Anda di halaman 1dari 34

Inisiasi Tuton ke-5

Mata Kuliah : Hukum Administras


Negara
Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas Penulis
: FHISIP: Arnes Satriani
Email :
arnessatriani@yahoo.co.id
Penelaah : Megafury Apriandhini
Emai :
megafury@ecampus.ut.ac.id
IUS CURIA NOVIT

Pengadilan tidak boleh menolak untuk


memerika, mengadili dan memutus suatu
perkara yang diajukan dengan dalih
hukum tidak ada atau kurang jelas,
melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya
(Pasal 16 UU No.4 Tahun 2004)
DASAR HUKUM
PASAL 24 UUD 1945
UU NO.4 TAHUN 2004 TENTANG
KEKUASAAN KEHAKIMAN,
mengatur mengenai : badan-badan
peradilan penyelenggara kekuasaan
kehakiman, asas-asas penyelengaraan
kekuasaan kehakiman, jaminan
kedudukan dan perlakuan yang sama
bagi setiap orang dalam hukum dan
dalam mencari keadilan.
1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan
yang merdeka untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan

2) Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah


Mahkamah Agung dan badan peradilan yang
berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan
peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha
negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi
3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan
dengan kekuasaan kehakiman diatur dalam
undang-undang
KEKUASAAN KEHAKIMAN

adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila,
demi terselenggaranya Negara Hukum Republik
Indonesia
(Pasal 1 UU No.4 Tahun 2004)
Pilar kekuasaan kehakiman

Mahkamah Agung Mahkamah


Konstitusi
Pengadilan Tinggi -
(Umum, TUN, Agama,
Militer)
Pengadilan Tingkat -
Pertama
(Negeri/Umum, TUN,
Agama, Mahkamah
Militer)
KONSEKUENSI ADANYA UU
KEKUASAAN KEHAKIMAN

adalah pengalihan organisasi, administrasi, dan


finansial badan peradilan di bawah Mahkamah
Agung. Sebelumnya, pembinaan badan-badan
peradilan berada di bawah eksekutif (
Departemen Kehakiman dan HAM, Departemen
Agama, Departemen Keuangan) dan TNI,
namun saat ini seluruh badan peradilan berada
di bawah Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi.
• MENJAMIN KETIDAKTERGANTUNGAN, KETIDAKBERPIHAKAN ATAU
KEBEBASAN HAKIM DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA
• MENGHENDAKI ADANYA HAKIM-HAKIM YG BERKUALITAS BAIK,
TERMASUK SISTEM REKRUTMEN HAKIM DAN PENGGAJIANNYA
• SELALU ADA JALAN ATAU PROSEDUR BAGI WARGA UNTUK SEGERA
MEMINTA PENYELESAIAN PERKARA KEPADA HAKIM
• PROSES PENYELESAIAN DAN PEMUTUSAN PERKARA DALAM WAKTU
YANG WAJAR ATAU CEPAT
• ADANYA KOREKSI TERHADAP PUTUSAN HAKIM DARI PERADILAN DI
BAWAH YG DILAKUKAN OLEH HAKIM PERADILAN YANG LEBIH
TINGGI YG BERORIENTASI UNTUK KEPENTINGAN HUKUM DAN
KEADILAN MELALUI PROSES BANDING ATAU KASASI
• ADANYA JAMINAN SECARA KONKRIT ATAS PUTUSAN HAKIM
TERSEBUT DAPAT DILAKSANAKAN (EKSEKUSI)
Kondisi Pelayanan Publik
Belum ada Standar Pelayanan Minimum
tidak memiliki standar baku, kalaupun ada hanya di atas
kertas
mis. SPM pendidikan
Tidak transparan dalam proses pelayan
masyarakat tidak dibekali dengan pemahaman benar
tentang prosedur yang harus dilalui
mis. penerimaan siswa baru
Rendahnya kualitas SDM
Profesionalisme aparat masih jauh dari konsep public
service, hanya menjalankan rutinitas kerja sangat minim
dengan inovasi
Masyarakat dianggap sebagai objek
posisi masyarakat selalu lebih rendah dari aparat padahal
sebaliknya.
MALADMINISTRASI
Maladministrasi, yaitu :
“perilaku atau perbuatan melawan hukum,
melampaui wewenang, menggunakan wewenang
untuk tujuan lain dari yang menjadi tujuan
wewenang tersebut, termasuk kelalaian atau
pengabaian kewajiban hukum dalam
penyelenggaraan pelayanan publik yang dilakukan
oleh Penyelenggara Negara dan pemerintahan yang
menimbulkan kerugian materiil dan/atau immateriil
bagi masyarakat dan orang perseorangan”
Dampak Maladministrasi
• Berimplikasi pada pelanggaran hukum, menjadi awal
mula terjadinya Praktik KKN
• Ekonomi biaya biaya tinggi, masyarakat harus
membayar lebih, baik dari segi biaya maupun waktu
yang diperlukan
• Pelanggaran hak-hak masyarakat
pelayanan prima merupakan bagian dari pemenuhan
hak-hak masyarakat. Aturan dan prosedur yang jelas
merupakan bentuk perlindungan dari tindakan
sewenang-wenang
• Menurunnya tingkat kepercayaan publik, bahkan
berdampak pada menurunnya partisipasi masyarakat
dalam pembangunan , mis. membayar pajak
Upaya yang dilakukan
Pembentukan dan Perbaikan peraturan perundang-undangan
mulai dari peraturan kelembagaan, kepegawaian, hingga prosedural
pelayanan
Peningkatan kualitas SDM
meningkatkan penghasilan dan melakukan pelatihan-pelatihan yang
berbasis kompetensi
Peningkatan peran lembaga pengawas
memperkuat institusi yang telah ada dan membentuk institusi atau
lembaga baru
mis. Inspektorat, komisi kejaksaan, ombudsman dll
Membangun partisipasi masyarakat
menerapkan prinsip good governance secara konsisten, partisipasi baru
sebatas pada pembiyaan belum pada level perencanaan maupun
penggunaan
Penegakan hukum
menindak secara tegas setiap pelnggaran baik pidana maupun
admistrasi
OMBUDSMAN UU No.37 Th 2008

