Ombudsman bertujuan:
a.mewujudkan negara hukum yang demokratis, adil, dan sejahtera;
b.mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang
efektif dan efisien, jujur, terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi,
kolusi, dan nepotisme;
c.meningkatkan mutu pelayanan negara di segala bidang agar setiap
warga negara dan penduduk memperoleh keadilan, rasa aman,
dan kesejahteraan yang semakin baik;
d.membantu menciptakan dan meningkatkan upaya untuk
pemberantasan dan pencegahan praktekpraktek Mal-administrasi,
diskriminasi, kolusi, korupsi, serta nepotisme;
e.meningkatkan budaya hukum nasional, kesadaran hukum
masyarakat, dan supremasi hukum yang berintikan kebenaran
serta keadilan
FUNGSI
Ombudsman berfungsi mengawasi
penyelenggaraan pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh Penyelenggara
Negara dan pemerintahan baik di pusat
maupun di daerah termasuk yang
diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik
Negara, Badan Usaha Milik Daerah, dan
Badan Hukum Milik Negara serta badan
swasta atau perseorangan yang diberi
tugas menyelenggarakan pelayanan publik
tertentu
TUGAS :
Ombudsman bertugas:
a. menerima Laporan atas dugaan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik;
b. melakukan pemeriksaan substansi atas Laporan;
c. menindaklanjuti Laporan yang tercakup dalam ruang
lingkup kewenangan Ombudsman;
d. melakukan investigasi atas prakarsa sendiri terhadap
dugaan Maladministrasi dalam
e. penyelenggaraan pelayanan publik;
f. melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga
negara atau lembaga pemerintahan lainnya serta
lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
g. membangun jaringan kerja;
h. melakukan upaya pencegahan Maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik; dan
i. melakukan tugas lain yang diberikan oleh
undangundang.
WEWENANG
Dalam menjalankan fungsi dan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan
Pasal 7, Ombudsman berwenang:
a. meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor, atau
pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b. memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada pada
Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu Laporan;
c. meminta klarifikasi dan/atau salinan atau fotokopi dokumen yang diperlukan dari
instansi mana pun untuk pemeriksaan Laporan dari instansi Terlapor;
d. melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang terkait
dengan Laporan;
e. menyelesaikan laporan melalui mediasi dan konsiliasi atas permintaan para
pihak;
f. membuat Rekomendasi mengenai penyelesaian Laporan, termasuk
Rekomendasi untuk membayar ganti rugi dan/atau rehabilitasi kepada pihak
yang dirugikan;
g. demi kepentingan umum mengumumkan hasil temuan, kesimpulan, dan
Rekomendasi
WEWENANG LAIN
menyampaikan saran kepada Presiden, kepala
daerah, atau pimpinan Penyelenggara Negara
lainnya guna perbaikan dan penyempurnaan
organisasi dan/atau prosedur pelayanan
publik;
menyampaikan saran kepada Dewan
Perwakilan Rakyat dan/atau Presiden, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah dan/atau kepala
daerah agar terhadap undang-undang dan
peraturan perundang-undangan lainnya
diadakan perubahan dalam rangka mencegah
Maladministrasi.
LARANGAN DAN IMUNITAS
OMBUDSMAN
• Dalam melaksanakan
kewenangannya, Ombudsman
dilarang mencampuri kebebasan
hakim dalam memberikan putusan
• Dalam rangka pelaksanaan tugas
dan wewenangnya, Ombudsman
tidak dapat ditangkap, ditahan,
diinterogasi, dituntut, atau digugat
di muka pengadilan
UU NO. 9 TAHUN 2004
TENTANG PERUBAHAN ATAS UU
NO. 5 TAHUN 1986 TENTANG
PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
KOMPETENSI
ABSOLUT
KOMPETENSI
RELATIF
SENGKETA TATA
USAHA NEGARA
Adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang
atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara,
baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan
Tata Usaha Negara termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
(Pasal 1 butir 4 UU No.5/1986)
Penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan
atau Pejabat Tata Usaha Negara yang berisi
tindakan hukum Tata Usaha Negara yang
besifat konkrit, individual dan final yang
menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata
(Pasal 1 butir 3 UU No.5/1986)
Pasal 6 UU No.5/1986
(1) Pengadilan Tata Usaha Negara berkedudukan
di kotamadya atau ibukota kabupaten, dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kotamadya atau
kabupaten
(2) Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
berkedudukan di ibukota Propinsi dan daerah
hukumnya meliputi wilayah propinsi
Alur Penyelesaian
Sengketa Tata Usaha Negara
• Keberatan
• Banding Administratif
Dasar hukum pengajuan gugatan :
orang atau badan hukum perdata yang merasa
kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata
Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis
kepada pengadilan yang berwenang yang berisi
tuntutan agar Keputusan TUN yang disengketkan itu
dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa
disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi