi Bersifat Akut Komplikasi Bersifat Kronik


• Hiperglikemia • Perubahan pada sistem kardio
• Ketoasidosis Diabetik vaskuler
• Penyakit arteri coroner
• Hiperosmolar nonketotik
• Hipertensi
• Hipoglikemia
• Stroke (cedera serebrovaskule
r)
• Penyakit vaskuler perifer
• Retinopati diabetik
• Nefropati diabetik
• Kaki Diabetik

LeMone (2016)
Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksa
an HbA1C
Pemeriksaan
kolesterol
Pemeriksaa dan kadar
n glukosa serum
Pemeriksaan & Keton trigliserida
Pemeriksaa toleransi Urine
n gula glukosa oral
darah
Pemeriksaa postprandia
n gula l
darah puasa

Tarwoto (2012)
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Menurut Tarwoto (2012), tujuan
penatalaksanaan pasien dengan DM yaitu
untuk menormalkan fungsi dari insulin
menurunkan kadar glukosa darah,
mencegah komplikasi vaskuler dan
neuropati, mencegah terjadinya hipoglikemi
dan ketoasidosis.
Menurut Tarwoto (2012) penatalaksanaan
pada Diabetes Mellitus antara lain:
1. Terapi obat-obatan hiperglikemia
2. Pemberian hormon insulin
3. Monitor glukosa darah
4. Manajemen Diit DM
5. Latihan Fisik
6. Pendidikan Kesehatan
Perawatan Kaki Diabetik
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gangguan tidur dan istirahat, kelemahan, kelelahan, kesulitan berjal
an dan bergerak. Kram otot, penurunan kekuatan otot, takikardia da
n takipnea pada saat istirahat atau dengan aktivitas, letargi, disorien
tasi, koma, penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, kebas, kesemutan
pada ekstremitas, luka pada kaki penyembuan lambat, takikardia, pe
rubahan tekanan darah postural hipertensi, distritmia, crackles, vena
jugularis distensi jika gagal jantung hadir, panas, kering, kulit meme
rah, bola mata cekung, jika ada dehidrasi.
3. Ego dan integritas
Kehidupan stress, termasuk masalah keuangan yang berkaitan deng
an kondisi, kecemasan/mudah marah.
4. Eliminasi
Perubahan pola berkemih biasa, buang air kecil yang berlebihan, nokt
urna, rasa sakit dan terbakar, kesulitan berkemih, infeksi saluran kemi
h baru dan berulang, nyeri abdomen, kembung, diare, pucat, kuning,
encer, urin polyuria dapat berkembang menjadi oliguria dan anuria ji
ka hipovolemi parah terjadi, berawan, urin berbau, bising usus berkur
ang atau hiperaktif.
5. Makanan/ Cairan
Kehilangan berat badan, mual dan muntah, tidak diet yang ditemuka
n, peningkatan asupan glukosa dan karbohidrat, penurunan berat ba
dan selama beberapa hari atau minggu, haus.
6. Neurosensori
Pingsan, pusing, sakit kepala, kesemutan, mati rasa, kelemahan pada
otot, gangguan visual, kebingungan, disorientasi, mengantuk, lesu, pi
ngsan, dan koma (tahap akhir), aktiva kejang reflex tendon dapat me
nurun.
7. Repirasi
Batuk, dengan atau tanpa sputum purulent (infeksi), takipnea, pernafa
san kausmaul (asidosis metabolik), ronkhi, wheezing, kuning atau hija
u sputum (infeksi).
8. Seksualitas
Keputihan (rentan ifeksi), masalah dengan impotensi pada laki–laki, k
esulitan orgasme pada wanita.
B. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan ke


tidaktepatan pemantauan glukosa darah, kurang patuh pada
rencana managemen diabetes, manajemen medikasi tidak ter
kontrol, kurang dapat menerima diagnosis.
2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemi
a, kekurangan volume cairan, kurang informasi tentang faktor
pemberat, kurang terpapar informasi tentang proses penyakit
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
menggunakan glukosa, ketidakmampuan mengabsobsi nutrie
n, peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan neur
opati sensori perifer, perubahan sirkulasi, perubahan status n
utrisi, faktor makanis.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertah
anan tubuh primer (kerusakan integritas kulit, statis cairan tu
buh), ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (leukope
nia).