Ombudsman Republik Indonesia yang selanjutnya


disebut Ombudsman adalah lembaga negara yang
mempunyai kewenangan mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan
pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh
Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta
badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja daerah
SIFAT

Ombudsman merupakan lembaga


negara yang bersifat mandiri dan tidak
memiliki hubungan organik dengan
lembaga negara dan instansi
pemerintahan lainnya, serta dalam
menjalankan tugas dan wewenangnya
bebas dari campur tangan kekuasaan
lainnya
ASAS

Ombudsman dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya berasaskan:
a.kepatutan;
b.keadilan;
c.non-diskriminasi;
d.tidak memihak;
e.akuntabilitas;
f.keseimbangan;
g.keterbukaan; dan
h.kerahasiaan.
TUJUAN

Ombudsman bertujuan:
a.mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;
b.mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang
efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme;
c.meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap
warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman,
dan kesejahteraan yang semakin baik;
d.membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk
pemberantasan dan pencegahan praktekpraktek Mal-administrasi,
diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;
e.meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum
masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran
serta keadilan
FUNGSI
Ombudsman berfungsi mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara
Negara dan pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara serta badan
swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu
TUGAS :
Ombudsman bertugas:
a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang
lingkup kewenangan Ombudsman;
d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap
dugaan Maladministrasi dalam
e. penyelenggaraan pelayanan publik;
f. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga
negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta
lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
g. membangun jaringan kerja;
h. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan
i. melakukan tugas lain yang diberikan oleh
undangundang.
WEWENANG
Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
Pasal 7, Ombudsman berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau
pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari
instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait
dengan Laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak;
f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak
yang dirugikan;
g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
Rekomendasi
WEWENANG LAIN
 menyampaikan saran kepada Presiden, kepala
daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara
lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan
publik;
 menyampaikan saran kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala
daerah agar terhadap undang-undang dan
peraturan perundang-undangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah
Maladministrasi.
LARANGAN DAN IMUNITAS
OMBUDSMAN

• Dalam melaksanakan
kewenangannya, Ombudsman
dilarang mencampuri kebebasan
hakim dalam memberikan putusan
• Dalam rangka pelaksanaan tugas
dan wewenangnya, Ombudsman
tidak dapat ditangkap, ditahan,
diinterogasi, dituntut, atau digugat
di muka pengadilan
UU NO. 9 TAHUN 2004
TENTANG PERUBAHAN ATAS UU
NO. 5 TAHUN 1986 TENTANG
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
KOMPETENSI
ABSOLUT

KOMPETENSI
RELATIF
SENGKETA TATA
USAHA NEGARA

Adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang
atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
Tata Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 1 butir 4 UU No.5/1986)
Penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
besifat konkrit, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
(Pasal 1 butir 3 UU No.5/1986)
Pasal 6 UU No.5/1986
(1) Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan
di kotamadya atau ibukota kabupaten, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau
kabupaten
(2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
berkedudukan di ibukota Propinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah propinsi
Alur Penyelesaian
Sengketa Tata Usaha Negara

Upaya Administratif Gugatan ke PTUN

• Keberatan
• Banding Administratif
Dasar hukum pengajuan gugatan :
orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar Keputusan TUN yang disengketkan itu
dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi

(Pasal 53 UU No.9/2004 tentang Perubahan UU


No.5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara)
ALASAN
PENGAJUAN GUGATAN

Keputusan TUN yg Keputusan TUN yg


digugat digugat
bertentangan dgn bertentangan dgn
asas-asas umum
peraturan perUUan
yg berlaku pemerintahan yg
baik

Anda mungkin juga menyukai