CAPITIS”
KELOMPOK 5
ALFITRA SALAM (70600117035)
ATHIYAH ULYA ARIF (70600117009)
ANDI DIAN HAJRIANA (70600117045)
ANDI NURFADILAH SYAM (70600117004)
ANDI NURUL HIDAYA AZZAHRA (70600117010)
MOH IKBAL GUSMAN (70600117015)
HUSNUL KHATIMAH SANUSI (70600117020)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
DZAKIYYAH ANWAR (70600117021)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN NUR INTAN CAHYANI (70600117049)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020 NAMIRAH (70600117050)
KASUS 2
Seorang wanita berusia 30 tahun dibawa ke IRD RS dengan kesadaran
menurun dialami sejak 3 jam sebelum masuk RS akibat mengalami
kecelakaan lalu lintas tabrakan kendaraan bermotor berkecepatan tinggi. Saat
masuk IRD diperoleh tekanan darah 90/60 mmHg, denyut nadi 115
kali/menit, frekuensi pernapasan 30 kali/menit. Pemeriksaan kesadaran
didapatkan GCS (E2M4V2). Setelah kondisi pasien stabil, dari pemeriksaan
fisik ditemukan pupil anisokor 4 mm/3mm, tampak laserasi dan hematom di
parietal kiri, tampak otorrhea (+) pada telinga kiri dengan tes Halo (+) serta
KALIMAT
Wanita 30 thnKUNCI
Kesadaran menurun 3 jam SMRS Riw. KLL
TD 90/60, N 115x/menit, P 30x/menit
GCS 8 (E2M4V2)
Pupil anisokor, laserasi dan hematom parietal kiri
Otore + telinga kiri, tes halo (+)
Laserasi pada dada kanan dan abdomen
DAFTAR
PERTANYAAN
1. Jelaskan anatomi lapisan kepala dan fisiologi kesadaraan!
2. Jelaskan definisi dan klasifikasi trauma capitis!
3. Jelaskan Etiopatomekanisme trauma capitis!
4. Bagaimana patomekanisme tanda dan gejala yang ada pada skenario?
5. Bagaimana cara penilaian tingkat kesadaran pada kasus di skenario?
6. Bagaimana penanganan awal sesuai skenario?
7. Bagaimana penanganan lanjut pada pasien sesuai skenario?
8. Bagaimana penegakan diagnosa berdasarkan skenario?
9. Bagaimana cara pemakaian obat-obatan darurat pada penderita trauma capitis?
10. Bagaimana syarat transportasi dan rujukan pada trauma capitis?
11. DD sesuai skenario
a. Fraktur basis cranii
b. Trauma Abdomen
c. Trauma Toraks
12. Bagaimana integrasi keislaman sesuai skenario?
• Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi lapisan kepala dan fisiologi
kesadaraan
• Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dan klasifikasi trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan Etiopatomekanisme trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan patomekanisme tanda dan gejala yang ada
pada skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan cara penilaian tingkat kesadaran pada kasus
di skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan awal sesuai skenario
LEARN
• Mahasiswa mampu menjelaskan penanganan lanjut pada pasien sesuai
skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan penegakan diagnosa berdasarkan skenario
• Mahasiswa mampu menjelaskan cara pemakaian obat-obatan darurat pada
penderita trauma capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan syarat transportasi dan rujukan pada trauma
OBJEC
ING
capitis
• Mahasiswa mampu menjelaskan DD sesuai skenario
a. Fraktur basis cranii
b. Trauma Abdomen
c. Trauma Toraks
TIVE
• Mahasiswa mampu menjelaskan integrasi keislaman terkait skenario
PRO BLEM TREE
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura: Elsevier Saunders. 2015
American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support (ATLS) 10th Edition. Chicago: American College of Surgeons. 2018
Sunder R, Tyler K. Basal skull fracture and the halo sign. CMAJ. 2013;185(5):416. doi:10.1503/cmaj.120055
Tintinalli, Judith E. Cline, David,eds. Tintinalli's Emergency Medicine: A Comprehensive Study Guide 9th ed. New York: McGraw Hill. 2020.
Hooper N, Armstrong TJ. Hemorrhagic Shock. [Updated 2019 May 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available
from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470382/
ANATO
MI
Atlas Anatomi Manusia. Prometheus: Kepala, Leher, &
Neuroanatomi (3 ed.). Jakarta : EGC. 2015.
FISIOLOGI
KESADARAN
Pusat pengaturan kesadaran pada manusia secara fisiologi terletak pada serabut transversal
retikularis dari batang otak sampai thalamus dan dilanjutkan dengan formasio activator
reticularis, yang menghubungkan thalamus dengan korteks cerebri. Formasio reticularis terletak
di substansi grisea otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan thalamus. Neuron
formasio reticularis menunjukkan hubungan yang menyebar. Perangsangan formasio reticularis
midbrain membangkitkan gelombang beta, individu menjadi dalam keadaan bangun dan terjaga.
Lesi pada formasio reticularis midbrain mengakibatkan orang dalam stadium koma, dengan
gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio reticularis midbrain merangsang ARAS
(Ascending Reticular Activating System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian area
di forebrain. Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan serabut
difus ke semua area di korteks cerebri
Wilson, Price. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2012.
Formasio reticularis secara difus menerima dan menyebarkan rangsang,
menerima input dari korteks cerebri, ganglia basalis, hipothalamus, sistem limbik,
cerebellum, medula spinalis dan semua sistem sensorik. Sedangkan serabut
efferens formasio retikularis yaitu ke medula spinalis, cerebellum, hipothalamus,
sistem limbik dan thalamus yang lalu akan berproyeksi ke korteks cerebri dan
ganglia basalis. ARAS juga mempunyai proyeksi non spesifik dengan depolarisasi
global di korteks, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari thalamus
yang mempunyai efek eksitasi korteks secara khusus untuk tempat tertentu.
Eksitasi ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori
spesifik dari thalamus. Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke korteks,
sinyal sensorik dari serabut sensori aferens menstimulasi ARAS melalui cabang-
cabang kolateral akson. Jika system aferens terangsang seluruhnya, proyeksi
ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga.
01 03
Ringan Berat
02
Sedang
Tabel 2. Klasifikasi Trauma Kepala
Ainsworth CR. Head Trauma. [Updated: Jan 09, 2015]. In : Medscape. Available
from : https://emedicine.medscape.com/article/433855
Di Indonesia Penyebab tersering kecela
kendaraan bermotor
Bertambahnya jumlah
kendaraan bermotor
Pengendara yang
tidak disiplin
MEKANISME CEDERA KEPALA
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.
Akselerasi - Deselerasi
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.
Kraus, J., Schaffer, K., Ayers, K., Stenehjem, J., Shen, H., & Afifi, A. A. Physical complaints,
medical service use, and social and employment changes following mild traumatic brain
injury: A 6-month longitudinal study. Journal of Head Trauma Rehabilitation.2015;20(3):239-
256.
CEDERA KONTAK BENTUR
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
PATOFISIOLOGI
1. Primary Brain Injury
Kerusakan langsung yang terjadi pada saat cedera
Fraktur tulang kepala
Cedera Fokal
Cedera Difus
2. Secondary Brain Injury
Gangguan intracranial dan sistemik
Brain edema
Brain Herniation
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-208.
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill Education, 2020. 1683-84p.
Primary Brain Injury
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
Primary Brain Injury
Satyanegara. Ilmu Bedah Saraf Edisi 4. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010. 191-
208.
CEREBRAL BLOOD FLOW
● Autoregulasi
● Cerebral perfusion pressure (CPP)
● Mean arterial pressure (MAP)
● Intracranial pressure (ICP)
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
CEREBRAL BLOOD FLOW
1. Autoregulasi
Mengatur aliran darah otak lokal untuk menjaga
keseimbangan antara pengiriman oksigen dan
metabolisme.
Menyesuaikan CPP dari 50 hingga 150 mm Hg.
Cedera otak parah menganggu autoregulasi
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
2. Cerebral Perfusion Pressure (CPP)
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
3. Mean Arterial Pressure (MAP)
Pertahankan = 80 mm Hg
60 mm Hg = dilatasi PD otak
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
4. Intrcranial Pressure (ICP)
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
SECONDARY BRAIN INJURY
1. Brain edema
● Edema sitotoksik kegagalan metabolisme sel
tidak dapat mempertahankan keseimbangan
cairan kerusakan mitokondria
● Edema vasogenik kerusakan sawar darah
otak penumpukan cairan
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
SECONDARY BRAIN INJURY
2. Brain herniation
Transtentorial uncal
Transtentorial sentral
Cerebellotonsillar
Herniasi keatas
Tintinalli JE. Emergency Medicine A Comprehensive Study Guide. 9thEd. New York: McGraw-Hill
Education, 2020. 1683-84p.
Penurunan kesadaran
secara kualitatif
Apatis
(12-13)
Compos Somnole
mentis
n/letargi
(14-15)
(10-11)
Sopor /
stupor
(8-9)
Semi
koma (6- Koma
7) (≤5)
Plum F, Posner JB, Saper CB, Schiff ND. Plum and Posner’s diagnosis of stupor and coma. Ed IV. New York :
Oxford University Press. 2007
Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisis dan mental. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010
Penurunan kesadaran
secara kuantitatif
Lumbantobing SM. Neurologi klinik pemeriksaan fisis dan mental. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2010
PENANGANAN
AWAL
Penilaian awal (primary survey) pada kasus pasien trauma
ini bedasarkan Advance Trauma Life Support (ATLS), dari
American College of Surgeons (ACS). Primary survey berupa
penilaian ABCDE:
Airway Menilai jalan nafas
Breathing Menilai pernafasan
Circulation Menilai sirkulasi/peredaran darah
Disability Menilai kesadaran
Exposure Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien
agar dapat dicari semua cedera yang mungkin ada
Butterworyh, J. F., Mackey, D.C., Wasnickk, J.D., Morgan, g.e., Mikhail, M.S., & Morgam, G. E. Clinical anesthesiology. New York:
McGraw-hill; 2018.
American College Of Surgeons Commitee On Trauma. Initial Assessment and Management. USA Dalam ATLS Student Course
Manual 9 th; 2018.
Miller RD, Eriksson LI, Fleisher LA, Wiener Kronish JP, Young WL. Anesthesia. Elsevier Health Science 8th; 2014.
TIGA ASPEK PENTING
DALAM EVALUASI AWAL
PADA PASIEN TRAUMA
Pasien memerlukan
bantuan hidup dasar
Adanya kemungkinana
AIRWAY cedera tulang cervical
• Melakukan bantuan hidup dasar secara efektif dapat mencegah terjadinya hipoxia dan
hipercapnea, dimana keadaan tersebut berperan dalam penurunan kesadaran pasien.
• Pasien yang mengalami cedera leher atau cervical perlu mendapat perhatian khusus.
• Intubasi trakea dan perangkat manajemen jalan nafas alternatif (misalnya,laringoskop
video, fiberoptic bronkoskop) harus segera tersedia.
BREATHING
LISTEN
LOOK Dengarkan dengan FEEL
Perhatikan ada tidaknya menggunakan stetoskop Rasakan apakah terdapat
sianosis, retraksi dinding suara napas pasien ada atau atau tidaknya emfisema
dada, flail chest, trauma tidak atau apakah terdengar subkutan, pergeseran trakea,
tembus atau trama tidak melemah atau tidak, dan ada tidaknya tulang
tembus yang terjadi pada dengarkan juga apakah rusuk yang patah.
dada terdapat suara wheezing
ataupun rhonki.
• Penilaian sirkulasi dapat
dirasakan dari kualitas dan
kuantitas frekuensi nadi dalam
setiap menitnya, tekanan
darah, dan perfusi perifer.
SECONDERY SURVEY
American College Of Surgeons Commitee On Trauma. Initial Assessment and Management. USA Dalam ATLS Student Course Manual 9 th;
2018.
Mangku G, Senapathi TG. Buku ajar ilmi anestesia dan reanimasi. Jakarta: Indeks. 2010.
Butterworyh, J. F., Mackey, D.C., Wasnickk, J.D., Morgan, g.e., Mikhail, M.S., & Morgam, G. E. Clinical anesthesiology. New York: McGraw-
hill; 2018.
Penemuan
Hal yang dinilai Identifikasi Penilaian Klinis Konfirmasi
Tingkat kesadaran Beratnya trauma kepala Skor GCS <8 Trauma kapitis berat, 9-12 Trauma -CT Scan
sedang, 13-15 Trauma ringan -Ulangi tanpa relaksasi otot
Pupil Jenis trauma kapitis, Luka pada mata Ukuran, Bentuk, Reaksi ‘mass effect’, Diffuse axonal injury, -CT-Scan
Perlukaan mata
Kepala Luka pada kulit kepala, Fraktur pada tulang Inspeksi adanya luka dan Luka pada kulit kepala, Fraktur basis -CT-Scan
tengkorak fraktur, Palpasi adanya fraktur cranii
Muskuloskeletal Luka jaringan lunak, Fraktur, Kerusakan saraf, Inspeksi: deformitas, Palpasi Fraktur tulang wajah, Cedera jaringan -Foto tulang wajah
luka dalam mulut/gigi krepitus lunak -CT-Scan tulang wajah
Leher Cedera laring, fraktur cervical, kerusakan Inspeksi, palpasi, auskultasi Emfisema subkutan, hematom, -Foto servikal
vaskular, cedera esofagus, gangguan murmur, nyeri tekan, jejas, deformitas -Angiografi/doppler
neurologis -Esofagoscopy
-Laryngoscopy
Toraks Perlukaan dinding toraks, Inspeksi, palpasi, auskultasi Paradoksal, nyeri tekan dada, -Foto toraks
pneumo/hematotoraks, cedera bronkus, krepitus, bising afas berkurang, nyeri -CT-Scan
kontusio paru, kerusakan aorta lokalis punggung hebat -Angiografi
-Bronchoscopy
-USG trans esofagus
Abdomen/ Perlukaan dinding abdomen, cedera Inspeksi, palpasi, auskultasi Nyeri, nyeri tekan abdomen, iritasi -USG abdomen
Pinggang intra/retroperitoneal peritoneal, cedera organ visceral, -CT-Scan
cedera retroperitoneal -Laparatomi
-Foto dengan kontras
-Angiografi
Pelvis Cedera genito-urinarius, fraktur Palpasi simphysis Cedera genito- -Foto pelvis
pelvis pubis, nyeri tekan, urinaria,fraktur pelvis, -Urogram
inspeksi perineum, perlukaan perineum, rectum, -CT-Scan dengan kontras
rectum, vagina vagina
Medulla spinalis Trauma kapitis, trauma medulla Pemeriksaan motorik, Paraparesis, tertraparesis -Foto polos
spinalis, trauma saraf perifer pemeriksaan sensorik -CT-Scan
Kolumna vertebra Fraktur, instabilitas kolumna Respon verbal, nyeri Fraktur/dislokasi -Foto polos
vertebra, kerusakan saraf tekan, deformitas -CT-Scan
Ekstremitas Cedera jaringan lunak, fraktur, Inpeksi, palpasi Jejas, pembengkakan, nyeri, -Foto rontgen
kerusakan sendi, defisit krepitasi, pulsasi berkurang, -Doppler
neurovaskular kompartemen, defisit -Pengukuran tekanan
neurologis kompartemen
-Angiografi
PENEGAKKAN DIAGNOSA
BERDASARKAN SKENARIO
1. Anamnesis (aloanamnesis) 3. Pemeriksaan tambahan
A: alergi CT – Scan Kepala dan abdomen
M : Mekanisme dan sebeb trauma USG Abdomen
M : Medikasi Foto ekstremitas
P : Past illness Foto vertebra tambahan
L : Last meal Urografi dengan kontras
E : event/environtment yang
berhubungan dengan kejadian
4. Re-evaluasi pasien
2. Pemeriksaan fisik Head to Toe penilaian ulang terhadap
Tingkat keasadaran (Skor GCS) perubahan kondisi dan respon
inspeksi resusitasi
Palpasi Monitoring tanda-tanda vital dan
Perkusi jumlah urin
1.Dian S, Basuki A, 2012. Altered consciousness basic,
auskultasi diagnostic, and management. Bagian/UPF ilmu penyakit Pemakaian analgeitk yang tepat
saraf. Bandung.
2. Wulandari DS. 2011. Penurunan kesadaran. Fakultas
kedokteran universitas yarsi. Serang
Obat Kegawatdaruratan dengan Indikasi Penurunan
Kesadaran
1. Tujuan utama : mencegah terjadinya cedera sekunder
2. Cairan intravena.
Cairan yang dianjurkan, yaitu cairan larutan garam fisiologis atau ”RL” (Ringer’s
Lactate).
Bagaimana cara
pemakaian obat-
obatan darurat pada
penderita trauma
capitis.
Kristaloid Epinefrin
Dopamin
Koloid
Norepinefrin
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition.
USA: American College of Surgeons
TRANSFER FACTOR
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition.
USA: American College of Surgeons
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care.
9th Edition. USA: American College of Surgeons
KETEPATAN WAKTU RUJUK
Advanced Trauma Life Support (2018). Transfer to Definitive care. 9th Edition. USA: American
College of Surgeons
TRANSFER RESPONSIBILITIES
Reffering
doctor
Receiving
Doctor
Yellinek, S., Cohen, A., Merkin, V., Shelef I., Benifla, M. Clinical significance of skull base fracture in
patients after traumatic brain injury. Journal of Clinical Neuroscience, vol. 25. 2015. pp. 111-15.
Insert Your Image KLASIFIKASI
Fraktur
fossa Fraktur fossa
anterior media
(Fraktur
tulang
temporal)
Fraktur
Bobinski, M., Shen, P. Y., Dublin, A. B. Basic imaging of skull base
trauma. Journal of Neurosurgical Surgery. Part B, Skull Base, vol. 77,
fossa
posterior
no. 5. 2016. pp. 381-7.
Wani, A. A., Ramzan, A. U., Raina, T., Malik, N. K., Nizami, F. A.,
Qayoom, A., Singh, G. Skull base fractures: an institutional
experience with review of literature. The Indian Journal of
Neurotrauma, vol. 10, pp. 120-6.
PATOFISIOLOGI
Bending Fraktur Fraktur burst disebabkan
oleh benda yang
disebabkan trauma permukaannya luas dan
langsung dan tepat trauma tidak langsung ke
kearah tengkorak. Yang tulang tengkorak. Kekuatan
akan menghasilkan yang dihasilkan
diteransmisikan dan di
depresi tulang pada sisi daerah yang tulangnya
yang terkena impact tipis, karena ealstisitas
dengan ciri fraktur yang minimal menyebabkan
kominutif atau kerusakan
perforasi.
Gray, S. T., Wu, A. W., 2013, ‘Patophysiology of iatrogenic and traumatic skull base injury’ in Advanced in
Oto-Rhino-Laryngology: Vol. 74 Comprehensive techniques in CSF leak repair and skull base reconstruction,
.
series ed. G. Randolph, vol ed. B, S, Bleier, S. Karger AG, Switzerland, pp. 12-23
MANIFETASI KLINIK
1. CSF, otorrhea dan rhinorrhea
2. Perdarahan pada ruang tympani ataupun luka laserasi pada kanalis auditorius
eksternus
3. Battle’s sign
4. Raccoon’s eyes tanpa adanya trauma orbital
5. Kerusakan saraf kranial:
Greenberg, M. S. Handbook of Neurosurger. 8th edn, Thieme Medical Publishers Inc, New York. 2016.
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN
FISIK LANJUTAN
history (riwayat
sebelumnya)
• mekanisme • Survei • Pemeriksaan
injury lab : misalnya
• waktu
Primer,
Sekunder, pemeriksaan
terjadinya
cedera dan ß2-transferin PENEGAKKAN
• Hilangnya • Pemeriksaan
Pemeriksaan DIAGNOSA
kesadaran / Radiologis :
amnesia
Fisik Umum CT non-
• Gejala • Pemeriksaan kontras kepala
selanjutnya Neurologis
• Riwayat medis
masa lalu
• Riwayat medis
masa lalu Baugnon, K. L., Hudgins P. A.
• riwayat social Greenberg, M. S. Handbook of Neurosurger. 8th edn,
Thieme Medical Publishers Inc, New York. 2016.
Skull base fracture and their
complication. Neuroimaging
Wyatt J P, Illingworth R N, Graham C
Papa, L., Goldberg, S. A. Head trauma’ in Rosen’s Clinics of North America, vol. 24,
A, Hogg K. Oxford Handbook of
Emergency Medicine: Concepts and Clinical no. 3. 2014 pp. 439-65.
Emergency Medicine. 4th ed. Oxford
Practice, 9th edn, eds. R. M. Walls, R. S.
university press. 2012 . Hockberger, M. Gausche-Hill, Elsevier, Inc., United
PENATALAKSANAAN
PENGELOLAAN PRA PENGELOLAAN RUMAH
RUMAH SAKIT SAKIT
Baugnon, K. L., Hudgins P. A. Skull base fracture and their complication. Neuroimaging Clinics of North America,
vol. 24, no. 3. 2014 pp. 439-65.
PROGNOSIS
American College Surgeon. ATLS. ed 10th. American College of Surgeons press. 2018.
Trauma
Abdomen
DEFINISI
Trauma merupakan suatu masalah
kesehatan yang cukup serius karena sering
terjadi pada subjek usia muda. Trauma
abdomen dibagi menjadi dua tipe yaitu
trauma tumpul abdomen (Blunt Abdominal
Trauma) dan trauma tembus abdomen
(Penetrating Abdominal Trauma).
Liani I, Putra FIE. Modalitas Diagnostik Pada Kasus Kegawatdaruratan Trauma Tumpul Abdomen. Jurnal Gawat
Darurat. 2019 Des;1(2): 57-64
KLL50-75% Patient Medical History
Diperkirakan
20208,4 juta
kematian akibat
trauma.
Trauma e.c. KLL
penyebab terbesar
WHOtrauma ketiga di dunia.
akibat jatuh,
KLL.
Usia terbanyak 14-30
tahun, anak:dewasa
•
1:1.
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PATOFISIOLOGI
Trauma tumpul abdomen bisa menyebabkan kerusakan pada
organ viscera, menyebabkan perdarahan dan kontusio atau jejas
pada organ intestinal, spleen, hati.
3 mekanisme trauma tumpul abdomen:
Deselerasi: Efek deselerasi bisa menyebabkan organ dalam
dan pembuluh darah ruptur.
Crushing: Organ dalam abdomen seperti hepar, spleen, dan
ginjal hancur/ruptur akibat tekanan dari dinding anterior
abdomen dan kolumna vertebra atau costa di posterior.
Extrnal compression: Akibat external compression, baik yang
secara langsung ataupun kompresi benda seperti sabuk
pengaman menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen
dan menyebabkan ruptur organ viscera.
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Manifestasi Klinis
Selain nyeri, pasien mungkin disertai keluhan adanya
perdarahan per rektum, tanda vital yang tidak stabil, dan
adanya tanda peritonitis. Pemeriksaan fisis mungkin
menunjukkan ekimosis, distensi abdomen, hilangnya bising
usus, dan nyeri saat palpasi. Jika terdapat peritonitis maka
akan menunjukkan gejala abdominal rigidity, guarding dan
rebound tenderness.
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Penegakan Diagnosis
Pada awalnya evaluasi dan resusitasi dilakukan
secara simultan pada pasien trauma. Anamnesis
mendetail baru bisa dilakukan setelah keadaan
megancam nyawa teridentifikasi dan terapi telah
dilakukan.
Anamnesis
Initial assessment dimulai dari menanyakan
mekanisme trauma pada keluarga pasien atau saksi yang
ada di tempat kejadian.
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Hal yang penting untuk diketahui pada pasien dengan
trauma abdomen, utamanya akibat KLL adalah:
● Tingkat kerusakan kendaraan
● Apakah ada penumpang yang meninggal
● Apakah penumpag keluar dari kendaraan
● Peran perangkat keamanan seperti airbag dan
seatbelt
● Apakah pasien dalam pengaruh obat-obatan yang
meningkatkan resiko kecelakaan seperti obat
sedatif atau midriatil, alkohol atau narkoba
● Adanya cedera kepala atau medulla spinalis
● Apakah ada masalah kejiwaan
• https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Hal yang penting untuk diketahui pada
pasien dengan trauma abdomen, utamanya
akibat KLL adalah:
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
AMPLE
The mnemonic AMPLE (Allergies, Medications, Past
medical history, Last meal or other intake, and Events
leading to presentation) sangat berguna untuk menanyakan
riwayat pada pasien. Adanya keadaan hipotensi merupakan
tanda kemungkinan adanya intraabdominal trauma.
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PEMERIKSAAN
FISIK
Tertiary Survey
Primary Survey:
ABCDE
Secondary Survey:
pemeriksaan head to toe
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
CT-Scangold standard
PENUNJANG
EFAST (Extended Focused
Assessment with
Sonography for Trauma)
Laparotomi eksploratif
https://emedicine.medscape.com/article/198
0980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431
087/
PENATALAKSANAAN
Stabilisasi pasienresusitasi cairan, transfusi
jika perlu
Laparotomi eksploratiftanda peritonitis,
perdarahan masif, keadaan umum yang
memburuk
Embolisasi
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
EDUKASI PASIEN POST TRAUMA
Gunakan sabuk pengaman bersamaan dengan shoulder
restraint.
Sesuaikan sabuk pengaman agar terasa pas. Posisikan
menyilang abdomen bagian bawah dan dibawah crista
iliaca.
gunakan penyanggah bahkan saat berada dalam
kendaraan yang dilengkapi dengan penyanggah (mis:
airbags)
Pastikan jarak setir kendaraan dan abdomen seluas
mungkin, namun masih memungkinkan untuk mengontrol
kendaraan.
