Anda di halaman 1dari 107

“TRAUMA

CAPITIS”
KELOMPOK 5
ALFITRA SALAM (70600117035)
ATHIYAH ULYA ARIF (70600117009)
ANDI DIAN HAJRIANA (70600117045)
ANDI NURFADILAH SYAM (70600117004)
ANDI NURUL HIDAYA AZZAHRA (70600117010)
MOH IKBAL GUSMAN (70600117015)
HUSNUL KHATIMAH SANUSI (70600117020)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
DZAKIYYAH ANWAR (70600117021)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN NUR INTAN CAHYANI (70600117049)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020 NAMIRAH (70600117050)
KASUS 2
 Seorang wanita berusia 30 tahun dibawa ke IRD RS dengan kesadaran
menurun dialami sejak 3 jam sebelum masuk RS akibat mengalami
kecelakaan lalu lintas tabrakan kendaraan bermotor berkecepatan tinggi. Saat
masuk IRD diperoleh tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 115
kali/menit, frekuensi pernapasan 30 kali/menit. Pemeriksaan kesadaran
didapatkan GCS (E2M4V2). Setelah kondisi pasien stabil, dari pemeriksaan
fisik ditemukan pupil anisokor 4 mm/3mm, tampak laserasi dan hematom di
parietal kiri, tampak otorrhea (+) pada telinga kiri dengan tes Halo (+) serta
KALIMAT
 Wanita 30 thnKUNCI
 Kesadaran menurun 3 jam SMRS Riw. KLL
 TD 90/60, N 115x/menit, P 30x/menit
 GCS 8 (E2M4V2)
 Pupil anisokor, laserasi dan hematom parietal kiri
 Otore + telinga kiri, tes halo (+)
 Laserasi pada dada kanan dan abdomen
DAFTAR
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi lapisan kepala dan fisiologi kesadaraan!
2. Jelaskan definisi dan klasifikasi trauma capitis!
3. Jelaskan Etiopatomekanisme trauma capitis!
4. Bagaimana patomekanisme tanda dan gejala yang ada pada skenario?
5. Bagaimana cara penilaian tingkat kesadaran pada kasus di skenario?
6. Bagaimana penanganan awal sesuai skenario?
7. Bagaimana penanganan lanjut pada pasien sesuai skenario?
8. Bagaimana penegakan diagnosa berdasarkan skenario?
9. Bagaimana cara pemakaian obat-obatan darurat pada penderita trauma capitis?
10. Bagaimana syarat transportasi dan rujukan pada trauma capitis?
11. DD sesuai skenario
a. Fraktur basis cranii
b. Trauma Abdomen
c. Trauma Toraks
12. Bagaimana integrasi keislaman sesuai skenario?
• Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi lapisan kepala dan fisiologi
kesadaraan
• Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan klasifikasi trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan Etiopatomekanisme trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme tanda dan gejala yang ada
pada skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan cara penilaian tingkat kesadaran pada kasus
di skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan awal sesuai skenario

LEARN
• Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan lanjut pada pasien sesuai
skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan penegakan diagnosa berdasarkan skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemakaian obat-obatan darurat pada
penderita trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan syarat transportasi dan rujukan pada trauma

OBJEC
ING
capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan DD sesuai skenario
a. Fraktur basis cranii
b. Trauma Abdomen
c. Trauma Toraks

TIVE
• Mahasiswa mampu menjelaskan integrasi keislaman terkait skenario
PRO BLEM TREE

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura: Elsevier Saunders. 2015
American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support (ATLS) 10th Edition. Chicago: American College of Surgeons. 2018
Sunder R, Tyler K. Basal skull fracture and the halo sign. CMAJ. 2013;185(5):416. doi:10.1503/cmaj.120055
Tintinalli, Judith E. Cline, David,eds. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide 9th ed. New York: McGraw Hill. 2020.
Hooper N, Armstrong TJ. Hemorrhagic Shock. [Updated 2019 May 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470382/
ANATO
MI
Atlas Anatomi Manusia. Prometheus: Kepala, Leher, &
Neuroanatomi (3 ed.). Jakarta : EGC. 2015.
FISIOLOGI
KESADARAN
Pusat pengaturan kesadaran pada manusia secara fisiologi terletak pada serabut transversal
retikularis dari batang otak sampai thalamus dan dilanjutkan dengan formasio activator
reticularis, yang menghubungkan thalamus dengan korteks cerebri. Formasio reticularis terletak
di substansi grisea otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan thalamus. Neuron
formasio reticularis menunjukkan hubungan yang menyebar. Perangsangan formasio reticularis
midbrain membangkitkan gelombang beta, individu menjadi dalam keadaan bangun dan terjaga.
Lesi pada formasio reticularis midbrain mengakibatkan orang dalam stadium koma, dengan
gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio reticularis midbrain merangsang ARAS
(Ascending Reticular Activating System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian area
di forebrain. Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan serabut
difus ke semua area di korteks cerebri

Wilson, Price. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012.
Formasio reticularis secara difus menerima dan menyebarkan rangsang,
menerima input dari korteks cerebri, ganglia basalis, hipothalamus, sistem limbik,
cerebellum, medula spinalis dan semua sistem sensorik. Sedangkan serabut
efferens formasio retikularis yaitu ke medula spinalis, cerebellum, hipothalamus,
sistem limbik dan thalamus yang lalu akan berproyeksi ke korteks cerebri dan
ganglia basalis. ARAS juga mempunyai proyeksi non spesifik dengan depolarisasi
global di korteks, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari thalamus
yang mempunyai efek eksitasi korteks secara khusus untuk tempat tertentu.
Eksitasi ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori
spesifik dari thalamus. Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke korteks,
sinyal sensorik dari serabut sensori aferens menstimulasi ARAS melalui cabang-
cabang kolateral akson. Jika system aferens terangsang seluruhnya, proyeksi
ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.