SDKI (2018)
Intervensi Keperawatan
• Ketidakstabilan kadar glukosa darah b Defisit nutrisi berhubungan dengan
erhubungan dengan ketidaktepatan p ketidakmampuan untuk
emantauan glukosa darah, kurang pat menggunakan glukosa,
uh pada rencana managemen diabet ketidakmampuan mengabsobsi
es, manajemen medikasi tidak terkon nutrien, peningkatan kebutuhan
trol, kurang dapat menerima diagnosi metabolisme.
Intervensi utama  
s. Managemen nutrisis Promosi berat badan
Intervensi utama   Intervensi  
Managemen hiperglikemia Managemen hipoglikemia pendukung
Intervensi pendukung   Dukungan kepatuhan Pemantauan nutrisi

Edukasi diit Pemantauan nutrisi program pengobatan

Edukasi kesehatan Pemberian obat


Edukasi diit Managemen gangguan
makan
Edukasi latihan fisik Promosi berat badan
Konseling nutrisi Managemen energi
Edukasi program pengobatan Promosi dukungan keluarga
Managemen Pemantauan tanda vital
Edukasi prosedur tindakan Promosi kesadaran diri
hiperglikemia
Edukasi proses penyakit Konsultasi Managemen Pemberian makanan
Pelibatan keluarga Managemen medikasi hipoglikemia
Managemen reaksi Pemberian makanan
• Gangguan integritas kulit/jaringa • Perfusi perifer tidak efektif
n berhubungan dengan neuropati berhubungan dengan
sensori perifer, perubahan sirkula hiperglikemia, kekurangan
si, perubahan status nutrisi, fakto volume cairan, kurang informasi
r makanis tentang faktor pemberat, kurang
terpapar informasi tentang
proses penyakit.
Intervensi utama   Intervensi utama  
Perawatan integritas kulit Perawatan luka Perawatan sirkulasi Managemen sensasi
perifer
Intervensi pendukung  
Intervensi pendukung  
Dukungan perawatan diri Managemen nyeri
Dukungan kepatuhan Pemantauan hasil
Edukasi perawatan diri Pelaporan status kesehatan program pengobatan laboratorium