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
KOMPLIKASI
Komplikasi dari trauma abdomen bisa diakibatkan
oleh:
● Missed injuries
● Keterlambatan diagnosis
● Keterlambatan penanganan
● Iatrogenik
● Intra-abdominal sepsis dan abses
● Resusitasi yang inadekuat
● Delayed splenic ruptur
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PROGNOSIS
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
PREVENTIF
Mengenakan sabuk pengaman
Tidak menggunakan gadget saat mengemudi
Tidak minum minuman beralkohol saat
mengemudi
Mematuhi aturan dan rambu lalu lintas
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Differential Diagnose
● Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
● Stroke Hemoragik
● Syok Hipovolemik
● Lower Genitourinary Trauma
● Penetrating Abdominal Trauma
● Pregnancy Trauma
● Upper Genitourinay Trauma
https://emedicine.medscape.com/article/1980980-overview#showall
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431087/
Ruptur Hepar dan Ruptur Lien
RUPTUR LIEN RUPTUR HEPAR
Etiologi Traumatik (50-75% KLL) Blunt and penetrating trauma, resiko trauma tinggi
Non-traumatik (idiopatik, iatrogenik, underlying disease, akibat posisi dan struktur anatomi dari hepar
mis. Infeksi, mononukleosis) Non-traumatik: iatrogenik, mis. Biopsi perkutaneus,
cholangiografi, kateter perkutaneus
Epidemiologi Paling sering (40-55% pada kasus trauma abdomen) Tersering kedua (35-45%)
L:P = 2:1 Mortalitas tergantung derajat trauma
18-34 tahun Laki-laki > Perempuan
20% kasus fraktur costa kiri bagian bawah mengalami Usia dewasa
splenic injury
Manifestasi Klinis Nyeri pada Left Upper Quadran Nyeri pada Right Upper Quadran
Referred pain ke bahu kiri (Kehr sign) Nyeri alih bahu kanan
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Diagnosa Anamnesis Pemeriksaan laboratorium: abnormalitas fungsi hepar
Riwayat pengobatan beberapa jam-hari setelah trauma, peningkatan kadar
Riwayat penyakit (splenomegali meningkatkan resiko ruptur) enzim hepar, penurunan Hb dan Hct
Riwayat prosedur medis Pemeriksaan radiologis: FAST untuk diagnosa adanya
Riwayat trauma di area LUQ, left rib cage, left flank beresiko perdarahan intraabdomen/ pericardial sac, X-Ray untuk
menyebabka splenic injury melihat kemungkinan fraktur costa, CT
Pemeriksaan Fisis scanmodalitas terbaik untuk diagnosa, grading dan
Inspeksi: abrasi, laserasi, kontusi, classic seatbelt sign penentuan penatalaksanaan (mis. Laparotomi/
Auskultasi: bising usus hilangtanda perdarahan, ileus embolisasi)
Tanda hipovolemi Magnetic Resonance Cholangiopancreatography
Tanda dan gejala pada manifestasi klinis (MRCP)jarang digunakan, biasanya jika ada
Pemeriksaan Penunjang kecurigaan kebocoran/ injury pada duktus biliaris
Focused Assessment with Sonography for Trauma(FAST)anechoic
band disekitar lien
CT-Scanklasifikasi berdasarkan American Association for the
Surgery of Trauma (AAST), perdarahan di sekitar lien
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Penatalaksanaan ATLS • ATLS
Non-operatif90% berhasil pada kasus pediatri • Non operative/konservatif
Embolisasicedera pembuluh darah pada pasien dengan • Angiographic embolization83% berhasil
keadaan stabil • Operatif tergantung grade
Laparotomi eksploratifhemodinamik tidak stabil • Terapi tambahan: Endoscopic Retrograde
splenorrhaphy dan splenectomy. Cholangiopancreatography (ERCP), Interventional
Vaksinasi post-splenektomi Radiology (IR) pada kasus abses hepar post embolisasi
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430920
• https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/
Trauma Toraks
Definisi
Trauma toraks suatu trauma yang
mengenai dinding toraks yang secara
langsung maupun tidak langsung
berpengaruh pada pada organ
didalamnya, baik sebagai akibat dari
suatu trauma tumpul maupun oleh sebab
trauma tajam
• Shah, Jigar V dan Solanki, Mehul I. Analytic Study of Chest Injury. IJSS Journal of Surgery, Volume 1, Issue 1. January-February 2015.
• Mefire, A. C., Pagbe, J. J., Fakou, M., Nguimbous, J, F. Analysis of epidemiology, lesions, treatment and outcome of 354 consecutive cases of blunt and
penetrating trauma to the chest in an African setting. SAJS. 48. h.90-3; 2010.
Trauma tumpul 65%
Tekanan berlebihan
pada paru-paru
seperti pada aktivitas
menyelam
Saaiq M, Zaib S, Ahmad S. Early Excixsion and Grafting Versus Delayed Excision and Grafting of Deep Thermal
Burns up to 40% Total Body Surface Area: A Comparison of Outcome. Annals of Burns and Fire Disasters. 143-147;
Etiologi
2012.
Rongga dada mempunyai dua struktur yang penting dan
digunakan untuk melakukan proses ventilasi dan oksigenasi,
Pneumotoraks Traumatik
Pneumotoraks terdesak
(tension pneumotoraks)
Iatrogenik Pneumotoraks
FINAL
Kolaps
sirkulasi
Gagal pernapasan
dengan sianosis
Sesak napas
Nyeri dada
mendadak
Pemeriksaan Fisis Penegakan Diagnosa
Inspeksi
Jejas Anamnesis
Simetrical trachea and
breathing Nyeri dada mendadak
Retraksi napas Sesak napas
Open wound Gagal pernapasan dengan sianosis
Paradoxial movement Kolaps sirkulasi
Jugular vein distention
Palpasi
Krepitasi Pemeriksaan Penunjang
Emphysema subcutis Pemeriksaan radiologi
Nyeri tekan
Perkusi
Jika rongga dadaa terisi
udara maka didapatkan
hipersonor, sedangkan jika
• Jain D.G, Gosari S.N, Jain D.D : Understanding and Managing Tension Pneumothorax. JIACN; 9(1) :
berisi cairan didapatkan 42 -50. 2008.
redup. • Sharma A, Jindal P : Priciples of diagnosis and management of traumatic Pneumothorax. 34 – 40;
Auskultasi 2008.
• De jong W., Sjamsuhidajat R., Karnadihardja W. Prasetyono T.O, Rudiman R. : Buku Ajar Ilmu Bedah;
Hilangnya suara napas dan Bab 28: 498-513
jantung
ABCDE
Tatalaksana
A: airway patency with care ofcervical spine
B: Breathing adequacy
C: Circulatory support
D: Disabilityassessment
E: Exposure without causing hypothermia
• Berg RA, Hemphill R, Abella BS, Aufderheide TP, Cave DM, Hazinski MF, Lerner EB, Rea TD, Sayre MR, Swor RA. Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association Guidelines for Cardiopulmonary
Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. 2010;122(suppl 3):S685-S705.
• Section of Injury Prevention and EMS Division of Public Health Department of Health and Social Services: Prehospital Trauma Guidelines For Micps In Alaska, January, 2007; 10-11 Juneau, AK 99811-0616
Preventif
Section of Injury Prevention and EMS Division of Public Health Department of Health and Social Services: Prehospital Trauma
Guidelines For Micps In Alaska, January, 2007; 10-11 Juneau, AK 99811-0616
Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti
pneumonia 20%, pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%,
empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana
50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat
akan menjadi ARDS
Bagi orang yang telah baligh, namun akalnya tidak berfungsi dalam hal ini pingsan atau
tidak sadarkan diri maka pena Tuhan diangkat.
“Ketahuilah bahwa tiga hal ini (gila, pingsan, tidur) terkadang sama dalam beberapa
hukum, dan terkadang orang yang tidur memiliki hukum tersendiri yang berbeda dari
orang yang gila dan pingsan. Orang yang pingsan terkadang di satu ssisi sama dengan
orang yang tidur dan di sisi yang lain sama dengan orang gila. Penjelasan hal tersebut
terdapat dalam beberapa cabang-cabang fiqih. Pertama, hilangnya hadats kecil berlaku
bagi tiga orang tersebut (tidur, pingsan, dan gila). Kedua, sunnahnya melaksanakan mandi
bagi orang yang baru sadar dari sifat gila dan pingsan (tidak berlaku bagi orang yang
baru bangun tidur). Ketiga, mengqadha shalat ketika waktu dihabiskan dengan tidur
adalah hal yang wajib, berbeda halnya bagi orang yang menghabiskan waktu shalat (tidak
menemui waktu shalat) karena gila, sedangkan orang yang pingsan dalam permasalahan ini
sama dengan orang yang gila (dalam hal tidak wajib qadha). (Syekh Jalaluddin As-
Suyuthi, al-Asybah wa an-Nadhair, hal. 213).2
Doa naik kendaraan
“Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang
menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di
hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya
tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud:
3/34, At-Tirmidzi: 5/501, dan lihat Shahih At- Tirmidzi: 3/156). 3
Thanks!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.