Neurotransmitter yang berperan pada ARAS yaitu neurotransmitter


kolinergik, monoaminergik dan GABA. Korteks serebri merupakan bagian
yang terbesar dari susunan saraf pusat di mana korteks ini berperan
dalam kesadaran akan diri sendiri terhadap lingkungan atau input-input
rangsang sensoris (awareness). Jadi kesadaran akan bentuk tubuh, letak
berbagai bagian tubuh, sikap tubuh dan kesadaran diri sendiri merupakan
fungsi area asosiasi somestetik (area 5 dan 7 brodmann) pada lobus
parietalis superior meluas sampai permukaan medial hemisfer
TRAU
CAPI
MA
TIS
DEFINISI
Cedera kepala (trauma capitis) adalah
cedera mekanik yang secara langsung atau
tidak langsung mengenai kepala yang
mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur
tulang tengkorak, robekan selaput otak dan
kerusakan jaringan otak itu sendiri, serta
mengakibatkan gangguan neurologis
(Sjahrir, 2012).
KLASIFIKASI

01 03
Ringan Berat
02
Sedang
Tabel 2. Klasifikasi Trauma Kepala

Dewanto G. Suwono WJ. Riyanto B Turana Y.Diagnosis dan tatalaksana penyakit


saraf.Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC;2009.
ETIOPATOMEKANISME
TRAUMA
CAPITIS
1. Kecelakaan kendaraan
bermotor
• Tabrakan antar kendaraan
• Menabrak pejalan kaki
• Kecelakaan sepeda
2. Terjatuh ETIOLOGI
3. Akibat serangan
4. Cedera olahraga
5. Trauma penetrasi

Ainsworth CR. Head Trauma. [Updated: Jan 09, 2015]. In : Medscape. Available
from : https://emedicine.medscape.com/article/433855
Di Indonesia  Penyebab tersering kecela
kendaraan bermotor

Bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor

Pengendara yang
tidak disiplin
MEKANISME CEDERA KEPALA

1. Guncangan (Impulsive loading)


○ Akselerasi
○ Deselerasi
2. Kontak bentur (Impact loading)
3. Trauma penetrasi

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.
Akselerasi - Deselerasi

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.

Kraus, J., Schaffer, K., Ayers, K., Stenehjem, J., Shen, H., & Afifi, A. A. Physical complaints,
medical service use, and social and employment changes following mild traumatic brain
injury: A 6-month longitudinal study. Journal of Head Trauma Rehabilitation.2015;20(3):239-
256.
CEDERA KONTAK BENTUR

Suatu benturan yang keras  tidak mengalami


Akselerasi-Deselerasi  jejas lokal.

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
PATOFISIOLOGI
1. Primary Brain Injury
Kerusakan langsung yang terjadi pada saat cedera
 Fraktur tulang kepala
 Cedera Fokal
 Cedera Difus
2. Secondary Brain Injury
Gangguan intracranial dan sistemik
 Brain edema
 Brain Herniation
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill Education, 2020. 1683-84p.
Primary Brain Injury

1. Fraktur tulang kepala


 Fraktur linier  Cedera kontak bentur  Benturan suatu
objek yang keras  deformitas lokal
 Fraktur depresi  hampir mirip dgn linier  beban tenaga
lebih besar dgn permukaan benturan lebih kecil
 Fraktur Basis kranii  benturan langsung pada daerah dasar
tulang tengkorak
 Keborocan LCS  Rinorre, Otorrhea
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
2. Cedera Fokal

 Kontusi Kup (Coup Contussions)

 Kontusi konterkup (Contre-coup Contussions)

 Hematom intracranial (hematom epidural, hematom subdural,


hematom intraserebral)
3. Cedera difus

Akselerasi-Deselerasi  Cedera bagian dalam  gangguan fungsional 


kerusakan akson difus

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
Primary Brain Injury

Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
CEREBRAL BLOOD FLOW

● Autoregulasi
● Cerebral perfusion pressure (CPP)
● Mean arterial pressure (MAP)
● Intracranial pressure (ICP)

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
CEREBRAL BLOOD FLOW

1. Autoregulasi
 Mengatur aliran darah otak lokal untuk menjaga
keseimbangan antara pengiriman oksigen dan
metabolisme.
 Menyesuaikan CPP dari 50 hingga 150 mm Hg.
 Cedera otak parah  menganggu autoregulasi
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
2. Cerebral Perfusion Pressure (CPP)

 CPP <60 mmHg  autoregulasi pada manusia

 Peningkatan ICP dapat menurunkan CPP

 Penurunan ICP dapat meningkatkan CPP

 Hipoksia vasodilatasiCBF meningkat

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
3. Mean Arterial Pressure (MAP)
 Pertahankan = 80 mm Hg

 60 mm Hg = dilatasi PD otak

 <60 mm Hg = iskemia serebral

 > 150mmHg = peningkatan ICP

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
4. Intrcranial Pressure (ICP)

   ICP tergantung pada volume kompartemen berikut:

 Parenkim otak (<1300 mL)

 Cairan serebrospinal (100 - 150 mL)

 Darah intravaskular (100 - 150 mL)

 Refleks cushing (hipertensi, bradikardia, dan gangguan


pernapasan)

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
SECONDARY BRAIN INJURY
1. Brain edema
● Edema sitotoksik  kegagalan metabolisme sel
 tidak dapat mempertahankan keseimbangan
cairan  kerusakan mitokondria
● Edema vasogenik  kerusakan sawar darah
otak  penumpukan cairan
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
SECONDARY BRAIN INJURY
2. Brain herniation
 Transtentorial uncal
 Transtentorial sentral
 Cerebellotonsillar
 Herniasi keatas

Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
Penurunan kesadaran
secara kualitatif
Apatis
(12-13)
Compos Somnole
mentis
n/letargi
(14-15)
(10-11)
Sopor /
stupor
(8-9)
Semi
koma (6- Koma
7) (≤5)
Plum F, Posner JB, Saper CB, Schiff ND. Plum and Posner’s diagnosis of stupor and coma. Ed IV. New York :
Oxford University Press. 2007
Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisis dan mental. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010
Penurunan kesadaran
secara kuantitatif

Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisis dan mental. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010
PENANGANAN
AWAL
Penilaian awal (primary survey) pada kasus pasien trauma
ini bedasarkan Advance Trauma Life Support (ATLS), dari
American College of Surgeons (ACS). Primary survey berupa
penilaian ABCDE:
 Airway  Menilai jalan nafas
 Breathing  Menilai pernafasan
 Circulation  Menilai sirkulasi/peredaran darah
 Disability  Menilai kesadaran
 Exposure  Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien
agar dapat dicari semua cedera yang mungkin ada

Butterworyh, J. F., Mackey, D.C., Wasnickk, J.D., Morgan, g.e., Mikhail, M.S., & Morgam, G. E. Clinical anesthesiology. New York:
McGraw-hill; 2018.
American College Of Surgeons Commitee On Trauma. Initial Assessment and Management. USA Dalam ATLS Student Course
Manual 9 th; 2018.
Miller RD, Eriksson LI, Fleisher LA, Wiener Kronish JP, Young WL. Anesthesia. Elsevier Health Science 8th; 2014.
TIGA ASPEK PENTING
DALAM EVALUASI AWAL
PADA PASIEN TRAUMA
Pasien memerlukan
bantuan hidup dasar

Adanya kemungkinana
AIRWAY cedera tulang cervical

Kemungkian terjadinya kegagalan dalam


melakukan intubasi trakea

• Melakukan bantuan hidup dasar secara efektif dapat mencegah terjadinya hipoxia dan
hipercapnea, dimana keadaan tersebut berperan dalam penurunan kesadaran pasien.
• Pasien yang mengalami cedera leher atau cervical perlu mendapat perhatian khusus.
• Intubasi trakea dan perangkat manajemen jalan nafas alternatif (misalnya,laringoskop
video, fiberoptic bronkoskop) harus segera tersedia.
BREATHING

LISTEN
LOOK Dengarkan dengan FEEL
Perhatikan ada tidaknya menggunakan stetoskop Rasakan apakah terdapat
sianosis, retraksi dinding suara napas pasien ada atau atau tidaknya emfisema
dada, flail chest, trauma tidak atau apakah terdengar subkutan, pergeseran trakea,
tembus atau trama tidak melemah atau tidak, dan ada tidaknya tulang
tembus yang terjadi pada dengarkan juga apakah rusuk yang patah.
dada terdapat suara wheezing
ataupun rhonki.
• Penilaian sirkulasi dapat
dirasakan dari kualitas dan
kuantitas frekuensi nadi dalam
setiap menitnya, tekanan
darah, dan perfusi perifer.

• Prioritas utama yang dilakukan


CIRCULATION & adalah menghentikan
perdarahan yang dilanjutkan
KONTROL dengan mengganti cairan
intravaskular.
PERDARAHAN
• Pada pasien yang mengalami
trauma tembus dada bisa
terjadi henti jantung saat di
jalan atau segera sesudah
sampai di rumah sakit maka
pasien tersebut segera
memerlukan emergency room
thoracotomy
Tabel 8.1. Klasifikasi Perdarahan
Guyton A.C, dan Hall, J.E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. 2014.
PENANGANAN LANJUT

SECONDERY SURVEY

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN


PENUNJANG

Riwayat “AMPLE” Head to toe


yaitu; examination:
A: Alergi • Kepala • Terapi • Laboratorium
M: Medication • Mikrofacial definitif • Radiologi
P: Past • Leher
illness/Pregnancy • Rujukan
• Toraks
L: Last meal
E: Environtment • Abdomen/pinggang
• Pelvis
• Medulla spinalis
• Kolumna vertebra
• Ekstremitas

American College Of Surgeons Commitee On Trauma. Initial Assessment and Management. USA Dalam ATLS Student Course Manual 9 th;
2018.
Mangku G, Senapathi TG. Buku ajar ilmi anestesia dan reanimasi. Jakarta: Indeks. 2010.
Butterworyh, J. F., Mackey, D.C., Wasnickk, J.D., Morgan, g.e., Mikhail, M.S., & Morgam, G. E. Clinical anesthesiology. New York: McGraw-
hill; 2018.
      Penemuan  
Hal yang dinilai Identifikasi Penilaian Klinis Konfirmasi

Tingkat kesadaran Beratnya trauma kepala Skor GCS <8 Trauma kapitis berat, 9-12 Trauma -CT Scan
sedang, 13-15 Trauma ringan -Ulangi tanpa relaksasi otot

Pupil Jenis trauma kapitis, Luka pada mata Ukuran, Bentuk, Reaksi ‘mass effect’, Diffuse axonal injury, -CT-Scan
Perlukaan mata
Kepala Luka pada kulit kepala, Fraktur pada tulang Inspeksi adanya luka dan Luka pada kulit kepala, Fraktur basis -CT-Scan
tengkorak fraktur, Palpasi adanya fraktur cranii

Muskuloskeletal Luka jaringan lunak, Fraktur, Kerusakan saraf, Inspeksi: deformitas, Palpasi Fraktur tulang wajah, Cedera jaringan -Foto tulang wajah
luka dalam mulut/gigi krepitus lunak -CT-Scan tulang wajah

Leher Cedera laring, fraktur cervical, kerusakan Inspeksi, palpasi, auskultasi Emfisema subkutan, hematom, -Foto servikal
vaskular, cedera esofagus, gangguan murmur, nyeri tekan, jejas, deformitas -Angiografi/doppler
neurologis -Esofagoscopy
-Laryngoscopy

Toraks Perlukaan dinding toraks, Inspeksi, palpasi, auskultasi Paradoksal, nyeri tekan dada, -Foto toraks
pneumo/hematotoraks, cedera bronkus, krepitus, bising afas berkurang, nyeri -CT-Scan
kontusio paru, kerusakan aorta lokalis punggung hebat -Angiografi
-Bronchoscopy
-USG trans esofagus

Abdomen/ Perlukaan dinding abdomen, cedera Inspeksi, palpasi, auskultasi Nyeri, nyeri tekan abdomen, iritasi -USG abdomen
Pinggang intra/retroperitoneal peritoneal, cedera organ visceral, -CT-Scan
cedera retroperitoneal -Laparatomi
-Foto dengan kontras
-Angiografi
Pelvis Cedera genito-urinarius, fraktur Palpasi simphysis Cedera genito- -Foto pelvis
pelvis pubis, nyeri tekan, urinaria,fraktur pelvis, -Urogram
inspeksi perineum, perlukaan perineum, rectum, -CT-Scan dengan kontras
rectum, vagina vagina

Medulla spinalis Trauma kapitis, trauma medulla Pemeriksaan motorik, Paraparesis, tertraparesis -Foto polos
spinalis, trauma saraf perifer pemeriksaan sensorik -CT-Scan

Kolumna vertebra Fraktur, instabilitas kolumna Respon verbal, nyeri Fraktur/dislokasi -Foto polos
vertebra, kerusakan saraf tekan, deformitas -CT-Scan

Ekstremitas Cedera jaringan lunak, fraktur, Inpeksi, palpasi Jejas, pembengkakan, nyeri, -Foto rontgen
kerusakan sendi, defisit krepitasi, pulsasi berkurang, -Doppler
neurovaskular kompartemen, defisit -Pengukuran tekanan
neurologis kompartemen
-Angiografi
PENEGAKKAN DIAGNOSA
BERDASARKAN SKENARIO
1. Anamnesis (aloanamnesis) 3. Pemeriksaan tambahan
A: alergi  CT – Scan Kepala dan abdomen
M : Mekanisme dan sebeb trauma  USG Abdomen
M : Medikasi  Foto ekstremitas
P : Past illness  Foto vertebra tambahan
L : Last meal  Urografi dengan kontras
E : event/environtment yang
berhubungan dengan kejadian
4. Re-evaluasi pasien
2. Pemeriksaan fisik Head to Toe  penilaian ulang terhadap
 Tingkat keasadaran (Skor GCS) perubahan kondisi dan respon
inspeksi resusitasi
 Palpasi  Monitoring tanda-tanda vital dan
 Perkusi jumlah urin
1.Dian S, Basuki A, 2012. Altered consciousness basic,
 auskultasi diagnostic, and management. Bagian/UPF ilmu penyakit  Pemakaian analgeitk yang tepat
saraf. Bandung.
2. Wulandari DS. 2011. Penurunan kesadaran. Fakultas
kedokteran universitas yarsi. Serang
Obat Kegawatdaruratan dengan Indikasi Penurunan
Kesadaran
1. Tujuan utama : mencegah terjadinya cedera sekunder
2. Cairan intravena.

Cairan yang dianjurkan, yaitu cairan larutan garam fisiologis atau ”RL” (Ringer’s
Lactate).
Bagaimana cara
pemakaian obat-
obatan darurat pada
penderita trauma
capitis.

1. Resusitasi cairan 2. Vasopressors

 Kristaloid  Epinefrin
 Dopamin
 Koloid
 Norepinefrin

Bagian Farmakologi UI.2010. Farmakologi dan Terapi Edisi V. Badan Penerbit


Fakultas Kedokteran UI
TERAPI SYOK
1. Tentukan defisit cairan.
2. Atasi syok: berikan infuse RL (jika terpaksa NaCl 0,9%) 20 mL/kgBB dalam ½-1
jam, dapat diulang. Apabila pemberian cairan kristaloid tidak adekuat/gagal,
dapat diganti dengan cairan koloid, sepert HES, gelatin, dan albumin.
3. Bila dosis maksimal, cairan koloid tidak dapat mengoreksi kondisi syok, dapat
diberi noradrenaline, selanjutnya apabila tidak terdapat perbaikan, dapat
ditambahkan dobutamine.
4. Sisa defisit 8 jam pertama: 50% defi sit + 50% kebutuhan rutin; 16 jam
berikutnya : 50% defisit + 50% kebutuhan rutin.
5. Apabila dehidrasi melebihi 3-5% BB, periksa kadar elektrolit; jangan memulai
koreksi defisit kalium apabila belum ada diuresis.
Leksana, Ery. 2015. “Dehidrasi dan Syok”. CDK-228 vol.42(5). Hal.393-394.
Dopamin: 2-25 mcg/kgbb/menit di
Vasopressor Agent
dalam cairan infuse (Dextrose 5%
atau normal salin) tiap 15-20 menit
Isoproterenol: 5 p g/ml/menit,
sampai tekanan sistolik lebih dari 90
efek dilihat tiap 15-25 menit
mmHg dan produksi urin lebih dari 30 dan dosis diduakalikan bila
ml/jam. perlu.

Norepinephrin dosis awal 0.1-


Dobutamin dosis 2-10 0.2 mcg/kgbb/menit dan dilihat
mcg/kgbb/menit, bekerja primer efek dalam beberapa menit.
pada reseptor β-adrenergik (f1 Dosis maintenance adalah: 0.05
dan β2), berguna pada pasien mcg/kgbb/menit diberikan
dengan keadaan cardiac output melalui kateter plastik ke dalam
rendah.
vena besar/sentral.
Guntur, A. 2008. The Role of Norepinephrine in Septic Shock Patients. Dexa Medika
Syarat Transportasi dan
Rujukan Kasus
Emergency dan
Traumatology
MENENTUKAN
KEBUTUHAN TRANSFER
PASIEN

Sangat penting bagi para dokter untuk


menilai kemampuan dan keterbatasan
mereka sendiri, juga keterbatasan
fasilitas mereka

Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition.
USA: American College of Surgeons
TRANSFER FACTOR

Pasien yang memerlukan transfer segera


dapat diidentifikasi berdasarkan
pengukuran fisiologinya, identifikasi
cedera secara khusus, dan mekanisme
cedera

Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition.
USA: American College of Surgeons
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care.
9th Edition. USA: American College of Surgeons
KETEPATAN WAKTU RUJUK

Waktu pemindahan bervariasi


berdasarkan jarak, skill, keadaan
institusi lokal, dan intervensi yang
diperlukan sebelum merujuk pasien.

Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition. USA: American
College of Surgeons
TRANSFER RESPONSIBILITIES

Reffering
doctor

Receiving
Doctor

Advanced Trauma Life Support (2018).


Transfer to Definitive care. 9th Edition. USA:
American College of Surgeons
MODES OF TRANSPORTATION

Prinsip : to do no futher harm


Darat, air, dan transportasi udara dapat
aman dan efektif dalam memenuhi
prinsip ini, dan tidak ada satu bentuk pun
yang pada dasarnya lebih unggul
daripada yang lain.
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition. USA: American College of
Surgeons
Pertanyaan-pertanyaan umum yang perlu diajukan untuk
membantu menentukan mode transportasi yang cocok.
• Apakah kondisi klinis pasien mengharuskan minimalisasi waktu selama perjalanan
meninggalkan rumah sakit?
• Apakah pasien membutuhkan perawatan khusus atau karena perawatan yang tidak
memungkinkan dilakukan difasilitas kesehatan tersebut ?
• Apakah pasien berada di daerah yang tidak dapat dijangkau transportasi darat?
• apa situasi cuaca terkini dan yang diramalkan di sepanjang rute transportasi?
• apakah berat pasien (ditambah berat perlengkapan yang dibutuhkan dan personel
transportasi) dalam kisaran yang diperbolehkan untuk angkutan udara?
• untuk transportasi antarrumah sakit, adakah landasan helikopter dan/atau bandara di
dekat rumah sakit yang dimaksud?
• apakah sang pasien membutuhkan critical care life support(misalnya, pemantauan
probadi, obat-obatan tertentu, peralatan khusus) selama perjalanan, yang tidak
tersedia dengan pilihan transportasi darat?
• Bisakah penggunaan angkutan darat lokal ketika meninggalkan daerah setempat tanpa
layanan medis darurat yang memadai?
• jika transportasi darat setempat bukan suatu pilihan, dapatkah kebutuhan pasien
(dan sistem) dipenuhi oleh layanan transportasi darurat regional yang tersedia
(seperti sistem transportasi khusus dioperasikan oleh rumah sakit dan/atau program
medis udara)?
TRANSFER PROTOCOLS

 Informasi from referring


doctor
 Information to transferring
personel
 Dokumentasi
 Treatment during transport
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition. USA:
American College of Surgeons
DIAGNOSIS BANDING

FRAKTUR TRAUMA TRAUMA


BASIS ABDOMEN TORAKS
CRANII
FRAKTUR
BASIS CRANII
DEFINISI
fraktur linear yang terjadi pada
dasar/basis kranium, yang
paling umum terjadi pada bagian
temporal kranium.