Edukasi perawatan kulit Pemberian obat Edukasi berat badan Pemantauan


efektif hemodinamik invasif
Edukasi perilaku upaya Penjahitan luka
kesehatan Edukasi diit Pemantauan tanda vital
Edukasi latihan fisik Pemasangan stucking
Edukasi pola perilaku Perawatan area insisi elastis
kebersihan
Edukasi pengukuran nadi Perawatan kaki
radialis
Konsultasi Perawatan imobilisasi
Edukasi proses penyakit Perawatan emboli perifer
Latihan rentang gerak Perawatan kuku
Managemen cairan Pengaturan posisi
Kasus Diabetes Mellitus
Seorang laki-laki usia 48 tahun dirawat diruang penyakit
dalam dengan luka dikaki. Hasil pengkajian didapatkan lu
ka timbul setelah berjalan diaspal pada siang hari. Pasien
memiliki riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu, tidak terko
ntrol karena pasien bosan dengan pengobatan selama ini.
Pasien mengatakan sering lapar dan sering kencing dimal
am hari, badan lemas, berat badan menurun dan mudah l
elah. Hasil pemeriksaan fisik luka ditelapak kaki kiri, tamp
ak kemerahan, blister (+), luas 5 cm, bengkak disekitar lu
ka. BB: 60 kg, TB: 175 cm, TD: 130/90 mmHg. Frekuensi n
afas: 23x/menit, frekuensi nadi: 98x/menit, suhu: 380C, G
DS: 358 gr/dl, Leukosist: 13.000. Terapi saat ini novorapid:
3x8 unit, ceftriaxone 2x1 gram, ponstan: 500mg, diit DM:
2100 kalori.
Pengkajian
1. Biodata
Nama : Tn. I
Usia : 48 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Swasta
2. Riwayat Keperawatan
• Riwayat kesehatan sekarang :
Pasien mengatakan terdapat luka dikaki, luka timbul setelah berjalan diaspal
pada siang hari. Pasien mengeluh sering lapar dan sering kencing dimalam h
ari, badan lemas, berat badan menurun dan mudah lelah.
• Riwayat kesehatan masa lalu :
Pasien mengatakan memiliki riwayat diabetes mellitus yang diketahui sejak 1
0 tahun yang lalu dan tidak terkontrol karena pasien bosan dengan pengobat
an selama ini
Data Fokus
Data subjektif :
Pasien mengatakan terdapat luka dikaki, luka timbul setelah berjalan diaspal
pada siang hari. Pasien mengeluh sering lapar dan sering kencing dimalam h
ari, badan lemas, berat badan menurun dan mudah lelah. Pasien mengataka
n memiliki riwayat diabetes mellitus yang diketahui sejak 10 tahun yang lalu d
an tidak terkontrol karena pasien bosan dengan pengobatan selama ini. Pasi
en mengatakan saat dirumah mengkonsumsi obat oral Glucophage 1000 mg
1 kali/hari tetapi tidak rutin. Perubahan yang dirasakan setelah pasien jatuh s
akit adalah badan pasien lemas dan aktivitas terbatas. Sebelum di rumah sak
it pasien mengatakan selama dirumah merasa sering lapar dan haus dimala
m hari. Pasien makan 3 kali sehari dengan nafsu makan yang baik, porsi mak
an yang dihabiskan 1 porsi, terkadang pasien makan cemilan seperti gorenga
n. Pasien mengatakan setelah sakit pasien BAK 7-9 kali/hari berwarna keruh
dengan keluhan BAK pada malam hari 2-3 kali. Pasien dan keluarga mengat
akan telah mengetahui penyakit diabetes mellitus tetapi belum terlalu paham
dengan diit bagi penderita diabetes mellitus. Pasien mengatakan jarang mem
eriksakan gula darahnya.
Data Objektif:
Pasien tampak BAK pada malam hari 2-3 kali. Berat badan pasien saat ini 60 k
g, sebelum sakit 67 kg, tinggi badan pasien 175 cm, IMT 19,6. TD: 130/90 mmH
g. Frekuensi nafas: 23x/menit, frekuensi nadi: 98x/menit, suhu: 380C, keadaan
umum pasien sakit sedang, kesadaran pasien E4M6V5. Pasien tampak pucat.
Tampak luka ditelapak kaki kiri, tampak kemerahan, blister (+), luas 5 cm, bengk
ak disekitar luka. Pasien tampak polafagia, polidipsi dan poliuri, Pasien tampak l
emas. Hasil pemeriksaan Kimia klinik HbA1C H 10,4 %, Hemoglobin 8,5 g/dl, G
DS: 358 gr/dl, Leukosit: 13.000.
Penatalaksanaan (Terapi pengobatan termasuk diet);
Makanan diit DM 2100 kalori, novorapid: 3x8 unit, ceftriaxone 2x1 gram, ponsta
n: 500mg.
Analisa Data
Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan Glukosa Darah Berhubungan


Dengan Kurang patuh pada rencana management
diabetes
2. Gangguan Integritas Kulit Berhubungan dengan
Faktor Mekanis
3. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan
Ketidakmampuan untuk menggunakan glukosa
4. Resiko Perluasan Infeksi Berhubungan Dengan
Penyakit Kronis
Intervensi Dx 1
• Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhu a. Berikan informasi mengenai pen
bungan dengan kurang patuh pada rencan erapan diet dan latihan fisik unt
a management diabetes
uk mengendalikan gula darah pa
• Tujuan :Ketidakstabilan kadar glukosa dara
sien.
h teratasi setelah dilakukan asuhan kepera
watan selama 3 x 24 jam. b. Berikan informasi tentang cara p
• Kriteria Hasil: enggunaan alat pengukur gula d
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal, arah saat dirumah.
GDN 70-110 mg/dl, gula darah postprandi c. Pantau kadar glukosa darah sesu
al <200 mg/dl. ai dengan program.
b. HbA1C 4,0-6,0%.
d. Pantau keton urine.
c. cPasien mengatakan badannya sudah tida
k terasa lemas, pasien tidak merasa dehid e. Pantau tanda dan gejala hipergli
rasi/haus yang berlebihan, pasien tidak m kemi atau hipoglikemi.
erasa sering berkemih, poliuri dan polidip f. Kolaborasi dengan dokter dalam
si terkontrol, pasien dapat melakukan pe
pemberian 3 x 8 unit novorapid.
mantauan gula darah secara mandiri.
Intervensi Dx 2
• Gangguan integritas kulit berhu a. Monitor karakteristik luka (mi
bungan dengan Faktor mekanis. ssal drainase, warna, ukuran,
• Tujuan:Gangguan Integritas Kuli bau)
t teratasi setelah dilakukan asuh b. Monitor tanda-tanda infeksi
an keperawatan selama 3 x 24 ja c. Berikan perawatan pada luka
m.
d. Pertahankan teknik steril saat
• Kriteria Hasil: melakukan perawatan luka
a. integritas kulit yang baik bisa di e. Jadwalkan perubahan posisi s
pertahankan etiap dua jam atau sesuai kon
b. Selaput lendir normal menjadi disi pasien
warna merah muda
f. Jelaskan tanda dan gejala infe
c. luka pada kulit berkurang ksi
d. tidak ada jaringan nekrosis
Intervensi Dx 3
• Defisit Nutrisi berhubungan d a. Monitor Berat Badan
engan Ketidakmampuan untu b. Berikan informasi yang tepat ten
k menggunakan glukosa tang kebutuhan nutrisi dan bagai
mana memenuhinya.
• Tujuan: Defisit nutrisi teratasi
c. Ciptakan lingkungan yang menye
setelah dilakukan asuhan kep
nangkan untuk makan.
erawatan selama 3 x 24 jam
d. Buat perencanaan makan denga
• Kriteria Hasil: n pasien yang masuk dalam jadw
a. Pasien dapat menghabiskan al makan, kesukaan dan ketidaks
makanannya 1 porsi. ukaan pasien.
b. Berat badan dalam Batas No e. Berikan makan selagi hangat dal
am porsi kecil tetapi sering.
rmal
f. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
c. Tidak adanya Penurunan Ber memberikan diit DM 2100 kalori.
at Badan
Intervensi DX 4
• Resiko Perluasan Infeksi berh a. Ajararkan perilaku yang baik untuk
ubungan dengan Penyakit Kr mengurangi resiko infeksi (cuci tan
gan)
onis
b. Gunakan sabun antimikroba untuk
• Tujaun: Resiko Infeksi teratasi cuci tangan
setelah dilakukan asuhan kep c. Ajarkan berbagai tanda infeksi.
erawatan selama 3 x 24 jam. d. Anjurkan klien untuk melaporkan
• Kriteria Hasil : sesegera mungkin apabila mengen
ali tanda infeksi
a. Klien memperlihatkan peril
e. Intrusikan Pasien untuk minum an
aku penjagaan luka tibiotic sesuai resep
b. Tidak ada tanda tanda infek f. Intrusikan pada pengunjung untuk
si selama dalam perawatan mencuci tangan saat berkunjung s
etelah .
Terima Kasih , Atas
Perhatiannya…..

Anda mungkin juga menyukai