Patrascu, E., Manea, C., Sarafoleanu, C. Current insight in CSF leaks: a


literature review of mechanisms, pathophysiology and treatment options.
Romanian Journal of Rhinology. vol. 7, no. 27. 2017. pp. 143-51
ETIOLOGI
kejadian kecelakaan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas
Ke
Lu ka k
a
ce
l menyebabkan sekitar 25-66%
b ke aka
tem rja an (tergantung lokasi frakturnya)
kejadian fraktur basis cranii.
Kecelakaan Penyebab lainnya adalah
lalu lintas kejadian jatuh, kecelakaan
lingkungan kerja, penyerangan,
Phang, S. Y., Whitehouse, K., Lee, L., Khalil, H., dan luka tembak
McArdle, P., Whitfield, P. C. Management of CSF leak
in base of skull fractures in adults. British Journal of
Neurosurgery, vol. 30, no. 6. 2016. pp. 596-604.
EPIDEMIOLOGI
Sekitar 4% dari -12%
pasien dewasa yang
menderita cedera kepala
mengalami fraktur daerah
basis cranii.
Phang, S. Y., Whitehouse, K., Lee, L., Khalil, H., McArdle, P., Whitfield, P. C. Management of CSF leak
in base of skull fractures in adults. British Journal of Neurosurgery, vol. 30, no. 6. 2016. pp. 596-604.

Yellinek, S., Cohen, A., Merkin, V., Shelef I., Benifla, M. Clinical significance of skull base fracture in
patients after traumatic brain injury. Journal of Clinical Neuroscience, vol. 25. 2015. pp. 111-15.
Insert Your Image KLASIFIKASI
Fraktur
fossa Fraktur fossa
anterior media
(Fraktur
tulang
temporal)
Fraktur
Bobinski, M., Shen, P. Y., Dublin, A. B. Basic imaging of skull base
trauma. Journal of Neurosurgical Surgery. Part B, Skull Base, vol. 77,
fossa
posterior
no. 5. 2016. pp. 381-7.

Wani, A. A., Ramzan, A. U., Raina, T., Malik, N. K., Nizami, F. A.,
Qayoom, A., Singh, G. Skull base fractures: an institutional
experience with review of literature. The Indian Journal of
Neurotrauma, vol. 10, pp. 120-6.
PATOFISIOLOGI
Bending Fraktur Fraktur burst disebabkan
oleh benda yang
disebabkan trauma permukaannya luas dan
langsung dan tepat trauma tidak langsung ke
kearah tengkorak. Yang tulang tengkorak. Kekuatan
akan menghasilkan yang dihasilkan
diteransmisikan dan di
depresi tulang pada sisi daerah yang tulangnya
yang terkena impact tipis, karena ealstisitas
dengan ciri fraktur yang minimal menyebabkan
kominutif atau kerusakan
perforasi.
Gray, S. T., Wu, A. W., 2013, ‘Patophysiology of iatrogenic and traumatic skull base injury’ in Advanced in
Oto-Rhino-Laryngology: Vol. 74 Comprehensive techniques in CSF leak repair and skull base reconstruction,
.
series ed. G. Randolph, vol ed. B, S, Bleier, S. Karger AG, Switzerland, pp. 12-23
MANIFETASI KLINIK
1. CSF, otorrhea dan rhinorrhea
2. Perdarahan pada ruang tympani ataupun luka laserasi pada kanalis auditorius
eksternus
3. Battle’s sign
4. Raccoon’s eyes tanpa adanya trauma orbital
5. Kerusakan saraf kranial:

 N. VII dan/atau VIII: biasanya berhubungan dengan fraktur os temporal

 N. I: biasanya terjadi pada fraktur fossa anterior, berakibatkan anosmia (tidak


dapat mencium bau-bauan, bahkan sampai ke kanalis opticus dan mencederai N.
II

 N. VI: dapat terjadi pada fraktur tulang cranium bagian clivus

Greenberg, M. S. Handbook of Neurosurger. 8th edn, Thieme Medical Publishers Inc, New York. 2016.
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
FISIK LANJUTAN
history (riwayat
sebelumnya)
• mekanisme • Survei • Pemeriksaan
injury lab : misalnya
• waktu
Primer,
Sekunder, pemeriksaan
terjadinya
cedera dan ß2-transferin PENEGAKKAN
• Hilangnya • Pemeriksaan
Pemeriksaan DIAGNOSA
kesadaran / Radiologis :
amnesia
Fisik Umum CT non-
• Gejala • Pemeriksaan kontras kepala
selanjutnya Neurologis
• Riwayat medis
masa lalu
• Riwayat medis
masa lalu Baugnon, K. L., Hudgins P. A.
• riwayat social Greenberg, M. S. Handbook of Neurosurger. 8th edn,
Thieme Medical Publishers Inc, New York. 2016.
Skull base fracture and their
complication. Neuroimaging
Wyatt J P, Illingworth R N, Graham C
Papa, L., Goldberg, S. A. Head trauma’ in Rosen’s Clinics of North America, vol. 24,
A, Hogg K. Oxford Handbook of
Emergency Medicine: Concepts and Clinical no. 3. 2014 pp. 439-65.
Emergency Medicine. 4th ed. Oxford
Practice, 9th edn, eds. R. M. Walls, R. S.
university press. 2012 . Hockberger, M. Gausche-Hill, Elsevier, Inc., United
PENATALAKSANAAN
PENGELOLAAN PRA PENGELOLAAN RUMAH
RUMAH SAKIT SAKIT

 Pengobatan medika mentosa


 cairan intravena: ringer laktat
 Hiperventilasi : menurunkan Pco2 dan
menyebabkan kontriksi pembuluh darah otak
 Manitol : untuk menurunkan tekanan
intrakranial dosis 1g/kg berat badan secara
bolus intravena
 Furosemida : untuk menurunkan tekanan
intrakranial dosis 0,3-0,5 mg/kg berat badan
intravena
 Antikonvulsan : untuk pemberian epilepsi
CZollman, F. S. Manual of Traumatic Brain Injury: Assessment and
Management. 2nd edn, Demos Medical Publishing, New York. 2106. pasca trauma, Diazepam atau lorazepam
KOMPLIKASI

Baugnon, K. L., Hudgins P. A. Skull base fracture and their complication. Neuroimaging Clinics of North America,
vol. 24, no. 3. 2014 pp. 439-65.
PROGNOSIS

Semua pasien harus dirawat


secara agresif sambil
menunggu konsultasi dengan
ahli bedah saraf. terkhusus
anak-anak yang memiliki
kemampuan luar biasa dalam
pemulihan dari cedera yang
sangat berat.

American College Surgeon. ATLS. ed 10th. American College of Surgeons press. 2018.
Trauma
Abdomen
DEFINISI
Trauma merupakan suatu masalah
kesehatan yang cukup serius karena sering
terjadi pada subjek usia muda. Trauma
abdomen dibagi menjadi dua tipe yaitu
trauma tumpul abdomen (Blunt Abdominal
Trauma) dan trauma tembus abdomen
(Penetrating Abdominal Trauma).
Liani I, Putra FIE. Modalitas Diagnostik Pada Kasus Kegawatdaruratan Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal Gawat
Darurat. 2019 Des;1(2): 57-64
 KLL50-75% Patient Medical History

 Jatuh dari ketinggian



2010
Kecelakaan kerja
place.Kecelakaan
It’s full of iron oxide dust di tempat
Despite being red, Mars is actually a cold

ETIOLOGI rekreasi

2015
Kecelakaan saat
Venus has a beautiful name and is the second
planetbersepeda
from the Sun  anak
 Iatrogenik  CPR,
2020
manual thrust,
Mercury is the closest planet to the Sun and the
Heimlich
smallest maneuver
one in our Solar System
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
EPIDEMIOLOGI

Kematian akibat traumaPria 12,5%, wanita 7,4%.

Diperkirakan
20208,4 juta
kematian akibat
trauma.
Trauma e.c. KLL
penyebab terbesar
WHOtrauma ketiga di dunia.
akibat jatuh,
KLL.
Usia terbanyak 14-30
tahun, anak:dewasa 

1:1.
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul abdomen bisa menyebabkan kerusakan pada
organ viscera, menyebabkan perdarahan dan kontusio atau jejas
pada organ intestinal, spleen, hati.
3 mekanisme trauma tumpul abdomen:
 Deselerasi: Efek deselerasi bisa menyebabkan organ dalam
dan pembuluh darah ruptur.
 Crushing: Organ dalam abdomen seperti hepar, spleen, dan
ginjal hancur/ruptur akibat tekanan dari dinding anterior
abdomen dan kolumna vertebra atau costa di posterior.
 Extrnal compression: Akibat external compression, baik yang
secara langsung ataupun kompresi benda seperti sabuk
pengaman menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen
dan menyebabkan ruptur organ viscera.
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Manifestasi Klinis
Selain nyeri, pasien mungkin disertai keluhan adanya
perdarahan per rektum, tanda vital yang tidak stabil, dan
adanya tanda peritonitis. Pemeriksaan fisis mungkin
menunjukkan ekimosis, distensi abdomen, hilangnya bising
usus, dan nyeri saat palpasi. Jika terdapat peritonitis maka
akan menunjukkan gejala abdominal rigidity, guarding dan
rebound tenderness.
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Penegakan Diagnosis
Pada awalnya evaluasi dan resusitasi dilakukan
secara simultan pada pasien trauma. Anamnesis
mendetail baru bisa dilakukan setelah keadaan
megancam nyawa teridentifikasi dan terapi telah
dilakukan.

Anamnesis
Initial assessment dimulai dari menanyakan
mekanisme trauma pada keluarga pasien atau saksi yang
ada di tempat kejadian.

• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Hal yang penting untuk diketahui pada pasien dengan
trauma abdomen, utamanya akibat KLL adalah:
● Tingkat kerusakan kendaraan
● Apakah ada penumpang yang meninggal
● Apakah penumpag keluar dari kendaraan
● Peran perangkat keamanan seperti airbag dan
seatbelt
● Apakah pasien dalam pengaruh obat-obatan yang
meningkatkan resiko kecelakaan seperti obat
sedatif atau midriatil, alkohol atau narkoba
● Adanya cedera kepala atau medulla spinalis
● Apakah ada masalah kejiwaan
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Hal yang penting untuk diketahui pada
pasien dengan trauma abdomen, utamanya
akibat KLL adalah:

Apakah pasien dalam pengaruh obat-obatan


Tingkat kerusakan yang meningkatkan resiko kecelakaan seperti
kendaraan obat sedatif atau midriatil, alkohol atau
Apakah ada penumpang yang narkoba
meninggal Adanya cedera kepala atau
medulla spinalis

Apakah penumpag keluar Apakah ada masalah kejiwaan


dari kendaraan
Peran perangkat keamanan
seperti airbag dan seatbelt

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
AMPLE
The mnemonic AMPLE (Allergies, Medications, Past
medical history, Last meal or other intake, and Events
leading to presentation) sangat berguna untuk menanyakan
riwayat pada pasien. Adanya keadaan hipotensi merupakan
tanda kemungkinan adanya intraabdominal trauma.

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PEMERIKSAAN
FISIK

Tertiary Survey
Primary Survey:
ABCDE

Secondary Survey:
pemeriksaan head to toe

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
CT-Scangold standard
PENUNJANG
EFAST (Extended Focused
Assessment with
Sonography for Trauma)

Laparotomi eksploratif
https://emedicine.medscape.com/article/198
0980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431
087/
PENATALAKSANAAN
Stabilisasi pasienresusitasi cairan, transfusi
jika perlu
Laparotomi eksploratiftanda peritonitis,
perdarahan masif, keadaan umum yang
memburuk
Embolisasi

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
EDUKASI PASIEN POST TRAUMA
 Gunakan sabuk pengaman bersamaan dengan shoulder
restraint.
 Sesuaikan sabuk pengaman agar terasa pas. Posisikan
menyilang abdomen bagian bawah dan dibawah crista
iliaca.
 gunakan penyanggah bahkan saat berada dalam
kendaraan yang dilengkapi dengan penyanggah (mis:
airbags)
 Pastikan jarak setir kendaraan dan abdomen seluas
mungkin, namun masih memungkinkan untuk mengontrol
kendaraan.
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma abdomen bisa diakibatkan
oleh:
● Missed injuries
● Keterlambatan diagnosis
● Keterlambatan penanganan
● Iatrogenik
● Intra-abdominal sepsis dan abses
● Resusitasi yang inadekuat
● Delayed splenic ruptur

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PROGNOSIS

Umumnya prognosis untuk trauma tumpul


abdomen adalah baik. Mortalitas untuk
pasien yang dirawat adalah 5-10%.

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PREVENTIF
 Mengenakan sabuk pengaman
 Tidak menggunakan gadget saat mengemudi
 Tidak minum minuman beralkohol saat
mengemudi
 Mematuhi aturan dan rambu lalu lintas

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Differential Diagnose
● Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
● Stroke Hemoragik
● Syok Hipovolemik
● Lower Genitourinary Trauma
● Penetrating Abdominal Trauma
● Pregnancy Trauma
● Upper Genitourinay Trauma

https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Ruptur Hepar dan Ruptur Lien
  RUPTUR LIEN RUPTUR HEPAR
Etiologi  Traumatik (50-75% KLL)  Blunt and penetrating trauma, resiko trauma tinggi
 Non-traumatik (idiopatik, iatrogenik, underlying disease, akibat posisi dan struktur anatomi dari hepar
mis. Infeksi, mononukleosis)  Non-traumatik: iatrogenik, mis. Biopsi perkutaneus,
cholangiografi, kateter perkutaneus
 

Epidemiologi  Paling sering (40-55% pada kasus trauma abdomen)  Tersering kedua (35-45%)
 L:P = 2:1  Mortalitas tergantung derajat trauma
 18-34 tahun  Laki-laki > Perempuan
 20% kasus fraktur costa kiri bagian bawah mengalami  Usia dewasa
splenic injury

Manifestasi Klinis  Nyeri pada Left Upper Quadran  Nyeri pada Right Upper Quadran
 Referred pain ke bahu kiri (Kehr sign)  Nyeri alih bahu kanan

• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Diagnosa Anamnesis  Pemeriksaan laboratorium: abnormalitas fungsi hepar
 Riwayat pengobatan beberapa jam-hari setelah trauma, peningkatan kadar
 Riwayat penyakit (splenomegali meningkatkan resiko ruptur) enzim hepar, penurunan Hb dan Hct
 Riwayat prosedur medis  Pemeriksaan radiologis: FAST untuk diagnosa adanya
 Riwayat trauma di area LUQ, left rib cage, left flank beresiko perdarahan intraabdomen/ pericardial sac, X-Ray untuk
menyebabka splenic injury melihat kemungkinan fraktur costa, CT
Pemeriksaan Fisis scanmodalitas terbaik untuk diagnosa, grading dan
 Inspeksi: abrasi, laserasi, kontusi, classic seatbelt sign penentuan penatalaksanaan (mis. Laparotomi/
 Auskultasi: bising usus hilangtanda perdarahan, ileus embolisasi)
 Tanda hipovolemi Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
 Tanda dan gejala pada manifestasi klinis (MRCP)jarang digunakan, biasanya jika ada
Pemeriksaan Penunjang kecurigaan kebocoran/ injury pada duktus biliaris
 Focused Assessment with Sonography for Trauma(FAST)anechoic
band disekitar lien
 CT-Scanklasifikasi berdasarkan American Association for the
Surgery of Trauma (AAST), perdarahan di sekitar lien

• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Penatalaksanaan  ATLS • ATLS
 Non-operatif90% berhasil pada kasus pediatri • Non operative/konservatif
 Embolisasicedera pembuluh darah pada pasien dengan • Angiographic embolization83% berhasil
keadaan stabil • Operatif tergantung grade
 Laparotomi eksploratifhemodinamik tidak stabil • Terapi tambahan: Endoscopic Retrograde
splenorrhaphy dan splenectomy. Cholangiopancreatography (ERCP), Interventional
 Vaksinasi post-splenektomi Radiology (IR) pada kasus abses hepar post embolisasi

Komplikasi  Delayed splenic rupture  Kebocoran cairan empedu


 Perdarahan  Abses hepar
 Splenic pseuodo aneurysm  Nekrosispada pasien post angioembolisasi
 Kematian  Hemobilia akibat arterio-biliary/porto-biliary fistula
Ikterus, nyeri perut atas

Differential Diagnoses  Laserasi hepar  


 Perdarahan retroperitoneal
 Diaphragmatic injury
 Pancreas injury

• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Trauma Toraks
Definisi
Trauma toraks  suatu trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara
langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ
didalamnya, baik sebagai akibat dari
suatu trauma tumpul maupun oleh sebab
trauma tajam

Lugo, Víctor Whizar; Gastelum, Alejandra Sauceda; Armas, Adriana Hernández;


Garnica, Francisco Garzón dan Gómez, Maribel Granados. Chest Trauma: An
Overview. Journal of Anesthesia & Critical Care: Open Access, Volume 3(1).
2015
Meningkat dari waktu ke waktu Epidemiologi

20% trauma toraks langsung sampai


25% dari seluruh kematian akibat Trauma toraks dapat
trauma meningkatkan kematian akibat
Pneumotoraks 38%,
Hematotoraks 42%, kontusio
16.000 kematian setiap tahunnya di pulmonum 56%, dan flail
Amerika Serikat begitu pula pada
chest 69%.
negara berkembang.

50% dari trauma toraks mengalami cedera pada


dinding dada terdiri dari 10% kasus minor, 35%
kasus utama, dan 5% flail chest injury.

• Shah, Jigar V dan Solanki, Mehul I. Analytic Study of Chest Injury. IJSS Journal of Surgery, Volume 1, Issue 1. January-February 2015.
• Mefire, A. C., Pagbe, J. J., Fakou, M., Nguimbous, J, F. Analysis of epidemiology, lesions, treatment and outcome of 354 consecutive cases of blunt and
penetrating trauma to the chest in an African setting. SAJS. 48. h.90-3; 2010.
Trauma tumpul 65%

Trauma tajam 34,9%

Tekanan berlebihan
pada paru-paru
seperti pada aktivitas
menyelam

Saaiq M, Zaib S, Ahmad S. Early Excixsion and Grafting Versus Delayed Excision and Grafting of Deep Thermal
Burns up to 40% Total Body Surface Area: A Comparison of Outcome. Annals of Burns and Fire Disasters. 143-147;
Etiologi
2012.
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan
digunakan untuk melakukan proses ventilasi dan oksigenasi,

Patofisiologi yaitu pertama tulang, tulang-tulang yang menyusun struktur


pernapasan seperti tulang clavicula, sternum, scapula.
Kemudian yang kedua adalah otot-otot pernapasan yang sangat
berperan pada proses inspirasi dan ekspirasi.

Jika salah satu dari dua struktur tersebut mengalami kerusakan,


akan berpengaruh pada proses ventilasi dan oksigenasi.

Tekanan intrapleura adalah negatif, pada proses respirasi, udara


tidak akan dapat masuk kedalam rongga pleura. Jumlah dari
keseluruhan tekanan parsial dari udara pada kapiler pembuluh
darah rata-rata (706 mmHg). Pergerakan udara dari kapiler
pembuluh darah ke rongga pleura, memerlukan tekanan pleura
lebih rendah dari -54 mmHg (-36cmH2O) yang sangat sulit
terjadi pada keadaan normal. Jadi yang menyebabkan
masuknya udara pada rongga pleura adalah akibat trauma yang
mengenai dinding dada dan merobek pleura parietal atau
visceral, atau disebabkan kelainan konginetal adanya bula pada
subpleura yang akan pecah jika terjadi peningkatan tekanan
pleura

- Noppen M, Keukeleire T.D : Pneumothorax. Respiration: 121 – 127; 2008


- Currie G.P, Alluri R, Christie G.L, Legge J.S : Pneumothorax : an update. Post
Med J: 461- 465; 2007.
● Infographic Style
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi Berdasarkan
mekanismenya
Spontan Pneumotoraks Primer
Pneumotoraks terbuka
(open pneumotoraks)
Spontan Pneumotoraks Sekunder

Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks terdesak
(tension pneumotoraks)
Iatrogenik Pneumotoraks

Jain D.G, Gosari S.N, Jain D.D : Understanding and Managing


Tension Pneumothorax. JIACN; 9(1) : 42– 50. 2008.
Gambaran
Klinik

FINAL
Kolaps
sirkulasi

Gagal pernapasan
dengan sianosis
Sesak napas

Nyeri dada
mendadak
Pemeriksaan Fisis Penegakan Diagnosa
Inspeksi
Jejas Anamnesis
Simetrical trachea and
breathing Nyeri dada mendadak
Retraksi napas Sesak napas
Open wound Gagal pernapasan dengan sianosis
Paradoxial movement Kolaps sirkulasi
Jugular vein distention
Palpasi
Krepitasi Pemeriksaan Penunjang
Emphysema subcutis Pemeriksaan radiologi
Nyeri tekan
Perkusi
Jika rongga dadaa terisi
udara maka didapatkan
hipersonor, sedangkan jika
• Jain D.G, Gosari S.N, Jain D.D : Understanding and Managing Tension Pneumothorax. JIACN; 9(1) :
berisi cairan didapatkan 42 -50. 2008.
redup. • Sharma A, Jindal P : Priciples of diagnosis and management of traumatic Pneumothorax. 34 – 40;
Auskultasi 2008.
• De jong W., Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W. Prasetyono T.O, Rudiman R. : Buku Ajar Ilmu Bedah;
Hilangnya suara napas dan Bab 28: 498-513
jantung
ABCDE
Tatalaksana
A: airway patency with care ofcervical spine
B: Breathing adequacy
C: Circulatory support
D: Disabilityassessment
E: Exposure without causing hypothermia

Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara


keseluruhan

Intubasi endotrakeal darurat untuk apnea, syok berat, dan


ventilasi yang inadekuat

Resusitasi cairan intravena merupakan terapiutama dalam


menangani syok hemorhagik

.Manajemen nyeri yang efektif

Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia,


hiperkarbia, dan takipnea berat atau ancaman gagal napas

• Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. 2010;122(suppl 3):S685-S705.
• Section of Injury Prevention and EMS Division of Public Health Department of Health and Social Services: Prehospital Trauma Guidelines For Micps In Alaska, January, 2007; 10-11 Juneau, AK 99811-0616
Preventif

Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari


faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang
biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang
terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari kerusakan pada
dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang biasanya
disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut

Section of Injury Prevention and EMS Division of Public Health Department of Health and Social Services: Prehospital Trauma
Guidelines For Micps In Alaska, January, 2007; 10-11 Juneau, AK 99811-0616
Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti
pneumonia 20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%,
empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana
50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat
akan menjadi ARDS

Lugo, Víctor Whizar; Gastelum, Alejandra Sauceda; Armas, Adriana


Hernández; Garnica, Francisco Garzón dan Gómez, Maribel Granados.
Chest Trauma: An Overview. Journal of Anesthesia & Critical Care:
Open Access, Volume 3(1). 2015
INTEGRASI
KEISLAMAN
Hukum sholat bagi orang yang mengalami koma

Bagi orang yang telah baligh, namun akalnya tidak berfungsi dalam hal ini pingsan atau
tidak sadarkan diri maka pena Tuhan diangkat.

Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda


:
َ ‫ون َح َّتى َيعْ قِ َل أَ ْ̀و َيف‬
‫ِيق‬ ِ ‫ِير َح َّتى َي ْكب َُر َ̀و َع ِن ْال َمجْ ُن‬
ِ ‫صغ‬ ٍ َ‫ُرف َِع ْال َق َل ُم َعنْ َثال‬
َّ ‫ث َع ِن ال َّنائ ِِم َح َّتى َيسْ َت ْيقِ َظ َو َع ِن ال‬
Artinya : “Ada 3 orang yang pena catatan amalnya diangkat (tidak ditulis):
Orang yang tidur sampai dia bangun, anak kecil samai dia baligh, dan orang gila
sampai dia sadar”. (HR. Ahmad 1195, Nasai 3445, Turmudzi 1488 dan dishahihkan
Syuaib al-Arnauth).
ُ‫َو َقا َل ْال َغ َزالِيُّ ْال ُج ُنونُ ي ُِزيلُ ُه َواإلِ ْغ َما ُء َي ْغ ُم ُرهُ َوال َّن ْو ُم َيسْ ُترُ ه‬

“Imam al-Ghazali berkata: ‘Gila dapat


menghilangkan akal, pingsan dapat
menenggelamkan akal, dan tidur dapat menutup
akal’
 Orang sakit yang mencapai koma 
tidak ada “taklif syar’i”  tidak wajib
mengqadha sholatnya.
 Sembuh masih dalam waktu shalat,
maka pada saat itu ia mulai wajib
kembali mengerjakan shalat.
Kitab al-Asybah wa an-Nadha’ir:

“Ketahuilah bahwa tiga hal ini (gila, pingsan, tidur) terkadang sama dalam beberapa
hukum, dan terkadang orang yang tidur memiliki hukum tersendiri yang berbeda dari
orang yang gila dan pingsan. Orang yang pingsan terkadang di satu ssisi sama dengan
orang yang tidur dan di sisi yang lain sama dengan orang gila. Penjelasan hal tersebut
terdapat dalam beberapa cabang-cabang fiqih. Pertama, hilangnya hadats kecil berlaku
bagi tiga orang tersebut (tidur, pingsan, dan gila). Kedua, sunnahnya melaksanakan mandi
bagi orang yang baru sadar dari sifat gila dan pingsan (tidak berlaku bagi orang yang
baru bangun tidur). Ketiga, mengqadha shalat ketika waktu dihabiskan dengan tidur
adalah hal yang wajib, berbeda halnya bagi orang yang menghabiskan waktu shalat (tidak
menemui waktu shalat) karena gila, sedangkan orang yang pingsan dalam permasalahan ini
sama dengan orang yang gila (dalam hal tidak wajib qadha). (Syekh Jalaluddin As-
Suyuthi, al-Asybah wa an-Nadhair, hal. 213).2
Doa naik kendaraan

“Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di
hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya
tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud:
3/34, At-Tirmidzi: 5/501, dan lihat Shahih At- Tirmidzi: 3/156). 3
Thanks!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai